Mendengar perbedaan jawaban dari ketiga Gadis itu, pak Bambang berkata sarkas, "Bagus! Berarti ban yang bocornya hampir semua yah."
Dan pada akhirnya, mereka dikenai hukuman mengelilingi lapangan upacara sebanyak 10 kali putaran.
Hmm.. Kadang hidup sekamvret itu.
**
Tiba di kelas mereka yakni Kelas 11 IPS 4, Trio somvlak masih cukup beruntung. Karena guru yang mengajar saat itu rupanya belum datang.
Raya menghempaskan dirinya di kursi. "Satu kata buat hari ini, KAMVRET!" Saat teringat cowok arogan nan ngeselin yang telah menabrak mobilnya, darah Raya seakan naik. Ia bersumpah akan mencari pemuda itu meski harus ke ujung dunia.
Keyla sendiri tampak melamun dan masih belum bisa melupakan pemandangan yang ia lihat setengah jam lalu. Pemandangan Fathan yang membonceng si Cabe Sonia.
Gadis itu bingung. Harus dengan cara apa ia melupakan Fathan yang padahal jelas-jelas telah mengkhianatinya?
Sementara Meisya yang hendak menaruh buku di bawah mejanya, dibikin terheran saat tangannya tanpa sengaja menyentuh sesuatu.
Meisya pun segera mengambilnya. Sebatang coklat yang kemasannya berwarna ungu. "C*dbury? Dari siapa nih?"
Meisya celingak-celinguk, mencari seseorang yang bisa ditanyai perihal coklat tersebut. Ada si Sholeh yang selalu berangkat pagi!
"Heh Sholeh! Loe tahu gak, siapa yang naruh coklat di meja gue?"
"Yang jelas cowok."
"Namanya? Ciri-cirinya?"
"Mana gue tahu.. Emangnya gue hapal semua murid cowok di sekolah ini."
Meisya mendengus kesal. Apakah ia mempunyai fans rahasia di sekolah ini? Jika benar, siapa orangnya?
"Jangan-jangan Pak Otong." Cetus Keyla, menyebut nama petugas kebersihan di sekolah mereka.
Meisya langsung menoyor kepalanya. "Pak Otong gigi lu nyala!"
**
Begitu bel istirahat berbunyi, para murid berbondong-bondong keluar menuju kantin sekolah. Tak terkecuali dengan Trio somvlak.
Setelah memesan makanan, ketiganya duduk melingkar di sebuah meja yang menjadi tempat langganan mereka di kantin itu.
"Gimana hubungan loe sama Randy?" Tanya Keyla pada Raya, sambil berkaca dan membenarkan poninya yang sedikit acakadut.
"Baik-baik aja." Raya menjawab setelah meneguk sekaleng susu beruang. Minuman favoritnya yang wajib ia bawa ke sekolah setiap hari.
"Dan asal kalian tahu.. Hari ini anniversary kita yang ke satu tahun."
"Anjay.. Gak kerasa yah, udah satu tahun ajah kalian jadian. Perasaan baru kemaren." Timpal Meisya. Ia masih ingat ekspresi kebahagiaan Raya saat dirinya ditembak Randy, saat itu.
Si kamvret sendiri hanya tersenyum. Ia pun tak menyangka bisa mempertahankan hubungannya dengan Randy sejauh ini.
"Kenapa nggak dirayain?" Tanya Keyla.
"Rencananya sih kita bakal ngedate ntar malem."
Keyla manggut-manggut dan tidak bertanya lagi. Dia sedikit iri pada hubungan Raya dan Randy yang langgeng, tidak seperti dirinya.
"Diantara kita bertiga, loe yang paling beruntung soal percintaan Ray." Ucap Meisya kemudian.
Keyla mengangguk setuju. Sementara Raya mencoba menghibur kedua sahabatnya yang harus mengalami kegagalan cinta.
"Jangan gitu lah.. Gue yakin, someday kalian juga bakal nemuin sosok yang tepat buat kalian..
Tunggu aja."
Meisya dan Keyla tersenyum. Dalam hati, mereka mengamini dan berharap ucapan Raya menjadi kenyataan.
Dari jauh, seorang pemuda yang merupakan adik kelas Trio somvlak, diam-diam mencuri pandang ke arah mereka. Panggil dia Rangga.
Rangga menatap sosok Gadis pujaannya sambil tak henti tersenyum. "Gila.. Makin hari dia makin cantik aja."
Temannya yang bernama Regy, mengikuti arah pandang Rangga, dan mengernyit heran. Siapa gerangan yang Rangga maksud?
"Kak Keyla?"
"Bukan! Tipe cewek gue yang cantiknya natural, bukan yang cantik karena make up."
"Owh.. Kak Raya?"
"Apalagi dia.. Cewek tomboy plus galak, mana mungkin gue suka sama dia."
Regy terdiam. Berarti jawabannya sudah jelas.
Gadis yang disukai Rangga adalah..
"Kak Meisya?"
Rangga mengangguk dan tersenyum malu-malu Bagong.
"Sejak kapan loe suka sama dia?" Selidik Regy.
"Mungkin sekitar 2 Minggu yang lalu. Saat itu gue gak sengaja nabrak dia. Gue pun minta maaf, dan tanpa diduga, dia senyum semanis madu dan bilang gak papa. Sejak itulah, gue jatuh cinta sama dia. Apalagi senyumannya yang gak bisa gue lupain sampai detik ini."
Regy manggut-manggut. Begitu rupanya..
Ia memasang senyum. "Kalau gitu loe deketin dong."
"Loe kan tahu gue orangnya gimana. Karena itu gue butuh bantuan loe.. Tolongin yah?" Rangga memohon. Dia tipe orang yang sudah grogi duluan jika berada di dekat perempuan. Sebab itu ia memerlukan pertolongan Regy.
Sementara Regy heran. "Nolongin gimana?"
**
Waktu pulang..
Setelah ketiganya berada di mobil Raya, Gadis itu menatap sahabatnya bergantian seraya bertanya. "Kita mau langsung pulang?"
"Jangan dong, nongkrong dulu Kek." Rengek Meisya. Karena di rumah ia selalu merasa boring. Berbeda dengan ketika dirinya berkumpul bersama mereka.
Sayangnya Keyla menolak. "Gue udah janji mau nonton film di laptop sama Aby."
"Aby tetangga sekaligus sahabat kecil loe?" Tebak Meisya. Keyla mengangguk, membenarkan.
Meisya merengut. "Huuhh yaudah deh kapan-kapan aja."
Raya hanya tersenyum. Tiba-tiba, handphone di sakunya berbunyi pertanda panggilan masuk.
Raya segera mengeluarkan handphonenya. Tertera nama Raisa di layar hp merk iPhone tersebut.
Adik Randy. Mau apa Raisa menelfonnya?
"Halo Dek?"
'.........'
Deg! Raya tertegun mendengar penuturan Raisa yang berkata sambil menangis tersedu-sedu.
"Nggak nggak.. Ini nggak mungkin.. Kamu pasti bercanda kan?"
'.......'
Raya tak kuat lagi dan langsung mengakhiri panggilannya. Beberapa detik kemudian, Raisa mengirimkan sebuah foto ke WhatsAppnya.
Foto Randy yang sudah tertutup kain dan sedang dibacakan surat yaa sin oleh orang-orang. Di bawahnya terdapat tulisan.
(Ini buktinya kalau Kakak nggak percaya. Dan sekarang, Kak Randy mau dikebumikan.)
Raya shock dan langsung menjatuhkan handphonenya dengan lemas.
Rupanya dugaan Keyla tadi pagi memang benar.
Penyebab jalanan macet adalah dikarenakan kecelakaan yang melibatkan motor Randy, kekasih Raya, yang bertabrakan dengan sebuah mobil kontainer.
Dan karena peristiwa naas tersebut, Randy harus pergi meninggalkan Raya untuk selamanya.
"Raya loe kenapa?" Tanya Meisya yang sedari tadi bertanya-tanya dan menunggu momen yang tepat untuk bertanya.
Raya tak menjawab. Ia malah tancap gas dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Berkali-kali Keyla dan Meisya mencoba menyadarkan Raya. Namun gadis itu tak mengindahkan ucapan kedua sahabatnya.
Ia justru menambah kecepatan mobilnya dan mengemudi seperti orang kesetanan.
Hingga akhirnya..
Ketika Raya bermaksud mendahului sebuah mobil, dari arah berlawanan, tampak sebuah bus yang melaju dengan kecepatan tinggi.
Keyla dan Meisya refleks menjerit. Merasa ajal sudah tiba di depan mata. "AAAAAA!!!"
Untunglah Raya masih sempat banting setir, sehingga mobil berbelok menuju lahan kosong dan mereka hanya menabrak angin. Raya benar-benar gila!
"RAY LOE GILA YAH?" tanya Meisya dengan nafas tersengal-sengal. Beberapa detik lalu ia sudah pasrah dan berharap mati dengan keadaan Husnul khatimah.
Sementara Keyla langsung keluar mobil sambil muntah-muntah. Jantungnya hampir lepas akibat insiden tadi.
Raya sendiri hanya diam dengan wajah datarnya. Andai tidak ada Keyla dan Meisya di dalam mobilnya, ia mungkin sudah menabrakan mobilnya ke arah bus itu.
Meisya juga tak tahan dan akhirnya ikut turun dari mobil Raya.
"Parah anying parah.." Keyla menggerutu setelah lebih tenang. Ia pun memaksa Raya keluar dari mobilnya.
"Loe gila apa gimana? Tadi tuh loe udah hampir ngebunuh gue sama Meisya, tahu gak? Apa sih yang ada di otak loe?"
Raya urung menjawab dan masih menutup mulutnya rapat-rapat. Membuat Keyla semakin emosi jiwa.
"JAWAB RAYA!"
Meisya langsung menengahi. "Udah Key, udah."
Lalu pada Raya, ia bertanya baik-baik. "Sebenernya loe kenapa Ray?"
Setelah sekian lama, Raya akhirnya bersedia menjawab pertanyaan Meisya dan Keyla. Ia menelan ludah getir, kemudian berkata,
"Randy meninggal."
Kedua sahabatnya ternganga. Keyla bahkan refleks menangis dan segera memeluk Raya. Ada rasa bersalah karena ia sudah memarahi Gadis itu tanpa tahu apa yang menimpanya.
"Loe yang sabar ya Ray.. Dan Sorry, gue udah marah-marah tadi."
Raya tak merespon. Hebatnya dia tidak mengeluarkan airmata sama sekali disaat dunianya sedang hancur.
Setelah Keyla melepaskan pelukannya, Raya berkata. "Gue pengen lihat dia di makamkan.. Anterin gue yah?"
Keyla dan Meisya mengangguk.
**
Setibanya mereka di TPU Jeruk purut, ketiganya dihadapi kenyataan bahwa Randy sudah dikebumikan dan sudah tidak ada siapa-siapa lagi disana.
Setelah diberi tahu Raisa letak kuburan Randy melalui Pesan WhatsApp, Raya mendekati gundukan tanah yang masih merah dan bertaburan bunga di hadapannya.
Untuk beberapa lama, Raya termangu sambil menatap nisan Randy. Teringat kembali kejadian tadi malam.
"Yang.." panggil Raya.
Randy yang semula tengah menatap handphonenya, langsung memutar kepala. "Hmm?"
"Gak kerasa yah, besok anniv kita yang ke satu tahun."
Randy hanya tersenyum. Raya bertanya, apa harapan Randy kedepannya? Ia sendiri berharap hubungan mereka langgeng sampai maut memisahkan.
Randy menjawab, "Aku cuma berharap, kamu selalu bahagia. Dengan atau tanpa aku."
Raya heran dan merasa tidak tenang dengan ucapan Randy. "Kenapa kamu ngomong kaya gitu?"
Randy tak menjawab dan hanya tersenyum.
Kini, Raya menyadari ucapan Randy tersebut. Kekasihnya itu seolah memberi isyarat bahwa dia memang hendak pergi jauh dan tidak akan pernah kembali lagi.
Setelah sekian lama, akhirnya Raya membuka suara. "Happy anniversary sayang.. Semoga cinta kita akan tetap abadi, meski sekarang dunia kita sudah berbeda.
Satu hal yang harus kamu ingat.." Raya tercekat.
Susah payah ia menelan ludah, lalu meneruskan ucapannya. "Aku akan selalu mencintai kamu sampai kapanpun." Raya mengecup nisan Randy seiring airmatanya yang mulai terjun deras.
Meisya dan Keyla membuang muka, merasa tak sanggup menyaksikan pemandangan menyakitkan hati tersebut.
**
Keyla baru tiba di rumahnya pukul 3 sore. Dan diteras rumahnya, ia mendapati sesosok pria yang sedang duduk dan menatap kesal ke arahnya.
"Loe darimana aja Maheswari? Pantat gue pegel banget nungguin loe gak dateng-dateng! Mana spam chatt gue cuma di read doang. B*NGKE!" Pemuda itu mengomel panjang kali lebar. Dia adalah Aby Ginanjar. Tetangga sekaligus sahabat Keyla sejak kecil.
Keyla duduk lesu di samping Aby. "Sorry.. Gue abis nganterin temen dulu ke TPU. Hari ini, cowoknya meninggal. Tepat dihari anniversary mereka yang pertama."
Aby terkejut sekaligus prihatin. "Tragis banget kisahnya."
Keyla tersenyum pahit. "Hebatnya dia bener-bener tegar dan kelihatan gak sedih sama sekali. Lain ceritanya kalau gue yang jadi dia..
Mungkin gue udah pingsan."
"Ya iyalah.. Loe kan cengeng.
Diputusin si Fathan aja nangisnya sampe 7 hari 7 malem." Ledek Aby yang langsung dihadiahi pukulan di bahu oleh Keyla.
"Nyebelin loe!"
Aby hanya tertawa. Menggoda Keyla memang seru dan menjadi hiburan tersendiri baginya.
Tiba-tiba Ayah Ginanjar menelfon Aby dan menyuruhnya membeli obat antibiotik ke apotek.
Setelah panggilan berakhir, Aby bangkit dan pamit. "Gue pulang dulu yah?"
Keyla ikut berdiri. "Mau ngapain? Terus nontonnya gimana?"
"Yaudah ntar malem aja. Gue disuruh beli antibiotik sama Ayah. Lagian filmnya gak bakal busuk kok."
"Mata lu busuk! Yaudah gue ikut."
"Dih! Mau ngapain?"
"Gue pengen jalan-jalan naek motor. Bisa strees gue dirumah mulu."
"Loe kan baru pulang. Mending loe mandi abis itu makan sono! Biar badan loe gede."
"Dih ngatur! Pokoknya gue pengen ikut TITIK."
"Terserah!" Aby melengos pergi. Capek lama-lama ngeladenin si kutil yang orangnya tidak mau kalah.
Keyla pun buru-buru mengikutinya. Membuat Aby berhenti dan berbalik. "Serius loe mau ikut?"
"Dua rius."
"Seenggaknya ganti baju dulu Sono! Bau tahu gak?"
"Enak aja! Gue gak pernah bau. Loe kali yang bau."
"Yaudah terserah, yang penting loe ganti baju dulu."
"Ntar kalau loe kabur gimana?"
Aby menghela nafas panjang. Menghadapi Keyla memang membutuhkan kesabaran yang ekstra.
Ia pun mencopot salah satu sendalnya dan memberikannya pada Keyla sebagai jaminan jika dirinya tidak akan kabur.
"Puas?! Sono ganti!"
Keyla tersenyum menang dan langsung masuk ke rumahnya setelah mengambil sendal jepit sebelah kanan milik Aby.
Aby sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan tingkah sahabat wanitanya tersebut.
Mereka pergi ke apotik dengan mengendarai motor ninja Aby yang berwarna merah.
Tanpa segan, Keyla menempelkan dagunya ke bahu Aby. Dan hal itu bukan yang pertama kalinya.
"Bi.."
"Hmm.."
"Tadi pagi, gue lihat Fathan boncengin Sonia."
"Terus?"
"Terus kenapa hati gue sakit ngelihatnya? Padahal Fathan kan bukan cowok gue lagi."
Aby tertawa mengejek. "Itu artinya, loe gagal move on dari si setan eh Fathan maksudnya."
Keyla hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Jika bisa, ia ingin amnesia saja. Dengan begitu ia bisa melupakan Fathan dan segala kenangan indah bersamanya.
5 menit kemudian, mereka tiba di lampu merah.
Aby pun menghentikan laju motornya.
Saat Aby memutar kepalanya ke samping kiri, tanpa sengaja ia melihat sepasang kekasih yang sedang berpegangan tangan di luar sebuah minimarket.
Buru-buru Aby menatap Keyla melalui kaca spion. Bagaimanapun Gadis itu tidak boleh menyaksikan kedua orang yang sedang dimabuk asmara tersebut.
Dan saat Keyla sudah hampir menoleh ke arah kirinya, Aby langsung mengalihkan perhatian Keyla. "Key lihat deh gedung di sebelah kanan."
Keyla mengikuti arah pandang Aby. "Kenapa sama gedung itu?"
"Menurut loe, arsitek yang ngedesign gedung itu, siapa?"
Keyla tertawa tak percaya mendengar pertanyaan Aby yang sangat amat tidak penting.
"Emang urusannya sama loe apaan?"
"Ya gak ada.. Gue cuma kepo aja.
Kenapa gedungnya berbentuk kaya gitu? Kenapa nggak berbentuk love biar lucu dan unik."
"Sekarang gue tanya, lubang hidung loe kenapa cuma dua? Kenapa nggak tiga? Biar lucu dan unik."
"Tanya sama Allah lah, jangan sama gue. Kan Allah yang nyiptain gue."
"Nah, loe juga harusnya nanyain hal itu sama arsitek yang ngedesign gedung itu. Jangan sama gue."
"Oh!"
"Y."
Untungnya sampai lampu berwarna hijau, Keyla tak menoleh ke arah minimarket tempat Fathan dan Sonia bermesraan. Yah.. Usaha Aby menyelamatkan hati Keyla dari kehancuran untungnya berhasil.
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments