Hari semakin siang, setelah keduanya resmi berpacaran, Brian semakin protektif terhadap Zean. Ia tak pernah membiarkan pria manapun menatap kekasihnya.
"Sejak kapan?" tanya Zean.
"Apanya?" tanya Brian balik.
"Kau menyukaiku." jawab Zean.
"Aku kan sudah mengatakannya, sejak bertemu denganmu." kata Brian.
"Apa tidak terlalu dini, saat itu usiaku baru 6 tahun. Dan kau baru 9 tahun." ujar Zean.
Brian mengangkat bahunya. "Aku tak tahu, yang jelas saat itu aku sangat bahagia. Dan jantungku berdetak dengan keras."
"Lalu mengapa kau selalu bilang aku adikmu. Padahal aku mulai menyukaimu saat aku baru lulus SD. Aku kecewa saat kau hanya menganggapku seorang adik." kata Zean.
Brian tertawa. "Aku takut kau menolakku Zee, aku takut merusak persahabatan kita jika itu terjadi." jawabnya.
Zean menyenderkan kepalanya di bahu Brian. "Aku pikir cintaku bertepuk sebelah tangan."
Brian menggenggam tangannya. "Aku juga merasakan hal yang sama. Terima kasih kau mau menerima perasaanku. Jika kau menolakku hari ini, mungkin aku akan meninggalkanmu disini sendirian." godanya.
"Kau tak mungkin tega." kata Zean datar.
Brian kembali tertawa. "Dan itu benar, walaupun aku malu, aku tak mungkin meninggalkanmu disini."
"Tapi tak terjadi kan, aku menerimamu." jawab Zean.
Brian mengecup puncak kepala Zean. "Terima kasih Zee, aku mencintaimu."
Zean mengangkat kepalanya lalu menatap Brian kembali. "Aku juga mencintaimu Bri. Tapi bisakah kita rahasiakan hubungan kita dahulu, aku belum siap mengatakannya pada mereka."
"Kenapa? Bukankah keluarga kita sama sama menginginkan kita bersama." tanya Brian.
"Entahlah, tapi aku belum siap." jawab Zean.
Brian menghela nafasnya. "Baiklah, aku akan menunggu sampai kau siap."
Zean tersenyum. "Terima kasih Bri."
Brian mengangguk. "Lebih baik kita mencari restoran sekarang sebelum menuju Walt Disneyland. Aku tak ingin kau kelaparan."
"Sepertinya kau yang sudah lapar." goda Zean.
Brian mengangguk. "Aku ingin memakanmu." ujarnya seraya menarik dan mencium Zean kembali.
Keduanya terus berciuman, Brian menghentikan terlebih dahulu. Ia menatap wajah Zean yang merona.
"Kau tahu, aku sangat merindukanmu Zee. Dan hampir saja aku menciummu saat kau memelukku di Bandara. Kau tak punya rasa canggung saat berlari ke arahku." ujar Brian.
Zean tertawa. "Sebenarnya aku sangat gugup bertemu denganmu, tapi entah kenapa saat melihatmu di bandara, aku justru berlari dan memelukmu."
"Tubuhmu lebih cerdas dari pikiranmu." ejek Brian.
"Enak saja, itu karena aku merindukanmu. Kau saja yang tidak peka." jawab Zean.
"Jangan merajuk, kau seorang polisi dan kau juga kekasihku sekarang. Jika kau merajuk terus menerus, maka aku akan melakukan hal yang lebih gila dari ciuman ini." ancam Brian.
"Kau 5 tahun berada di Inggris, pikiranmu sangat liar pak dokter. Aku tak akan mengizinkanmu melakukan hal itu padaku." jawab Zean.
Brian tertawa seraya menarik Zean berdiri. "Kita harus makan sekarang." ajaknya.
Zean mengangguk, ia mengikuti Brian menuju mobil mereka. Keduanya meninggalkan pantai menuju restoran arah Walt Disneyland.
*****
"Kau yakin Zean dan Brian akan baik baik saja. Ini Amerika pi." ujar Sherly saat tak mendapat kabar dari keduanya.
"Yang satu seorang dokter, dan satu lagi seorang polisi. Keduanya juga memiliki ilmu bela diri sayang, jangan rusak kebahagiaan Jordan dan istrinya di pesta ini. Wajahmu membuat siapapun yang melihatnya seolah kau terpaksa menghadiri pesta kedua ini." jawab Tora.
"Ya Tuhan pi, bukan itu maksudku. Hubungi mereka, aku ingin tahu sekarang mereka ada dimana." kata Sherly.
"Dan aku sudah berusaha, keduanya tak bisa dihubungi." kata Tora.
"Bagaimana aku bisa tenang?" tanya Sherly.
"Jo menatapmu sayang." jawab Tora.
Sherly menatap putranya, Jordan bertanya ada apa dari jauh. Sherly menggelengkan kepalanya seraya tersenyum.
"Kau lihatkan, kau selalu membuat orang lain khawatir." ujar Tora.
"Aku tak mau tahu, kau terus hubungi mereka." ujar Sherly seraya menghampiri Jordan dan istrinya.
Tora menghela nafasnya, istrinya selalu mengkhawatirkan hal yang tidak perlu. Ia menghampiri dokter Jack.
"Apa kau bisa menghubungi Brian?" tanya Tora.
Dokter Jack menggeleng. "Sepertinya ponsel mereka mati, apa istrimu masih bertanya."
Tora mengangguk. "Ya ampun, kenapa kedua anak itu tak memberi kabar sih. Aku pusing mendengar omelan Sherly."
Dokter Jack tertawa. "Wajar jika ia khawatir, ini Amerika."
"Apa Brian mengatakan ingin kemana bersama Zean?" tanya Tora.
Dokter Jack kembali menggeleng. "Tapi aku yakin mereka baik baik saja, mereka sedang bahagia mengunjungi tempat indah disini. Mungkin mereka lupa ponselnya."
"Kau benar, istriku yang berlebihan." jawab Tora seraya keduanya tertawa.
Hari semakin sore, Tora semakin pusing melihat sikap Sherly yang bahkan merajuk seperti gadis kecil. Wanita itu mendiamkan Tora terus menerus karena masih juga tak bisa menghubungi putrinya. Tak lama kemudian, suara ponsel Tora berbunyi. Dan inilah yang mereka tunggu, Zean baru menghubungi mereka. Sherly seketika mengambil ponsel suaminya dan mengangkatnya.
"Apa yang kau lakukan, mengapa baru menghubungi kami. Apa kau tak tahu bagaimana kami disini, kau keterlaluan Zean." ujar Sherly kesal.
"Ya Tuhan mi, maaf. Ponselku tertinggal di mobil dan ponsel Brian kehabisan baterai. Kami baik baik saja, kami sedang di Walt Disneyland. Aku akan pulang terlambat malam ini." jawab Zean.
"Kalian besok akan kembali ke Indonesia, tidak boleh pulang larut. Dengar Zean, perjalanan kalian tak sebentar, bagaimana jika kau sakit. Mami masih ada di Amerika." kata Sherly.
"Mami tak perlu khawatir, aku bersama seorang dokter. Bagaimana bisa aku dibiarkan sakit." kata Zean.
"Maaf tante, Zean tak mau kembali lebih cepat karena masih menyukai tempat ini." sahut Brian.
"Kalian harus pulang lebih awal untuk beristirahat. Mami..."
"Nikmatilah liburan kalian sayang, serahkan mami pada papi." potong Tora sambil mengambil ponselnya dari Sherly.
"Terima kasih pi, mami sangat bawel." ujar Zean seraya menutup ponselnya.
Sherly memberengut, ia ingin meninggalkan Tora tapi tangannya ditahan oleh suaminya.
"Berhentilah merajuk sayang, mereka sedang menikmati liburan disini." ujar Tora.
"Mereka akan pulang besok, bagaimana bisa aku membiarkan Zean kelelahan hari ini." jawab Sherly.
"Sadarlah nyonya Sin, Zean bukan anak kecil lagi. Biarkan keduanya bersama setelah 5 tahun mereka berpisah, bukankah kau juga menginginkan keduanya bersama. Brian adalah pria yang sangat bertanggung jawab. Ia tak mungkin membiarkan Zean kelelahan, dan ya Tuhan mi, kau lupa jika Brian adalah seorang dokter." kata Tora.
Sherly berpikir sejenak, suaminya benar ia terlalu mengkhawatirkan Zean. Padahal putrinya seorang anggota kepolisian, tapi ketakutan Sherly semakin bertambah saat ini. Ia khawatir Zean akan menghadapi musuh seperti suaminya.
"Tersenyumlah sayang, kau benar benar merusak pesta Jo." pinta Tora.
Sherly menarik nafasnya dalam-dalam, lalu tersenyum. "Maafkan aku pi." ujarnya.
"Aku tahu apa yang kau pikirkan sayang, Zean tidak akan turun ke lapangan seperti aku. Percayalah, ia akan duduk bekerja di kantornya." jawab Tora.
Sherly mengangguk. "Maaf, aku seperti ini." ujarnya lagi.
Tora menggenggam tangannya semakin erat, lalu mengajaknya menghampiri mempelai dan melanjutkan pestanya lagi.
*****
Maaf atas keterlambatan up...
Happy Reading All...😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
asmirah
oke 😊
2020-11-06
1
puspa_dwi
baru muncul
2020-08-04
1
MiraDeN@y❤️❤️
selalu setia menunggumu upupup Thor...😍😘💪
2020-08-04
2