Keesokan harinya, sinar mentari menembus jendela kamar Ali. Ia mengerjapkan mata, lalu segera bangun dari tempat tidurnya. Hal pertama yang ia lakukan adalah membuka lemari dan memeriksa tas berisi uang yang ia bawa dari dunia paralel semalam.
Napasnya lega ketika melihat uang itu masih ada. Tanpa membuang waktu, Ali bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, suara ibunya memanggil dari ruang makan.
"Ali! Sarapan dulu!" seru ibunya.
Ali segera mengenakan pakaian dan menuju meja makan. Sambil menikmati sarapannya, ia memberanikan diri untuk membicarakan niatnya merantau ke Jakarta.
"Bu, Ali mau pergi merantau ke Jakarta. Boleh, kan?" tanyanya sambil menatap ibunya penuh harap.
Ibunya terdiam sejenak, lalu menatapnya dengan cemas. "Ngapain jauh-jauh ke sana, Nak?"
Ali meletakkan sendoknya dan menghela napas panjang. "Ali ingin mengadu nasib, Bu. Kalau tetap tinggal di kampung, susah cari kerja. Semua orang tahu soal masalahku dengan minimarket kemarin, dan nggak ada yang mau menerima Ali bekerja."
Mendengar ucapan itu, ibunya akhirnya mengerti. Ia tidak ingin melepas anaknya pergi, tetapi juga tak ingin menghalangi masa depannya. "Nanti Ibu bicarakan dulu dengan Bapak, ya."
Malam harinya, setelah makan malam, Ali duduk bersama kedua orang tuanya. Mereka membicarakan rencana keberangkatannya ke Jakarta. Setelah berdiskusi panjang, akhirnya mereka memberi restu.
"Ali, ke sini sebentar," panggil ibunya.
"Iya, Bu! Aku datang," jawab Ali seraya mendekat.
Bapaknya menatapnya lekat-lekat. "Ibumu bilang, kamu mau pergi merantau?"
Ali mengangguk. "Iya, Pak. Rencananya besok Ali berangkat."
Setelah berbicara cukup lama, keputusannya sudah bulat. Ali segera memesan tiket pesawat melalui aplikasi, lalu membereskan barang-barangnya. Karena merasa lelah, ia pun beranjak tidur lebih awal.
Namun, baru beberapa saat tertidur, sesuatu terjadi. Lorong hitam yang sama seperti sebelumnya muncul dan kembali menghisapnya. Dalam sekejap, Ali sudah berdiri di dunia paralel lagi.
"Apa?! Aku ada di sini lagi?" serunya, terkejut.
Kali ini, ia muncul di tempat yang berbeda. Dunia paralel itu tetap penuh dengan teknologi canggih, tetapi bangunan di sekitarnya jauh lebih unik dari sebelumnya. Salah satu bangunan menarik perhatiannya—gedung futuristik yang tampak lebih maju daripada yang lain.
Dengan hati-hati, Ali melangkah masuk. Matanya menyapu sekeliling, mencari sesuatu yang mungkin berguna. Di tengah ruangan, ia melihat sebuah kotak mewah yang terbuat dari berlian dan besi titanium.
Rasa penasaran mendorongnya untuk membuka kotak tersebut. Saat tutupnya terbuka, di dalamnya hanya ada sebuah cincin. Tidak ada yang terlihat spesial dari cincin itu, tetapi Ali tetap mengambilnya.
"Kotaknya saja semewah ini... pasti cincin ini punya sesuatu yang istimewa," pikirnya.
Saat hendak keluar dari gedung itu, tanpa sengaja tangannya menyentuh ujung besi tajam. Darah menetes dan mengenai cincin di tangannya. Seketika, cahaya menyilaukan keluar dari cincin tersebut.
Ali terkejut. Panik, ia mencoba melepaskannya, tetapi cincinnya tetap menempel di jarinya. Tanpa sengaja, tangannya menyentuh keramik di dekatnya—dan tiba-tiba, keramik itu terserap masuk ke dalam cincin!
"Apa?! Cincin ini... bisa menyerap benda?"
Ali makin terkejut ketika tanpa sengaja menyentuh barang lain. Semua benda yang tersentuh oleh cincinnya ikut terserap masuk. Ia mencoba mengayunkan tangannya, berusaha mengendalikan cincin itu. Setelah beberapa saat, ia mulai tenang dan kembali ke kotak berlian tadi.
"Mungkin ada petunjuk soal cincin ini," pikirnya.
Ali menggeledah bagian dalam kotak tersebut dan menemukan selembar kertas berisi tulisan dalam bahasa Inggris. Karena tidak memahami sepenuhnya, ia mengambil kertas itu dan bergegas keluar dari bangunan.
Lelah berjalan dan ingin segera kembali ke dunia nyata, Ali memejamkan matanya dan memikirkan dirinya pulang. Tak lama, lorong hitam muncul lagi dan menghisapnya.
Dalam sekejap, ia sudah kembali ke kamarnya.
Ali langsung melihat tangannya—cincin itu masih ada di jarinya!
Ia menyalakan lampu dan buru-buru mengambil ponselnya. Dengan bantuan aplikasi penerjemah, ia menerjemahkan isi kertas tersebut.
Setelah membaca terjemahannya, Ali mulai mengerti cara kerja cincin itu. Ia mencoba mengeluarkan kembali keramik yang tadi terserap. Tiba-tiba, benda itu muncul di depannya dan jatuh di atas kasur.
"Luar biasa! Aku bisa menyimpan barang di dalam cincin ini," pikirnya.
Setelah beberapa saat mencoba, Ali mulai terbiasa dengan kemampuan cincin itu. Ia segera membuka lemari, mengambil tas berisi uang, dan menyimpannya ke dalam cincin.
"Sekarang aku tak perlu khawatir soal tempat penyimpanan," gumamnya puas.
Ia menatap cincin itu sebentar, lalu tersenyum. "Aku akan menamainya... Cincin Penyimpanan."
Waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Ali masih terus memeriksa cincin itu, tetapi akhirnya ia ingat bahwa besok ia harus berangkat ke Jakarta. Dengan perasaan penuh antusias dan sedikit penasaran tentang cincin itu, ia akhirnya merebahkan diri di tempat tidur.
"Jakarta... aku datang."
Dan dalam hitungan detik, Ali pun terlelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Gabutdramon
apakah nanti ali jadi kultivator?
2023-12-28
0
Drew 1
ya ampuunn
udah dapet banyak.. gak usah ninggalin ibu nya deh
2023-10-03
1
Taufik Hidayat
Sebut saja Cincin Dimensi
2023-10-02
0