Setelah keluar dari bandara, Ali memutuskan untuk menginap di hotel. Namun, ia tidak tahu hotel mana yang bagus. Dengan ragu, ia menoleh ke arah sopir taksi yang sedang fokus mengemudi.
"Pak, boleh tanya sesuatu?" ujar Ali, masih berpikir tentang hotel yang cocok untuknya.
"Iya, silakan, Mas. Apa yang mau ditanyakan?" jawab sang sopir dengan senyum ramah, melirik sekilas ke kaca spion tengah.
Ali menggaruk kepalanya. "Bapak tahu hotel yang bagus di Jakarta?"
Sopir itu tertawa kecil. "Oh, Mas ini orang baru, ya? Baru pertama kali ke Jakarta?"
Ali tersenyum malu. "Iya, Pak. Baru saja sampai tadi. Jadi, ada rekomendasi hotel yang bagus?"
"Hmm..." sang sopir berpikir sejenak. "Kalau hotel bagus, di Jakarta Selatan ada The Westin Jakarta. Tempatnya mewah, tapi harganya juga lumayan mahal."
"Memang berapa, Pak?" tanya Ali penasaran.
"Saya kurang tahu pasti, tapi yang jelas mahal, Mas. Biasa tamu-tamu di situ orang berduit semua," ujar sopir itu, tertawa kecil.
Ali hanya tersenyum santai. Ia tidak khawatir, mengingat jumlah uang yang tersimpan dalam cincin penyimpanannya.
"Baik, Pak. Tidak masalah. Saya ingin menginap di sana. Tapi sebelum ke hotel, bisa antar saya ke bank dulu? Saya mau menyimpan uang."
"Siap, Mas! Kita ke bank dulu."
Ali pun menuju ke bank untuk menyimpan sebagian uangnya. Ia berencana menggunakan kartu debit untuk membayar hotel nanti. Setelah urusan di bank selesai, mereka langsung menuju The Westin Jakarta.
Menginap di Hotel Mewah
Setibanya di hotel, Ali terkesima melihat bangunan megah yang berdiri tinggi menjulang. Ia menarik napas dalam, menenangkan diri sebelum masuk ke dalam lobi hotel yang luas dan elegan.
Seorang resepsionis pria dengan senyum ramah menyambutnya. "Selamat datang di The Westin Jakarta. Ada yang bisa saya bantu?"
Ali sedikit gugup, karena ini pertama kalinya ia menginap di hotel berbintang. "Saya mau pesan satu kamar. Masih ada yang kosong?"
"Tentu, Pak. Kami masih memiliki beberapa kamar kosong. Kalau boleh tahu, Bapak ingin tipe kamar seperti apa?"
Ali memperhatikan daftar kamar di layar digital yang disediakan. Setelah mempertimbangkan, ia menunjuk salah satu pilihan. "Saya ambil yang ini."
"Baik, Pak. Anda memilih kamar nomor 117, dengan fasilitas pemandangan kota, kolam renang dengan pemandangan, kamar mandi dalam, lemari es, mesin kopi, dan Wi-Fi gratis," jelas resepsionis sambil mengetik di komputer.
Ali mengangguk. "Iya, itu saja."
"Terima kasih, Pak. Ini kunci kamar Anda." Resepsionis menyerahkan kartu kunci dengan sopan. "Barang bawaannya di mana, Pak? Kami bisa membawakan untuk Anda."
Ali tersenyum kecil, merasa sedikit canggung. "Oh, tidak usah repot-repot, Pak. Saya hanya bawa tas ransel. Kamar nomor 117 itu di lantai berapa?"
"Di lantai atas, Pak. Petugas kami akan mengantar Anda ke sana."
Ali mengangguk. "Terima kasih."
Dengan bantuan petugas hotel, Ali akhirnya sampai di kamarnya. Setelah membuka pintu, ia terpukau dengan luas dan kenyamanan ruangan itu. Tanpa berpikir panjang, ia meletakkan tasnya, melepas jaket, lalu masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan diri.
Petualangan ke Dunia Lain
Setelah mandi dan beristirahat sejenak, Ali duduk di atas ranjang sambil menatap langit-langit kamar.
"Huh... bosan juga kalau cuma diam di sini."
Ia ingat cerita orang-orang tentang Jakarta yang keras, penuh kriminalitas.
"Coba saja aku belajar bela diri, pasti nggak perlu takut dengan perampok atau begal..." pikirnya. Namun, ia menggeleng pelan. "Yah, sudahlah... lebih baik aku pergi ke dunia paralel saja."
Ali menutup matanya dan mulai berkonsentrasi. Dalam hitungan detik, tubuhnya terasa ringan, seolah ditarik oleh kekuatan tak terlihat. Saat membuka mata, ia mendapati dirinya berada di tempat yang sama sekali berbeda.
Udara di sekelilingnya terasa sejuk dan segar. Tidak ada polusi, tidak ada suara kendaraan, hanya kesunyian yang menenangkan. Namun, pemandangan di sekitarnya tampak asing—kabut tipis menyelimuti tanah yang kering dan pohon-pohon gersang menjulang tinggi.
"Tempat apa ini? Ini bukan dunia paralel yang biasa..."
Ali menghirup udara dalam-dalam dan merasakan sesuatu yang aneh. Tubuhnya tiba-tiba terasa lebih ringan, lebih kuat.
"Aneh... kenapa aku merasa lebih berenergi di sini?"
Dengan rasa penasaran, ia mulai berjalan menyusuri tempat itu. Tidak ada manusia, tidak ada tanda-tanda kehidupan modern. Hingga akhirnya, ia menemukan sebuah rumah kuno di tengah hutan.
Perlahan, ia melangkah mendekat. Rumah itu terlihat tua, tetapi masih kokoh. Ia mendorong pintu kayunya yang berderit pelan, lalu melangkah masuk.
Di dalamnya, ada banyak rak kayu berdebu yang dipenuhi buku-buku kuno. Ali berjalan mendekati salah satunya dan mengambil sebuah buku dengan sampul kulit yang tebal.
"Buku apa ini...?" gumamnya sambil meniup debu di permukaan sampulnya.
Ia membuka halaman pertama dan mulai membaca. Matanya membelalak saat menyadari isi buku tersebut.
"Ini... teknik bela diri?"
Ali tersenyum kecil.
"Sepertinya aku datang ke tempat yang tepat."
Tanpa ragu, ia mulai mempelajari isi buku itu, tanpa tahu bahwa perjalanan barunya baru saja dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Izhar Assakar
maksud dri peetanyaan si resepsionis itu apa,,,???
2024-01-10
1
Gabutdramon
emang ada kamar hotel tanpa kamar mandi dalam?
2023-12-28
0
hansen patar
nice thor
2023-09-30
0