Hari-hari terus berlalu di sekolah menengah tempat Mia
mengajar. Semakin lama, perasaan Mia terhadap Farhan semakin kuat dan sulit dia
kendalikan. Setiap kali mereka bertemu di kelas, Mia merasa detak jantungnya
semakin cepat. Meskipun dia menyadari betapa tidak pantasnya perasaannya, dia
tidak dapat menghindar dari kenyataan bahwa cintanya tumbuh lebih dalam setiap
harinya.
Pagi itu, Mia berdiri di depan kelas dengan buku tulis
di tangannya. Dia mencoba sebaik mungkin untuk fokus pada materi pelajaran,
tetapi matanya terus tak sengaja melirik ke arah Farhan. Dia duduk di pojok
kelas, tampaknya tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Namun, kehadirannya
begitu menarik perhatian Mia.
Setelah bel kelas berbunyi, siswa-siswa berhamburan
keluar dari ruangan. Namun, Farhan tetap duduk di tempatnya. Mia merasa hatinya
berdebar kencang ketika dia melihat Farhan mengangkat kepala dan tersenyum
padanya. Meskipun Farhan sering terlihat malas dan cuek di kelas, senyum itu
menunjukkan sisi lain dari dirinya yang jarang terlihat.
Mia mendekati meja Farhan dengan senyuman canggung di
wajahnya. "Ada apa, Farhan?" tanyanya dengan lembut.
Farhan menggaruk kepalanya dengan malu-malu.
"Ehm, bukannya apa-apa, Bu Mia. Saya hanya ingin bertanya tentang tugas komputer
yang ibu berikan tadi."
Meskipun Mia tahu bahwa alasan itu hanya dalih, dia
berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa hatinya berdebar hebat. "Tentu,
Farhan. Ayo, kita bicarakan di sini," jawab Mia sambil duduk di dekat Farhan.
Mereka berdua mulai membahas tugas komputer tersebut.
Namun, obrolan mereka meluas dan berubah menjadi percakapan ringan tentang
kehidupan sehari-hari. Mia mengetahui lebih banyak tentang Farhan—tentang
ketertarikannya pada musik, tentang mimpi-mimpinya, dan tentang bagaimana dia
mencoba untuk melihat sisi positif dari setiap situasi sulit yang dia alami.
Mia merasa semakin terpesona dengan kecerdasan dan
kedalaman pikiran Farhan. Setiap kali mereka berbicara, Mia merasa seperti
mereka memiliki ikatan khusus yang sulit dijelaskan. Namun, Mia juga merasa
dilema. Dia adalah seorang guru yang bertanggung jawab terhadap siswa-siswanya,
dan perasaannya terhadap Farhan adalah hal yang tidak pantas dan berbahaya.
Beberapa minggu berlalu, dan perasaan Mia semakin
sulit dikendalikan. Dia mencoba untuk menjaga jarak, tetapi tidak dapat menahan
diri untuk tidak memikirkan Farhan. Dia merasa seperti terjebak dalam perangkap
perasaan yang tidak bisa dia lepaskan.
Suatu hari, Mia memutuskan untuk berbicara dengan seorang
rekan guru yang lebih senior, Ms. Thompson. Dia merasa perlu mendapatkan
pandangan dari seseorang yang lebih berpengalaman. Mia bercerita tentang
perasaannya terhadap Farhan dan bagaimana itu membuatnya merasa kacau.
Ms. Thompson mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu
dia berkata dengan lembut, "Cinta memang bisa tumbuh di tempat-tempat yang
tidak terduga, Mia. Namun, sebagai seorang guru, kita memiliki tanggung jawab
untuk menjaga batas-batas yang jelas. Perasaanmu mungkin adalah hal yang alami,
tetapi kamu harus ingat bahwa kamu ada di posisi otoritas dalam hubungan
ini."
Mendengar kata-kata itu, Mia merasa tersentuh. Dia
tahu bahwa apa yang dikatakan Ms. Thompson benar. Dia tidak ingin mengorbankan
profesionalismenya sebagai seorang guru demi perasaannya. Namun, bagaimana
caranya dia bisa menghilangkan perasaan ini?
Dalam kebingungannya, Mia mulai merenung dan berpikir.
Apa yang harus dia lakukan agar bisa mengatasi perasaannya tanpa mengorbankan
hubungannya dengan Farhan? Dan bagaimana Farhan sebenarnya merasakan tentang
dirinya?
Lanjutan cerita bisa menggambarkan bagaimana Mia
mencoba untuk menemukan jalan untuk mengelola perasaannya, bagaimana hubungan
antara Mia dan Farhan berkembang, serta bagaimana mereka berdua menghadapi
konflik dan tantangan yang muncul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Lauraaa♑️
Author, Tolong Donk Segera Update Nak 😩
2023-09-02
7