"Tadi ... waktu Nona Sofia mimisan, ada seorang wanita mendekati nona untuk membantunya." Bu Misna menjelaskan.
"Mimisan? Kamu enggak apa-apa, sayang?" tanya Judan langsung cemas. Dia memperhatikan bocah ini dengan seksama. Sofia menggelengkan kepala. "Siapa wanita itu, Bi?" Kali ini Judan menoleh pada Bu Misna. Menanyakan perempuan yang mendekati Sofia.
"Saya enggak kenal, Pak. Sepertinya hanya orang lewat saja yang kebetulan menemukan nona Sofia waktu mimisan," Bu Misna menjelaskan.
"Iya, dia Tante baik hati Pa." Sofia ikut menceritakan tentang Runi. Awalnya Judan pikir itu orang suruhan keluarga ibunya. Namun ketika melihat keadaan putrinya baik-baik saja, Judan memilih mengabaikan soal perempuan asing yang mendekati putrinya.
"Baiklah, ayo kita pulang." Judan menggendong Sofia dan berjalan menuju mobil untuk mengantar mereka pulang. Bu Misna ingin bilang kalau perempuan itu mirip dengan Sofia, tapi ia pikir itu tidak penting. Karena sudah jelas kalau dia orang asing. Jadi Bu Misna hanya mengatakan yang penting saja.
***
Judan duduk di atas kursi ruangan dokter Gio. Pria ini masih sering ke sini. Entah itu konsultasi soal dirinya, ataupun sekedar berbincang. Judan butuh pendengar. Apalagi itu soal kakaknya.
"Ada yang memberi tahu nomor ponselku pada ibuku, apa itu kamu?" tanya Judan langsung menuduh.
"Tuduhan yang tanpa basa-basi," kata Gio tidak marah. Judan angkat bahu. Dia juga bukan benar-benar menuduh, karena tahu kalau pria ini adalah orang yang paling dia percaya setelah kematian kakaknya. "Carilah orang di sekitar rumahmu. Pasti ada suruhan keluarga mu di sana."
"Tidak ada yang mengaku."
"Tentu saja. Bagaimana mau mengaku, karena mereka bisa mendapatkan dua gaji sekaligus. Dari kamu dan orang tuamu untuk menjadi mata-mata," ujar Gio.
"Kurang ajar sekali orang-orang itu." Judan kesal.
"Bagaimana kabar Sofia?" Gio tentu juga akrab dengan putri kakak Judan.
"Baik. Dia makin cantik." Judan mengatakan dengan gembira.
"Mungkin dia mirip ibunya." Gio tanpa sadar membuka luka Judan.
"Itu tidak adil. Kenapa dia harus mirip ibunya," geram Judan. Gio menggelengkan kepala.
"Aku hanya berpendapat, karena aku juga tidak tahu bagaimana rupa istri kakakmu karena dia menghilang setelah mengatakan ingin menikah. Bahkan dia tidak menghubungiku ketika aku mendengar keluargamu menolak menerima perempuan itu sebagai istrinya," kata Gio. Tidak ada yang tahu wajah perempuan itu kecuali keluarga Judan dan almarhum kakaknya sendiri.
Tok! Tok! Pintu ruangan Gio di ketuk seseorang. Seseorang masuk dari balik pintu.
"Oh, kamu Runi. Ada apa?" tanya Gio ketika perempuan itu masuk dengan catatan medis pasien di tangannya.
"Maaf, saya mengganggu," ujar Runi seraya melirik sebentar pada pria yang duduk di depan dokter Gio. Dia bermaksud menyelesaikan pembicaraan ini karena merasa pria ini adalah tamu penting.
"Anak pemilik real estate itu ya ..." Gio tahu siapa yang akan di bahas Runi. "Tidak apa-apa, dia hanya berkunjung saja. Kamu bisa berikan laporan itu," ujar Gio yang tahu Runi hendak segera keluar karena tahu ada Judan di depannya. Runi akhirnya mendekat pada meja Gio.
Saat itu, Judan melirik karena kebetulan perempuan ini melewati dirinya. Dari sisi kiri, ia merasa familiar dengan wajah itu. Apalagi ketika Runi menyerahkan laporan pada Gio tepat di depannya. Judan takjub, akhirnya ia menemukan perempuan ini lagi.
Merasa di perhatikan, Runi melirik sekilas ketika Gio tengah memeriksa laporannya. Sungguh terkejutnya Runi ketika tahu itu adalah pria yang mengikutinya. Pria di bar! Mata mereka bersirobok.
Senyum Judan mengembang ketika tahu bahwa dirinya sudah menemukan wanita ini. Apalagi perempuan ini juga sepertinya masih mengingatnya. Runi segera mengalihkan pandangan dari Judan. Wanita ini sengaja menghindar. Namun dia tidak ingin gegabah.
Rupanya kamu berpura-pura tidak mengenalku, gumam Judan seraya terus memperhatikan Runi. Baiklah. Aku akan ikuti permainan ini, tapi jangan harap aku akan berhenti menangkap mu. Judan bertekad dalam hati dengan kegembiraan luar biasa akhirnya berhasil menemukan perempuan ini.
"Ya, anak itu sudah mulai menunjukkan kemajuan pesat untuk pemulihannya." Gio menutup laporan dan mendongak. "Kamu bisa terus melakukan pemeriksaan seperti biasa, Runi."
"Iya, Dokter. Saya permisi." Runi segera mengakhirinya.
"Ya," sahut Gio yang tidak sengaja menangkap atmosfir aneh di sekitarnya setelah dia menyelesaikan membaca laporan medis itu. Runi tampak gelisah. Makanya perawat itu bergegas pergi menuju pintu keluar. Sementara itu Judan di depannya terlihat bersemangat. Senyumnya terlihat setelah sejak tadi saat berbincang dengan dirinya, pria itu murung. Ada apa ini? "Judan apa kamu ..."
"Aku harus pergi sekarang," kata Judan tiba-tiba.
"Ya?" Gio terkejut. Judan tampak terburu-buru membuka pintu dan keluar tanpa berpamitan dengan benar. Karena saking terkejutnya, Gio hanya bisa memandang pria itu menghilang dari hadapannya. "Benar. Kamu hanya datang kalau ada perlu denganku, lalu pergi kalau sudah tidak membutuhkanku. Baiklah. Aku mengerti orang yang labil sepertimu, Judan." Gio menghela napas dan berusaha mengerti.
Di luar pintu.
Judan sengaja bergegas pergi keluar setelah Runi. Dia ingin mengejar perempuan itu. Sungguh Judan beruntung hari ini. Ternyata Runi tidak berjalan dengan cepat karena mengira Judan tidak mengejarnya.
Perempuan itu masih ada di lorong. Bibirnya komat kamit geram bertemu lagi dengan pria di bar. Tanpa aba-aba, Judan langsung menangkap tangan Runi. Dia terkejut tangannya di tangkap oleh seseorang. Kepalanya menoleh ke belakang.
"Kamu ingin kabur?" tegur Judan. Mata Runi melebar sejenak setelah tahu itu siapa.
"S-siapa, ya?" tanya Runi tetap ingin berpura-pura tidak mengenalnya.
"Jadi kamu masih ingin berpura-pura tidak mengenalku?" tanya Judan tetap memegang tangan Runi.
"Maaf, saya tidak mengenal ..." Belum selesai kalimat Runi, mendadak Judan mendekatkan wajahnya pada wajah Runi. Mata Runi membeliak. Apa yang dia lakukan? pekik Runi dalam hati.
"Apa ini tidak mengingatkanmu pada sesuatu?" bisik Judan. Karena berdekatan seperti ini, orang-orang yang melintas mulai berbisik.
Sial, umpat Runi kesal. Dia masih diam tidak menjawab. Perempuan ini tahu Judan sengaja melakukan hal yang sama ia lakukan ketika di bar waktu itu.
"Aku tidak peduli dengan tatapan orang-orang itu, tapi apa kamu tidak apa-apa? Kamu petugas medis di rumah sakit ini," bisik Judan. Runi tahu. Sikap dia sekarang dengan pria ini sungguh tidak baik di lihat. Seperti seorang amatiran yang tengah pacaran tidak tahu tempat.
"Jadi lepaskan aku." Runi meronta pelan.
"Kamu harus janji untuk tidak kabur," kata Judan.
"Oke, aku janji. Lepaskan dulu tanganku, juga ... jauhkan wajahmu dari wajahku. Kita bukan pasangan mesum yang tidak tahu tempat," geram Runi. Beberapa rekannya sempat melihatnya. Ini membuat Runi tidak nyaman. Perlahan Judan menggeser wajahnya dan menatap lurus perempuan ini.
"Oh, ternyata kamu perempuan yang takut tentang reputasi juga. Aku pikir kamu akan bertingkah sembarangan demi kabur dariku. Seperti waktu di bar itu ..." Judan mengingatkan lagi tentang kejadian di bar itu seraya melepaskan tangan perempuan ini perlahan. Runi menipiskan bibir mendengar itu.
...______...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Renol Setyono
kyna runi yg membantu ibunya sofia wktu melahirkan n ibunya sofia meninggal.Sofia dibawa kknya judan
2023-09-16
0
✨rossy
mestinya akan ada intrik menanjak ini..
2023-09-06
0
Malik Maulana
Apa mungkin Runi ibunya Sofia, apa yang akan di lakukan Judan pada Runi ya jadi penasaran
2023-09-05
1