Bab. 4 Mulai akrab

"Lagi main petak umpet ya?" tanya Runi.

"Iya. Kok Tante tahu?" tanya Sofia polos. Bagaimana Runi tidak tahu, sampai sekarang suara perempuan paruh baya tadi masih terdengar memanggil namanya. Kalau bukan petak umpet, ya pasti dia mau kabur. Namun melihat keadaan gadis ini, dia tidak berencana untuk kabur sepertinya.

"Nona Sofia!" teriak Bu Misna lagi.

Bibir Runi tersenyum hangat. "Kasihan lho, sejak tadi bibi itu nyariin kamu," ujar Runi seraya menunjuk ke asal suara. Mendengar perempuan itu memanggil Nona, kemungkinan mereka pengasuh dan anak majikan. "Lebih baik kamu muncul saja. Biar bibi enggak bingung lagi."

"Masa main petak umpet begitu? Seharusnya bibi kan nyariin aku sampai ketemu." Sofia berkata dengan lugu. Runi menganggukkan kepala setuju.

"Iya, tapi ... lebih baik muncul saja. Kamu pasti menang kok. Karena enggak bisa temukan kamu, artinya bibi itu kalah. Kasihan kan kalau bibi bingung nyariin kamu terus." Runi membujuk. Pasti bocah ini sangat kecewa jika Runi langsung memberitahukan keberadaannya pada bibi yang sedang mencarinya. Jadi dia mencoba membujuk.

"Emm ... Kalau begitu, aku mau muncul saja deh." Sofia mengambil keputusan karena kasihan dengan Bu Misna.

"Sip. Itu bagus. Biar bibi itu enggak pusing nyariin kamu dan kamu juga menang." Runi berkata seraya tersenyum. Dia harus menunjukkan ekspresi senang kalau gadis ini mau mengambil keputusan itu. Sesekali perempuan ini juga melirik ke arah Bu Misna.

Perempuan paruh baya itu terlihat panik, langkahnya terhenti tidak jauh dari balik rimbunnya tanaman pagar ini. Runi kasihan juga. "Aku panggil bibi itu ya?" tanya Runi. Sofia mengangguk setuju. Runi berdiri mendekati Bu Misna. "Permisi," sapa Runi. Bu Misna menoleh. "Gadis cantik yang ibu cari, ada di sini," kata Runi seraya menunjuk ke arah balik tanaman pagar.

Bola mata Bu Misna melebar. Beliau langsung bergegas berjalan menuju ke balik rimbunnya tanaman menghampiri Runi.

"Nona Sofia," seru Bu Misnah senang. Beliau mendekat dan langsung memeluk gadis ini dengan erat. "Aduh, nona ini sembunyi dimana?" tanya Bu Misna gemas karena dia sempat kelimpungan karena kehilangan nona majikannya. Namun tanggapan Sofia berbanding terbalik dengan rasa cemas beliau. Gadis ini hanya tertawa kegirangan.

"Aku menang! Aku menang!" kata Sofia senang. Runi tersenyum merasa kasihan dengan Bu Misnah yang masih belum 'ngeh'. Mungkin beliau sudah lupa soal petak umpet karena bocah ini lama tidak muncul.

"Menang?" tanya beliau masih terbawa rasa khawatir.

"Iya, Bu. Gadis cantik ini bilang tadi bersembunyi karena sedang main petak umpet," ujar Runi mengingatkan.

"Oh ... Iya, iya. Kita tadi main petak umpet ya." Bu Misna langsung paham.

"Jadi, karena Ibu tidak bisa menemukannya, maka gadis cantik ini mau muncul supaya ibu enggak cemas. Itu artinya, dia menang. Bukan begitu sayang?" Runi menjabarkan dengan ramah. Juga memberi kode untuk setuju dengannya.

"Ya, ya! Sofia menang! Sofia menang!" seru Sofia merayakan kegembiraannya. Runi tersenyum. Bu Misna ikut tersenyum akhirnya.

"Benar. Bibi kalah karena enggak bisa menemukan Nona. Jadi Nona Sofia yang menang," kata Bu Misna mengakui kemenangan gadis ini dan ikut bertepuk tangan. Beliau mengerti kode dari Runi.

"Bibi, tadi dari sini keluar darahnya, lho." Sofia ingat bahwa tadi ada darah mengalir dari hidungnya. Dia menunjukkan lubang hidungnya pada Bu Misna.

"Darah? Nona Sofia berdarah?" tanya Bu Misna panik lagi. Kali ini makin panik daripada tadi. Beliau memeriksa hidung Sofia.

"Iya, aku di bantuin sama Tante baik ini," kata Sofia menunjuk Runi yang berdiri. Bu Misna menoleh pada Runi.

"Iya, gadis ini tadi mimisan." Runi menjelaskan.

"Mimisan?" tanya Bu Misna yang langsung melihat ke Sofia lagi. Gadis itu hanya mengerjapkan mata dan berwajah polos tanpa tahu Bu Misna ketakutan.

"Sekarang sudah enggak. Hanya sebentar kok.' Mungkin karena kecapean saja." Runi menjelaskan setahu dia.

"Aduh, terima kasih nona," Bu Misna membungkuk merasa bersyukur.

"Ah, jangan panggil Nona. Panggil saja Runi." Panggilan nona tidak nyaman untuknya. Apalagi dengan tubuh membungkuk begitu. Karena itu terdengar mirip majikan juga.

"Terimakasih Runi," kata Bu Misna lagi.

"Iya sama-sama. Lagipula tadi kebetulan saja dia ada di belakang saya. Jadi ketahuan pas dia mimisan," kata Runi.

"Nona, sudah bilang terima kasih sama Tante belum?" tanya Bu Misna pada Sofia.

"Belum ..." Sofia tersipu.

"Hayo ... sekarang cepat bilang terima kasih gih, nanti keburu enggak ketemu lagi sama Tante."

"Makasih ya, Tante sudah menolong Sofia," kata gadis ini begitu imut.

"Iya, sama-sama. Gadis pintar. Pasti mirip sama mamanya," kata Runi yang tidak tahu kalau gadis ini tinggal dengan pamannya. Bu Misna terperanjat kaget.

"Sofia tidak punya mama, yang ada hanya papa Judan," kata Sofia polos. Runi melebarkan mata terkejut. Bu Misna jadi ikut terdiam ketika Sofia membicarakan mamanya. Runi merasa tidak enak hati karena membuat suasana tidak nyaman.

"Oh, maaf. Tante enggak tahu ..." Runi merasa bersalah.

"Enggak apa-apa, Tante. Papa Judan bilang, lebih baik enggak ada mama. Karena mama Sofia itu jahat." Bocah kecil tetaplah polos. Tanpa di tanya, dia terus mencoba bercerita tentang mamanya. Runi melirik ke arah Bu Misna di sampingnya. Atmosfir terasa berat.

"Sudah, Nona. Ayo kita ke papa Nona saja," kata Bu Misna berusaha menghentikan cerita bocah kecil ini. Runi paham. Jikalau memang keluarga mereka ada apa-apa, dia tidak seharusnya tahu. "Sekali lagi terima kasih. Saya permisi dulu."

"Oh, iya Bi. Jangan lari-lari dulu ya gadis cantik, badan kamu masih capek." Runi memberi nasehat.

"Oke Tante. Dadah Tantee!!!" Sofia melambaikan tangan dengan gembira. Runi melambaikan tangan juga melepas kepergian bocah itu.

"Mungkin, jika bayi itu hidup ... dia akan sebesar gadis ini," lirih Runi sedih. Matanya berkaca-kaca. "Ah, takdir memang tidak bisa di ubah. Inilah jalannya." Runi mengerjapkan mata guna mengusir matanya yang mulai berkaca-kaca. Lalu dia berjalan kembali menuju rumah sakit.

Saat itu Judan yang baru saja pergi menemui tamu, kembali secepatnya ke taman bermain ini. Tadi, mendadak ada telepon dari tamu. Dia harus menemui mereka. Itu sebabnya terpaksa dia meninggalkan Sofia di taman bersama Bu Misna.

"Sofia!" panggil Judan.

"Papa!" seru Sofia. Kali ini dia tidak berlari. Karena ingat perkataan Tante yang baik hati soal jangan berlari-lari karena badan masih capek. Melihat Sofia yang mengganti larinya menjadi jalan kaki biasa, Judan merasa heran. Bu Misna masih belum bilang soal mimisan tadi. "Sekarang, Sofia enggak mau lari lagi," kata Sofia ketika sudah ada dalam pelukan Judan.

"Oh, ya? Itu bagus, tapi kenapa?" tanya Judan.

"Karena Tante tadi bilang, jangan lari terus nanti capek," kata Sofia.

"Tante?" Judan heran. Dia menoleh pada Bu Misna untuk menanyakan siapa yang sudah bertemu dengan putrinya.

..._____...

Terpopuler

Comments

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

Shanti Siti Nurhayati Nurhayati

hemm baru mulai ngerti nih alur ceritanya,,, ok gass

2024-05-05

1

Yani Inaya Emerald Msi

Yani Inaya Emerald Msi

apakah runi ibunya sofia?

2024-01-16

0

✨rossy

✨rossy

Runi taunya anak nya meninggal gimana kejadian sebenarnya?????

2023-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!