Dua tahun yang lalu..
Vino dan Yusuf sengaja tidak keluar dari kelasnya setelah pelajaran ekskul komputer. Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore
"Kamu yakin kita nungguin disini?" Vino sebenarnya enggan diajak main detektif oleh Yusuf,tetapi rasa penasarannya melebihi rasa enggannya tersebut.
"Daripada kita pulang dulu, mending sekalian saja. Lagipula sebentar lagi kan magrib. Sudahlah! Kita sembunyi saja dulu" pinta Yusuf pada Vino.
Tak lama kemudian terdengar suara derap kaki mendekati Vino dan Yusuf yang sedang bersembunyi di bawah meja komputer. Kemudian terdengar suara Pintu terkunci.
"Pintunya dikunci dari luar, gimana kita keluarnya nanti?" Vino mulai cemas.
"Kita keluar lewat jendela" Yusuf pun menunjuk jendela di pojokan yang terbuat dari kayu dan bisa dibuka dari dalam.
"Syukurlah.." Vino merasa lega karena dia punya jalan keluar nantinya.
Waktu pun berlalu, sayup-sayup mulai terdengar suara adzan berkumandang. Suasana mulai mencekam. Tak ada suara menambah sunyi nya ruangan itu yang semakin gelap karena tidak adanya penerangan.
Tak lama kemudian, Vino dan Yusuf pun mendengar suara seperti barang yang diseret. Yusuf mulai mengaktifkan kamera infrared yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
"Kok bisa terpikirkan olehmu hal seperti ini?" tanya Vino yang tak punya persiapan apapun.
"Aku kan detektif!" jawab Yusuf sambil berbisik. Vino dan Yusuf pun kembali diam dan mulai menyimak kameranya.
Vino dan Yusuf sudah duduk di bangku bagian belakang di dekat jendela kayu tempat mereka kabur nanti. Mereka mengamati kamera dengan seksama. Yusuf pun mengarahkan kameranya ke arah suara yang didengarnya.
Betapa terkejutnya mereka saat melihat sebuah koper sudah berada di depan kelas. Padahal tadi sebelum semua pergi tidak ada apapun disana. Vino langsung membungkam mulutnya sendiri karena takut mengeluarkan suara. Sementara Yusuf biasa saja seolah tidak terkejut dengan hal seperti itu.
Yusuf pun mengedarkan kembali kameranya ke sekeliling ruangan dan semua masih aman. Hingga mereka berdua dibuat kaget dengan penampakan seorang wanita yang tersenyum persis di sebelah Vino.
Tentu saja Vino langsung berdiri dan segera kabur. Vino langsung berdiri untuk membuka jendela kayu itu dan berusaha keluar duluan tanpa menghiraukan Yusuf. Namun semakin Vino membukanya, tangannya semakin licin saja.
"Cepat Vin.." teriak Yusuf yang ternyata sudah berdiri di belakangnya karena ingin cepat sepat keluar.
Vino pun bisa membuka jendela itu dan segera melompat keluar diikuti Yusuf. Mereka pun akhirnya keluar dari ruang komputer tersebut.
Vino dan Yusuf terus berlari menuju gerbang sekolah. Mereka berlari sekuat tenaga meninggalkan sekolah mereka. Namun lama kelamaan Yusuf menyadari jika mereka hanya berlari mengelilingi sekolahan saja.
"Berhenti dulu!" Yusuf berusaha mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Ayo kita pulang saja!" teriak Vino yang sudah tidak kuat lagi melanjutkan aksi detektif nya.
"Kamu sadar gak sih kita sudah melewati tempat ini berkali-kali?" Yusuf pun menjelaskan maksudnya. Vino segera melihat sekelilingnya dan ternyata mereka masih berada di depan ruang komputer. Vino mulai merasa bulu kuduknya berdiri.
Angin dingin pun berhembus, Vino memeluk tubuhnya sendiri karena merasa dingin. Yusuf yang sudah bisa mengontrol nafasnya mulai menegakkan tubuhnya dan meraih tangan Vino. Yusuf dan Vino pun berjalan menuju luar sekolah.
Namun siapa sangka tiba-tiba tubuh Yusuf terpelanting seakan ada yang menabraknya. Vino yang lengannya digandeng Yusuf pun akhirnya ikut terjatuh. Sontak saja mereka berdua langsung teriak minta tolong sekencang kencangnya.
Yusuf dan Vino berusaha berdiri. Mereka ingin segera keluar dari sekolah tersebut. Namun semakin mereka berusaha, berulang kali mereka pun terpelanting.
"Tulangku rasanya ada yang patah!" Vino pun menangis karena merasa sekujur tubuhnya sakit.
Sementara itu, Yusuf tak bersuara. Yusuf terdiam bersandar pada dinding kelas. Setelah itu terdengar suara tertawa dari Yusuf. Namun suara tersebut adalah suara perempuan.
"Suf.." panggil Vino dengan nada lirih. Yusuf masih terus tertawa.
Vino tak bisa berdiri karena kakinya tak bisa digerakkan. Vino pun berusaha mengeluarkan ponselnya dari saku celananya. Untungnya Ponsel masih aktif. Tak tau nomor siapa, Vino asal pencet saja salah satu nama di daftar kontaknya. Namun seakan tak bisa mengeluarkan suara, Vino hanya mendengar suara 'hallo' dari ponselnya.
Vino berusaha mengeluarkan suaranya,tetapi tidak bisa. Yusuf berhenti tertawa. Kini dia menghampiri Vino dan menarik tangannya. Vino berusaha memohon pada Yusuf, tetapi Yusuf tidak menghiraukannya.
Yusuf pun menyeret Vino dan membawanya masuk ke ruang komputer. Vino menjadi heran karena ternyata pintu itu dengan mudahnya dibuka oleh Yusuf.
Vino kembali berusaha teriak, tetapi tetap saja tidak bisa mengeluarkan suaranya.
Yusuf membuka koper yang ada di depan ruangan. Koper yang tiba-tiba saja ada setelah Yusuf mengaktifkan kamera infrared nya tadi. Vino pun melihat ke bangku pojokan tempatnya duduk bersama Yusuf tadi. Ternyata kamera milik Yusuf masih ada di sana dan masih on. Vino berusaha minta tolong tapi suaranya tetap tidak bisa keluar.
Koper telah dibuka, Yusuf kembali menarik Vino dan memasukkannya ke dalam koper. Vino tak berdaya. Setelah tadi merasa kakinya tak bisa digerakkan, kini seluruh tubuhnya seakan mati rasa sehingga dengan mudahnya Yusuf melipat tubuhnya dan memasukkannya ke dalam koper.
Yusuf masih tertawa dengan suara perempuan. Vino pun merasa jika kini Yusuf menyeret koper tersebut. Vino merasa sesak di dalam koper hingga akhirnya pingsan.
Vino pun akhirnya sadar. Dia terbaring di kasur rumah sakit. Tak ada siapapun disana. Vino hanya bisa mengedarkan pandangannya tanpa bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Kini seluruh tubuh Vino sudah dalam balutan perban.
Tak lama kemudian Vino mendengar ada suara beberapa langkah kaki menuju ruangannya. Vino pun memejamkan mata dan berupaya mendengar percakapan mereka nanti.
Terdengar suara dokter sedang berbicara dengan seorang wanita. Vino meyakini jika itu adalah suara ibunya yang terdengar menangis. Vino merasa bersyukur karena masih bisa bertemu ibunya.
"Ibu tenang saja. Anak ibu sudah baik baik saja. Ibu cukup berdoa saja, semoga anak ibu segera sadar." ucap dokter menenangkan ibunya Vino.
"Iya dokter" jawab ibu Vino singkat.
Setelah memeriksa kondisi Vino, dokter dan perawat pun pamit. Ibu Vino berada di samping Vino dan membelai tangannya. Vino pun membuka matanya dan berusaha menggerakkan lengannya yang dipegang ibunya tetapi tidak bisa. Ternyata tubuh Vino masih mati rasa. Dan sang ibu masih belum menyadari jika Vino sudah membuka matanya karena masih menunduk dan menangis.
Keesokan harinya, ibu Vino sudah mengajak Vino ngobrol meskipun Vino masih belum bisa mengeluarkan suaranya. Vino hanya bisa mengedipkan matanya jika diajak bicara ibunya.
Beberapa saat kemudian ada beberapa polisi yang datang untuk memintai keterangan terkait hal ditemukannya Vino di dalam koper di pemakaman umum. Namun karena Vino tidak bisa bicara dan menggerakkan tubuhnya, akhirnya polisi kembali dengan tangan kosong tanpa mendapatkan informasi.
"Jadi teman kamu itu Vino atau Yusuf?" Mika menjadi bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Bambang Setyo
Kasian... Yusuf pasti udah meninggal terus disusul vino.. Hantunya jahat amat ya...
2023-09-08
1