Akhirnya diambil lagi

Ibuk sedang mengupas mangga, Nindi tidak mau mangga muda ia sedang ingin makan harum manis. Ibuk datang tadi pagi diantar Tama. Bapak gak bisa ikut karena harus ke kantor.

Dengan tidak sabar Nindi mengambil potongan buah mangga yang sudah di potong di atas piring.

"Manis" tanya Ibuk.

"Manis"Nindi menikmati mangga itu dengan lahap.

"Mama tadi nya mau bawa semur daging, tapi kata Juna nanti kamu gak suka" mertua Nindi, mama Juna yang juga ada di rumah itu sedang sibuk di meja makan. Ia juga langsung bergegas ke rumah itu begitu tau menantunya hamil.

"Jadi mama bawakan goreng-gorengan aja, ikan goreng, dendeng" lanjut mamanya.

"Makasih ya ma" Nindi merasa beruntung sekali, ia dikelilingi oleh orang-orang yang begitu mencintainya.

......................

Setelah dua Minggu akhirnya juna menemani Nindi untuk USG lagi dan Alhamdulillah sudah ada kantongnya. Dengan usia kehamilan 6-7 Minggu.

Nindi sangat senang, memandangi berkali-kali hasil USG itu. Ia sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan jadi ibu.

Nindi menjalani harinya seperti biasa, ia jujur merasa aneh karena ia sama sekali jarang mual muntah. Padahal sesuai ilmu yang ia pelajari, wanita hamil akan mengalami mual muntah di usia awal kehamilan sampai dengan 12 minggu.

Meski banyak pertanyaan di kepalanya, selalu saja orang disekitarnya meyakinkan kalau itu gak apa-apa. Dan sepertinya ia hamil anak cowok.

Nindi tentu saja senang jika kenyataannya memang seperti itu.

Pagi ini seperti biasa Nindi bangun dari tidurnya. Ia berencana untuk segera mandi dan menyiapkan sarapan pagi.

"Mas"teriaknya dari kamar mandi.

Juna yang sedang larut dalam mimpi terbangun dan bergegas menuju kamar mandi.

"Kenapa yank" tanyanya dan mendapati Istrinya menangis. Dari paha sampai betisnya mengalir darah

"Aku pendarahan" ucap Nindi terisak.

"Hah... Trus gimana? Kita ke rumah sakit"

"Ambilkan pembalut dulu"

"Dimana?"

"Di lemari dekat obat"

Setelah perjalanan yang cukup terasa sangat panjang, Nindi telah berada di IGD. Ia di periksa oleh petugas rumah sakit dan kemudian di periksa oleh dokter kandungan.

"Kalau menurut usia kehamilan ini harusnya udah berbentuk janin" kata sang dokter.

"Tapi ini masih kantong, letaknya juga udah dibawah. Sepertinya gak berkembang jadi gak bisa di pertahankan" lanjutnya.

"Maksud dokter harus di keluarkan"tanya Juna.

"Iya, keadaan ini disebut dengan janin tidak berkembang"

"Saya akan kasih obat untuk kontraksi, kamu siapkan tenaga ya. Nakan dulu karena nanti akan sangat capek saat kontraksi" jelas sang dokter.

Nindi hanya mengangguk, Nindi masuk kamar perawatan. Ia sama sekali tidak bisa menahan air matanya.

"Maaf mas" ucap Nindi terisak.

"Udah sayang, gak apa-apa. Belum rezeki kita" Juna memeluk Nindi yang makin terisak.

suara tangis sesenggukan memenuhi isi kamar ruang VVIP rumah sakit itu.

"Ma tolong jangan ngomong keras-keras" pinta Juna pada mama yang berada di luar kamar.

"Tapi itu kenyataannya kan, Nindi tu gak ada kerja. Di rumah gak juga ngapa-ngapain, tapi gak bisa jaga kandungannya" Mama Juna terlihat sangat kesal menerima kabar menantunya keguguran.

"Ma, ini tuh bukan karena kesalahan Nindi. Kata dokter Janin itu yang gak berkembang" Juna mencoba memberi pengertian.

"Alah, itu pandai-pandai dokter aja" Wanita itu masih saja tidak terima.

"Ma.."Juna putus asa memberikan pengertian pada Mamanya.

"Buk, bapak, Tama" sapa Juna melihat mertuanya datang bersama adik iparnya.

"Gimana Nindi nak" tanya Ibuk.

"Nindi lagi didalam, habis minum obat yang buat kontraksi"

"Boleh kami masuk" tanyanya.

"Tentu pak, buk" Juna mengantar mertuanya masuk.

"Permisi buk Dian" kata Bapak sebelum masuk ke ruangan perawatan anaknya. Dian, mamanya Juna hanya menatap jengkel keluarga itu.

"Nak" panggil ibuk menggenggam tangan putrinya yang terlihat sangat kesakitan.

"Buk, pak" panggil Nindi lemah.

"Sakit" tanya ibuk mencoba menahan air matanya.

Nindi mengangguk lemah,

"Anak bapak, adalah perempuan paling kuat" kata Bapak Riswan kemudian.

Nindi mengangguk lagi, perutnya rasa di robek. Sekali dalam 1 menit ada nyeri yang datang hingga 15 detik. kuku dan telapak tangannya beradu, ia mengempalkan tangannya kuat. Sesekali bergerak gelisah ke kiri dan kanan.

"Yang kuat nak" Ibuk mengusap anak rambut Nindi, mengusap kepalanya memberi semangat.

"Udah malam, Bapak sama ibuk pulang istirahat" ucap Nindi lemah.

"Bapak sama ibuk gak apa-apa disini nak" kata pak Riswan.

"Nindi yang kepikiran pak" jawabnya lagi.

Bapak terdiam, ia meletakan tangannya di bahu istrinya yang duduk di sisi tempat tidur.

"Ada mas Juna" Nindi meyakinkan ibuk yang menatapnya dengan wajah khawatir.

Ibuk terdiam kemudian berdiri dari duduknya,

"Bapak sama ibuk dan Tama pulang ya"

Nindi mengangguk,

Ibuk mencium pipi dan kening anaknya, mengusap rambutnya lagi.

"Kami pulang ya nak" Kata Bapak mencium kening anaknya.

Nindi mengangguk.

"Mbak, aku pulang" Tama walaupun terlihat cuek, wajahnya menunjukan ke khawatiran.

"Jangan ngebut ya"

"Siap" Tama sempat menggenggam erat tangan Nindi dan kemudian pergi.

Setelah keluarganya pergi, Kini ruangan itu hanya menyisakan Nindi dan Juna.

Juna duduk di kursi disamping tempat tidur, menggenggam tangan istrinya kuat. Sesekali ia merasakan Nindi menggenggam lebih erat tangannya.

Malam itu akhirnya berakhir dengan keluarnya gumpalan daging. Dokter kandungan yang mengecek ulang memastikan bahwa rahim Nindi sudah bersih.

Nindi terisak dalam diam, melihat suaminya yang tidur dalam posisi duduk disampingnya.

Rasa sakit kehilangan calon buah hati ternyata rasanya seperti ini. Nindi menggigit bibirnya agar tak terdengar isak tangisnya yang akan membangunkan Juna.

...****************...

Terpopuler

Comments

shanum

shanum

lanjut kk

2023-09-03

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!