Akhirnya 1 bulan

Nindi menatap ranjang besar di kamarnya, suaminya baru pulang subuh tadi setelah pulang shooting.

Nindi bersiap untuk menyiapkan sarapan, hampir satu jam ia sibuk di dapur sampai sebuah tangan melingkar di pinggangnya.

" masak apa sayang" tanya Juna mencium bahu Nindi.

" nasi goreng"

"aku lapar" kata Juna beranjak menuju meja makan.

"Hari ini ada Shooting jam berapa" tanya Nindi seraya membawa 2 piring nasi goreng lengkap dengan telur di atasnya.

"Siang, sekitar jam 1 an"jawab Juna menyambut piring yang di sodorkan istrinya.

Nindi juga duduk disamping suaminya menikmati nasi goreng buatannya.

"Sayang, maaf ya udah sampai 1 bulan kita menikah, belum sempat pergi bulan madu" ucap Juna tiba-tiba.

Nindi mengentikan suapannya, ia menatap Juna yang tampak kelelahan.

"Gak apa-apa sayang" jawab Nindi mengerti situasi suaminya.

"Makasih ya" Juna mengusap pucuk kepala Nindi lembut.

"Nanti aku mau ke rumah ibuk boleh" tanya Nindi.

" Kenapa? Ibuk sakit?" Juna balik bertanya, menghentikan suapan nasi gorengnya yang hanya sisa berapa suap.

"Gak, kangen aja sama ibuk"

"Kamu bosan di rumah aja" tebak Juna akhirnya menghabiskan nasi gorengnya.

Nindi tersenyum,

"Nanti pergi biar diantar supir ya" Juna mendapatkan jawaban dari pertanyaannya sendiri.

"Gak usah, naik taksi aja"

"Jangan bawel" kata Juna mengambil piring istrinya yang sudah kosong dan menyatukan dengan piringnya, kemudia berjalan menuju dapur.

"Temani aku tidur lagi yuk, ajak Juna begitu keluar dari dapur"

"Habis makan lo sayang"

"Gak apa-apa, yuk" Juna menarik tangan Nindi menuju kamar mereka.

*****

Sebuah mobil mersi berwarna hitam berjalan di antara puluhan mobil di aspal hitam itu. Nindi duduk di belakang supir sambil sesekali menatap keluar jendela, ia menarik nafasnya pelan.

Pada awalnya tadi ia ingin mengecek sosial medianya tapi baru 5 menit ia capek sendiri membaca komentar hate tentang dia.

Menjadi istri seorang artis tak segampang yang di fikirkan orang. Apa lagi yang di nikahi adalah idola wanita.

Juna sudah melarang Nindi untuk tidak membuka sosial medianya untuk sementara waktu karena ia tak ingin Nindi sakit hati sendiri membaca komentar-komentar dari netizen.

Sudah hampir 1 jam mobil ini melaju, jalanan sudah tidak rame lagi mendekati kediaman orang tua Nindi. Kedua orang tuanya emang tinggal di pinggir ibukota.

Seorang wanita separuh baya keluar begitu mendengar suara mobil masuk perkarangan rumahnya.

Nindi langsung keluar mobil dan berlari memeluk ibunya.

"Ibu.. kangen" kata Nindi manja.

Ibu membalas pelukan anak sulungnya itu, ia sendiri juga rindu dengan putrinya satu-satunya itu.

"Ayo masuk, Bapak di dalam"

"Pak, Nindi pulang" panggil ibu berjalan masuk ke rumah yang sederhana itu.

"Pulang kamu nak"kata Bapak Riswan keluar dari kamarnya.

Nindi salim ke Bapaknya.

"Juna mana"tanyanya tak melihat menantunya ikut datang.

"Biasa pak, kerja" jawab Nindi.

"Ya..ya.. wajah Juna muncul tiap hari di tv, pasti dia sibuk sekali" jelas pak Riswan mengakui.

Mereka duduk di ruang keluarga sekaligus ruang tamu, di sebuah sofa dengan warna merah tua.

"Nindi tadi beli kue" kata Nindi meletakkan sebuah paper bag coklat di atas meja.

"Wah ada kue nih" kata seseorang dari arah pintu masuk.

"Assalamualaikum kalau masuk rumah" sindir Nindi.

"Waalaikumsalam mbak Nindi" kata pemuda yang lebih muda itu.

Ia berperawakan tinggi, badan tidak terlalu kurus ataupun juga tidak gemuk. Punya kulit putih langsat, sama dengan Nindi dia adalah Tama,  adik kandung Nindi.

"Jangan godain mbak mu, salim"

Tama hanya cengengesan, mengulurkan tangannya ke arah sang kakak untuk salim.

"Mana mas artis" tanyanya kemudian.

"Lagi shooting"

"Sibuk kali lah mas Juna tu, padahal aku mau di ajakin shooting juga"

"Emang kamu bisa acting apa" tanya bapak.

"Bisalah pak, Tama paling pintar acting sakit kalau lagi malas sekolah" sindir Nindi.

Ibuk dan bapak tertawa, sementara Tama menekuk wajahnya tak suka.

"Udah sana mandi, biar ibuk potong kuenya dulu"

"Ya... " tama beranjak malas menuju kamarnya.

*****

"Oke cut" teriak sutradara dari balik kamera.

"Kerja bagus semuanya, istirahat dulu ya" lanjutnya.

Juna melangkah menuju tempat istirahat, ia sempat menerima tisue untuk melap keringatnya.

"Jun nih" asistennya menyerahkan kotak nasi makan malamnya.

"Oke thanks" jawab Juna singkat mengambil kotak nasi itu dan meletakkan di meja, kemudia mulai sibuk dengan smartphonenya.

"Sayang"

Sebuah pesan singkat masuk ke smartphone milik Nindi, Nindi menghentikan suapan makannya.

"Iya sayang, udah makan"

"Baru mau makan, kamu udah makan?"

Nindi menfoto piring makannya yang berisi nasi dengan lauk ayam goreng dan sayur lobak.

"Nih lagi makan"

"Bapak ibuk nanyain mas"

"Iyah, tapi mereka ngerti kok kalau mas lagi shooting"

"Syukurlah, titip salam ya sama bapak dan ibuk"

"Iyah mas"

"I love you, sayang"

"Love you too "

"Ehemmm senyum-senyum terus" goda tama yang dari tadi memperhatikan mbaknya yang sibuk dengan hpnya.

"Bilang aja kamu iri" Nindi meletakkan hp nya di meja kemudia menatap adiknya mengejek.

"Ngapa pula iri"

"Makanya punya pacar" goda kakaknya

"Aku tuh ya mbak, bukannya gak laku. Hanya lagi menikmati hidup aja, biar gak di atur-atur" jelas Tama.

Nindi memasang wajah menyindir, membuat bapak dan ibunya yang menyimak dari tadi tertawa kecil.

"Bilang aja belum bisa move on dari Indah"

"Jangan sebut-sebut nama indah lagi lah mbak, dia udah bahagia" Tama paling tak suka jika mereka membahas tentang Indah.

Indah adalah matan kekasihnya yang menikah karena di jodohkan oleh orang tuanya.

"Makanya, buka hati kamu untuk yang lain, kamu ganteng, pintar, pekerjaan lumayan" jelas Nindi.

"Hmmm" Tama agak malas menanggapi.

"Udah nin, jangan Goda Tama terus" kata ibuk.

Akhirnya Nindi patuh untuk diam, mereka melanjutkan makan malam dalam diam.

***

"Mas udah pulang" Nindi terlihat surprise dengan penampakan suaminya yang lagi duduk di ruang keluarga.

"Hu..uh, shooting hari ini udah kelar" jawab Juna mengalihkan pandangannya ke arah istrinya yang baru datang.

Jam dinding sudah menunjukan hampir jam 10 malam. Biasanya Nindi lah yang duduk disini menunggu Juna, tapi kali ini Juna yang duduk menunggunya. Nindi jujur sangat senang sekali.

Juna menarik Nindi duduk di pangkuannya, melingkarkan tangannya di perut rata istrinya. Menyandarkan kepalanya ke punggung Nindi, menikmati aroma manis nan candu dari wanita itu.

"Aku kangen" lirih Juna.

Nindi mengerutkan keningnya, ia tau ada makna tersirat dari kalimat barusan.

"Aku mandi dulu ya" pinta Nindi.

"Aku ikut, aku juga belum mandi. Sengaja menunggu kamu"

Mata Nindi membelalak, menatap suaminya yang tertawa kecil.

Wajah nindi bersemu merah,

"Aku mandi sendiri aja, mandi sama kamu mas bakal lama" tolak Nindi.

"Gak mau, mana tau kalau kita mandi bersama Juna junior segera hadir di perut kamu" Juna semakin mengeratkan pelukannya.

Kemudian dengan cepat Juna mengangkat Istrinya dalam gendongannya menuju kamar mandi.

******

Terpopuler

Comments

shanum

shanum

/Hey/

2024-08-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!