Merasa tak percaya bahkan sampai tercengang, itulah reaksi Kakek dan Nenek. Bahkan, mereka terang-terangan menampakan keterkejutan yang teramat.
"Ini...." Nenek terlihat sangat ragu untuk berkata. Ia pandang putra dan menantunya saksama. Sorot mata wanita setengah abad itu meminta jawaban.
Kakek berdehem, mencairkan suasana yang ntah seperti apa saat ini. Ia menyuruh putra, menantu dan ... cucunya untuk beristirahat dulu sebelum waktu makan siang tiba.
Sepeninggalnya Candra beserta istri dan putrinya. Kakek menyusul istrinya yang tengah melihat-lihat majalah sambil menikmati secangkir teh tawar di ruang tamu. Kakek merasa istrinya bersikap berbeda.
"APAKAH TADI CUCU KITA, PA?" Setibanya Kakek saat itu pula Nenek bersuara tanpa mengalihkan atensinya. Suara wanita itu terdengar kecewa ... sedikit.
Kakek berdehem, menghembuskan napas dan begitu seterusnya hingga helaan napas jengah terdengar dari Nenek.
"Biarlah putra kita yang meluruskan putrinya. Jika memang gaya hidup seperti itu yang dipilih cucu kita, maka biarkanlah. Jangan—"
Nenek menyela. "Jangan ... jangan apa, Pa?" Kali ini Nenek telah menutup majalahnya. "Seharusnya kita tegur jika putra kita diam saja ketika dihadapkan dengan sesuatu yang salah. Papa kenapa malah ingin diam?"
Kakek menyeruput teh tawar istrinya tanpa permisi. Namun sama sekali tak ditegur Nenek. Biarlah. "Itu hidup Candra dan keluarganya, biar mereka jalani pilihan hidup mereka. Toh, mereka juga 'kan yang akan menanggung akibatnya."
Setelah berkata tak terlalu panjang, Kakek memilih meninggalkan istrinya. Nenek hanya bisa menghela napasnya. Suaminya ini benar-benar...
Ah, sudahlah!
"GAK PENTING!!" Gadis berambut panjang sepunggung dengan apel di tangannya, menyunggingkan senyum sinis. Semua percakapan kakek dan nenek ia rekam jelas secara diam-diam, ia rekam dengan telinganya sendiri dengan sangat jelas!
Dan ... ya, seperti itulah respons gadis itu. Terlanjur nyaman dengan penampilannya yang seperti ini, membutakan gadis itu bahwa agamanya melarang berpakaian tapi telanjang.
Pergaulan gadis itu terlanjur tak tertata, sudah bebas!
"Fara ...." Suara Rika, Mamanya memanggil. Lekas gadis itupun menoleh ke sumber suara. "Ngapain kamu di sini, ngelamun nggak jelas?" tanya Rika tepat di samping putrinya.
Fara mengangkat bahunya. Ia memilih menggigit apelnya dari pada memberi jawaban pada orang yang melahirkannya. Gadis cuek!
"Fara ... Mama bicara sama kamu, lho!" Rika tak tinggal diam. Ia menegur putrinya yang tak menggubrisnya dari tadi.
"Aku capek, mau istirahat." Fara memutar bola matanya jengah. Ia benar-benar berbeda saat ini, gadis cuek nan acuh. Jawaban Fara mengundang Rika untuk menghela napas panjang-panjang.
Fara yang telah menggapai knop pintu kamarnya, memutar tubuh menghadap Mamanya yang masih setia berdiri ditempatnya. "Ma...."
Rika menatap putrinya. Ditunggu apa yang selanjutnya akan Fara katakan.
"AKU NGGAK MAU STLYE -KU DITENTANG, TITIK!!" Setelahnya Fara masuk ke kamar.
"Apa maksudnya Fara? Siapa yang menentang gaya pakaiannya?" gumam Rika masih setia ditempatnya dari tadi. "Mama," tebaknya dalam hati.
******
Terdiam menatapi langit-langit kamar asramanya sembari melepas penat usai seharian beraktivitas, kegiatannya terganggu akibat panggilan Bu Nyai. Mayra lekas membenahi jilbabnya yang berantakan karena dipakai rebahan.
"Kamu mau ke mana, May?" Kayla menghentikan langkah Mayra yang menuju kediaman atau ndalem Kyai pemilik pesantren.
Mayra tersenyum sejenak. "Aku mau ke ndalemnya Kyai, La."
"Mau apa?"
Mayra mencubit pelan dua pipi Kayla. Gemas dengan sahabatnya yang keponya masyaAllah. "Ikhh, sakiiitt, May!" keluh Kayla.
Mayra tersenyum simpul. "Assalamualaikum."
Kayla berkacak pinggang ditempat sambil mempoutkan bibirnya. Kesal tak mendapat jawaban dari Mayra. "Waalaikumsalam."
Ah, sudahlah lupakan Mayra! Lupakan juga kesalnya Kayla!
Mayra terkekeh pelan. Mana berani ia keras-keras, ia harus menjaga sopan santunnya. "Ya, Allah ... Kakek jangan bercanda mulu! Nggak enak Mayra sama orang-orang di ndalemnya Kyai."
Rupa-rupanya Mayra terkekeh dengan kakeknya yang mengajak ia bicara lewat telepon.
"Mayra, cucunya kakek ... senyum terus, ya. Jangan sedih lagi. Apalagi nangis cuma karena kangen kakek-nenek di rumah."
Mayra kembali terkekeh pelan. Kakeknya ini narsis kelas kakap! "Kakek bicara apa, sih!? Udah ah, jangan bicara gini lagi. Nggak jelas, Kek."
Suara tawa disebrang telepon Mayra dengar. Lega dapat mendengar tawa kakeknya sekalipun hanya di telepon. Mayra tenang kakek neneknya bahagia.
"Oh ya, Mayra. Di sini ada Fara. Baru saja datang tadi pagi. Tap...."
"Fara ada di Indonesia, Kek? Serius? MasyaAllah, aku ikut senang dengarnya, Kek. Gimana kabarnya?" Mayra langsung memberondongi kakeknya dengan ucapan ungkapan bahagianya.
"Dia baik. Om Candra dan Tante Rika juga baik."
"Alhamdilillah..." timpal Mayra lega. Sudah lama ia tak berjumpa saudaranya. Keinginan bertemu, melepas rindu tentu ada.
"Tapi sayangnya mereka kembali tidak seperti dulu. Mereka berubah, Mayra. Fara saudaramu itu bukan Fara yang dulu."
Seketika dahi Mayra berkerut. Mayra bingung dengan Kakeknya, tepatnya ucapannya yang baru saja dilontarkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
kakak😊
2020-11-22
1
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-11-14
0
Radin Zakiyah Musbich
seru thor... 🌮🌮🌮
ijin promo donk,
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE"
kisah cinta beda agama 🌮🌮🌮
ditunggu like and comment nya ya 🙏😊
2020-10-25
1