Kruyuk kruyukkk
Waktu masih menunjukan pukul setengah empat sore. Para santri-santriwati masih disibukkan oleh kegiatan mengaji yang dilakukan tiap ba'da asar. Namun, siapa sangka jika bunyi perut tiba-tiba menghentikan beberapa santriwati yang sedang mentadarus kitabnya.
Sepucuk malu menyerbu gadis berjilbab army. Pipinya cukup memerah menahan malu yang tiada tara. Rasanya ia ingin tenggelam didasar laut untuk menyembunyikan rasa malunya.
Sedangkan, gadis berjilbab navy di sampingnya sudah terkikik geli akibat gadis jilbab army. Tatapan kesal dilempar oleh gadis berjilbab army pada temannya.
Tawa terpingkal-pingkal berhenti kala seorang wanita paruh baya dengan perlahan memasuki ruang tamu. Semua santriwati langsung berdiri menggunakan dua lututnya, kemudian menyalami wanita tersebut yang tak lain adalah Bu Nyai mereka.
"Semoga perutmu nggak bunyi lagi ya nanti," bisik gadis berjilbab navy yang tak lain adalah Safa. Kayla, gadis berjilbab army itupun langsung mendengus kesal.
Ditariknya ujung belakang jilbab Safa oleh Kayla, membuat empunya terdongak dengan kesal. "Jangan macem-macem apalagi godain aku!!" bisik Kayla.
"IKH LEPASIIINN!!!" Refleks Safa memekik kesal pada Kayla, dan melupakan bahwa di sana Bu Nyai telah hadir. Bu Nyai yang menyaksikan itu geleng kepala.
"Astagfiirullah ... kalian apa-apaan, sih!?" tegur Mayra berbisik. Mayra tak habis pikir Kayla dan Safa akan berdebat tiap saat. "Kalian nggak malu sama Bu Nyai? Ya Allah, udah dong stop!!"
Kayla dan Safa yang sempat melirik ke arah Bu Nyai pun langsung kicep dan tertunduk. Bagaimana tidak? Bu Nyai menatap ke arah mereka dari tadi.
"Ananda Kayla ... Ananda Safa, kalian sedang apa?" Kali ini Bu Nyai bersuara. Namun yang ditanya hanya menggeleng kepala, enggan menjawab.
"Kita mulai mengaji kitabnya sekarang, ya."
Tak ada lagi santriwati yang bicara. Mereka khidmat menyimak kitab masing-masing sembari mendengarkan Bu Nyai membaca kitab. Mereka fokus agar nanti saat ditunjuk untuk membaca tidak gelagapan, dan mampu membaca dengan baik.
*****
Esok harinya, disebuah halaman luas rumah bercat putih yang menjulang tinggi berhenti mobil avanza putih. Keluar dua orang perempuan dan satu orang lelaki dari mobil tersebut.
Satpam yang membukakan gerbang menghampiri mereka yang masih di dekat mobil. Dengan hormat satpam tersebut menyambut.
"Bapak ada di dalam, Pak Candra. Silakan masuk saja." Sebelum tuannya bertanya satpam tersebut lebih dulu berkata. Dan hanya dibalas anggukan ucapan satpam tadi.
"Kalian?" Seorang wanita berusia setengah abad terlihat kaget melihat siapa yang datang memasuki rumahnya saat ini. "Kenapa tidak bicara kalau mau pulang ke Indonesia?"
Wanita itu menatap heran putra dan menantunya bergantian. Dia Nenek Mayra, Ibu Pernama. Kakek, Pak Pernama yang baru saja menuruni anak tangga ikut kaget mendapati putra bungsunya, Candra Pernama tiba.
"Candra ... kenapa tiba-tiba datang? Tidak mengabari rumah pula." Kakek menatap putranya yang tengah menyalaminya.
"Seharus itu mengabari Papa dan Mama di sini?" Candra bertanya. Mengabaikan pertanyaan orangtuanya begitu saja. Rika, istrinya hanya tersenyum tanpa bicara apapun.
Kakek menghembuskan napasnya. Menapa ia sekaget ini mendapati kehadiran putra bungsunya, putra satu-satunya sekarang?
Nenek menyela. Tidak ingin membuat suasana saat ini menjadi tidak enak. "Bagaimana kabar kalian? Pekerjaanmu di Singapura lancarkan, Ndra?" ujar Nenek.
"Kami baik, Ma. Malah sangat baik." Candra menjawab. Ia mengamati keadaan rumah yang telah ditinggalnya kurang lebih satu tahun. Masih sama, pikirnya. "Papa dan Mama baik-baik saja, 'kan?"
Kakek mengangguk, menyahut putranya. "Tidak mungkin tiba-tiba kau pulang kemari. Iya 'kan, Ndra?" kata Kakek. Ntah mengapa ia curiga pada putranya sendiri. Ada apa? Hubungan bapak dan anak inipun tak bermasalah. Berjalan selayaknya ikatan orangtua dan anak.
Candra tertawa renyah. Maksud Papanya apa? Mencurigainya seperti ini untuk apa? Dari pada menjawab selidik Papanya lebih baik ia alihkan pembicaraan pada putrinya.
"Dari pada Papa mengintrogasiku seperti polisi, lebih baik Papa dan Mama menanyakan kabar cucu kedua kalian." Candra merangkul putrinya yang sedari tadi hanya mengamati interaksi kakek-neneknya dengan orangtuanya, sembari memakan apel merah.
Perhatian pasangan Pernama itu beralih ke gadis sebaya Mayra yang terlihat cuek. Celana jeans di atas lutut sehingga paha gadis itu terekspos, yang dipadukan dengan jemper warna lilac, terlihat aneh dipandang namun ... gadis itu tetap cantik dengan penampilannya yang simple.
"Sapa kakek dan nenek," kata Rika menginstruksi putrinya yang hanya diam saja, malah sibuk menggigiti apel di tangannya.
"Ini...."
.
.
.
JANGAN LUPA LIKE, RATE, VOTE & KOMEN KAKA!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
Kakak Author😉
like, jejak dan semangat hadir lagi ya untuk kakak😊💪
dari "Cinta Pak Bos"😍
mampir lagi yu kak 😊
2020-11-22
1
Radin Zakiyah Musbich
crazy up thor....
ijin promo ya 🙏🙏🙏
jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍔🍔🍔
kisah cinta beda agama 🥰
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🙏☺️
2020-10-20
1
❤️YennyAzzahra🍒
Haii thorr aku mampir disini.
ditunggu khdrnnya kmvli
2020-10-16
1