KEMUNCA JIWA MAYRA
Angin menerpa hingga jilbab segiempat dan gamisnya bergoyang. Sore ini, di tempat pemakaman umum, langit dipenuhi awan hitam dan angin berhembus lebih kencang.
Pusara basah berjumlah dua kini berada di hadapannya. Air matanya berlinang deras memandangnya. Kepergian tak terduga yang Allah takdirkan, merenggut dua nyawa seseorang yang menjadi pelindung dan pemberi kasihnya.
"Mayra di sini sekarang ..."
Gadis berjilbab segiempat warna jingga sejingga senja ini bernama Mayra Athifa. Gadis malang yang harus ditinggalkan orangtuanya diusia dua belas tahun, karena panggilan Sang Esa.
******
"May ... May ... kamu di mana, sih!?" Itu Kayla, sahabat Mayra. Pontang-panting mencari Mayra.
Gadis itu menyusuri halaman pesantren, mencari Mayra namun tak kunjung didapati. Hatinya membawa ia ke taman pesantren, di belakang dekat dapur.
"Assalamualaikum May," sapa Kayla.
Mayra menoleh, seukir senyum terbit di sana. "Waalaikumsalam."
Kayla duduk di samping Mayra. Ia mengatur napas barulah berucap kembali. "Ngapain di sini? Aku dari tadi nyariin kamu, May. Hobi jangan ngilang mulu bisa, 'kan?" katanya.
Mayra menatap kosong ke depan. Merasa bersalah telah membingungkan sahabatnya. Semburat getir dan rindu tiba-tiba membelenggu hati.
"Maaf," lirih Mayra. Kayla menghembuskan napasnya pelan. Paham akan keadaan.
"Mereka udah tenang disisi-Nya. Kamu nggak perlu nangisin mereka, May." Kayla mengusap bahu Mayra. Guna seorang sahabat adalah, ketika terpuruk ada tempat berkeluh kesah.
"Iya La, kamu bener." Seukir senyum manis terbit dari Mayra. Perlahan ia melupakan semburat getir yang membelenggunya. "Makasih udah mau jadi temenku selama ini ya, La."
Kayla mendekap Mayra dari samping. Ia sandarkan kepalanya di bahu Mayra. "Inilah gunanya punya seorang sahabat."
Allahu akbar allahu akbar...
Adzan asar berkumandang dari toa masjid agung pesantren. Para santri dan santriwati berbondong-bondong ke masjid saat itu juga. Mayra dan Kayla pun lekas bangkit dari duduknya.
Usai salat asar dilanjutkan dengan kegiatan pesantren selanjutnya. Padatnya kegiatan madrasah, pesantren dan juga ekstrakulikuler membuat Mayra salah satunya melupakan sedih yang kadang menyergapnya.
"Gimana hafalanmu, May?" Seorang santriwati berjilbab segiempat hitam menghampiri Mayra di sudut pojok ruangan.
"Eh ... alhamdulillah lancar, Saf." Mayra membalasnya dengan ukiran senyum. Senyum yang tidak pernah hanyut kapanpun dan dimanapun. Senyum yang selalu terbit di keadaan genting sekalipun. "Hafalanmu gimana?"
"Lancar dooong. Emangnya aku Kayla apa yang sukanya cuma bikin ulah?" kata Safa, santriwati yang bersama Mayra.
Safa bukan santriwati bandel. Dalam hafalan surah-surah AlQur'an, mengaji kitab kuning, dan nadzom bisa dibilang ia bagus di dalamnya. Safa juga bukan orang yang suka sombong. Itu hanya sebagian candaannya. Dia humoris kadang-kadang.
"APA KAYLA KAYLA??? NGOMONGIN AKU KALIAN???!!" Kayla datang dengan wajah judesnya. Mayra dan Safa terkekeh pelan melihat air muka Kayla yang kesal.
"Apa sih, May?" Kayla duduk di samping Mayra. Matanya sibuk melirik Safa tak suka. Dua orang itu sedang adu tatapan tak suka.
"Nggak ada apa-apa, La." Mayra tersenyum. "Safa biasa 'kan suka banget ngeledek kamu? Jangan dianggap serius omongan Safa."
Kayla mengangguk. Memang benar ucapan Mayra barusan. Dan tiga santriwati itu menghentikan obrolan mereka dan beralih khidmat mentadarus hafalan yang baru saja disetor.
*****
Ini dicuci piringnya!
Piring kotor mana piring kotor??
Ini udah bersih, taruh aja di rak.
Mbak, wortelnya dipotong sekalian nggak?
Duhh, tanya Mbak Puja. Aku sibuk ini lho.
Riuh suara para santriwati di dapur tak luput dari pendengaran Mayra. Ia juga turut gabung untuk sekadar membantu mencuci piring atau menyiapkan hal lainnya yang sekiranya dapat ia kerjakan.
Santriwati junior dan senior saling berbaur di dapur bersama. Saling lempar candaan. Saling suruh menyuruh, tidak untuk junior. Dan saling berkecimpung dengan kegiatan dapur lainnya.
Hidup di pesantren tak seenak yang dibayangkan. Semua hal dilakukan sendiri. Melatih mandiri. Dan jika sudah senior santri santriwati kelas atas, mengatur adik-adik santri santriwati hingga tertib.
"Mbak Ning, ini buncisnya sudah," kata Mayra pada santriwati seniornya. "Mau diapain selanjutnya?"
Santriwati cantik yang dipanggil 'Mbak Ning' oleh Mayra itupun menoleh. "Makasih sudah dibantu. Kasih aja ke Mbak Puja biar dioseng sama wortelnya."
Mayra mengangguk. Ia turuti perintah seniornya. Kebersamaan di dapur merupakan kegiatan yang Mayra sukai, salah satu dari kegiatan pesantren lainnya.
"Kayla, aku pamit bentar ke kamar." Kata Mayra setengah teriak sambil beranjak dari dapur.
"Hei, mau ngapain?"
.
.
.
Jangan lupa like, vote, komen untuk mengkritik, dan klik favorite!!
BAB INI TELAH DIREVISI:)
BAB LAINNYA JUGA BAB YANG TELAH DIPERBARUI ALUR HINGGA TOKOH2 PENDUKUNGNYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Indah Nihayati
bagus thor
2022-02-25
0
anotherb
i'm coming🥳
karya pertamaku yang tertinggal jauh dgn karya author lain kembali kutilik setelah sekian lama (setelah revisi) terbengkalai di lapak ini
2021-10-31
1
Sokhibah El-Jannata
hadir😍😍
2021-04-04
0