Dhani Dan Suara Penanya

Dhani menarik nafas panjangnya di sebuah taman kota yang tak terlalu ramai, terduduk dengan buku dan pena di tangannya, ia adalah seorang penyair yang peka, ia melihat dunia dengan warna yang berbeda di setiap sudutnya. kemampuannya untuk merasakan di tuangkan ia di dalam setiap sajaknya, menciptakan puisi ataupun cerpen yang indah. begitu pun saat ia menatap berita di suatu kejadian, tentang kehilangan dan kekacauan yang ada, membuat nya menulis puisi yang tak hanya indah tapi juga mendalam kepada keadaan.

kini sang penyair itu terduduk di dekat pohon yang besar, dengan Hoodie biru tua ia menyatukan dirinya sejenak dengan alam. pohon besar itu telah ada sejak ia masih di sekolah dasar, sejak saat itu ia sering bermain ke pohon ini sendiri atau kadang bersama temannya. Dhani merindukan moments itu, moments di mana ia tak harus khawatir dengan waktu, moments di mana ia masih bisa menangis ketika kehilangan sesuatu. Dhani menyadari berapa pentingnya arti sebuah tangisan.

Dhani lahir dari keluarga menengah dengan seorang ibu yang sudah tua, ia juga mempunyai seorang kakak perempuan yang bekerja giat untuk adik adiknya. Dhani sendiri tak mempunyai banyak teman ia hanya hidup di lingkungan kecil yang memiliki hobi yang sama, semua temannya adalah seorang seniman dan Dhani adalah pemain bas dari band yang di bentuk oleh teman temannya

Dhani menyukai segala bentuk seni, mulai dari lukisan seni patung dan sampai ke musik klasik atau pun modern. kepekaan yang ia punya membuat ia menciptakan banyak lirik untuk musik dari band mereka, atau puisi untuk ia kirim ke media online dan mendapatkan sedikit uang. dengan uang yang tak banyak itu ia tau bahwa dirinya mengecewakan orang tuanya membuatnya semakin kehilangan komunikasi kepada orang tuanya.

Dhani sendiri tidak pandai bergaul, bahkan ia menyebut dirinya sendiri memiliki jiwa yang tua, dengan menyebut dirinya sendiri memiliki jiwa yang tua itu melepaskan beban yang membuatnya merasa tak seperti temannya yang lain yang mudah bergaul, ia pun sering menjadi tempat curhat dari temannya karena ia tak pernah memihak dan selalu memberikan saran yang tak akan menyakiti siapapun.

ia mungkin terlihat selalu tenang dan seakan akan bisa menghadapi segala rintangan, tapi di kepala ia tak pernah berhenti berpikir terkadang membuatnya tenggelam dengan dunianya sendiri.

"aku berada di dua dunia yang mana keduanya sibuk, dunia nyata di sekitar ku dengan segala kesibukan dan kehidupan yang terus berjalan, dan dunia yang ada di dalam diriku, Di mana Di situ meliputi emosi, pemikiran dan inspirasi bercampur aduk tanpa henti"

pagi berlalu dengan cepat dan Dhani merasakan getaran dari alarm yang ada di Hoodie nya, sudah jam setengah sembilan sudah waktunya ia harus kembali ke rumah dan memakan sarapannya. Ibunya mungkin sedang menunggunya di atas meja makan yang terlihat tua, tapi di meja itulah segala kenangan kenangan keluarga di simpan. terkadang Dhani tak merasa baik saat makan bersama ibunya, tak banyak juga percakapan yang terjadi di meja makan. terkadang ia melihat sosok ibu yang sudah tua tak mampu ia bahagiakan itu, terlihat bersedih. Dhani memahami itu tapi tak bisa berbuat apa-apa ia hanya memutuskan dia agar tak lebih menambah kesedihan ibunya.

jika ada keinginan ibunya yang bisa ia wujudkan sekarang ia akan mewujudkannya sekarang

di kamarnya Dhani terduduk di meja kerjanya dengan laptop dan beberapa lembar kertas disisinya, ia tak melepas Hoodie Nya dan segera menyalin puisi yang ia tulis sejak di taman tadi. kamarnya di penuhi beberapa buku yang ditumpuk tak sesuai ukuran dan di sudut tembok terlihat gitar bass hitam yang terpajang. suasana kamar itu hanya di masuki sinar matahari sedikit dan tanpa penerangan Dhani menyalin puisinya

tak ada pelangi di kamar ini suasananya kadang begitu kelam dengan tambahan beberapa lukisan abstrak di temboknya, tak banyak cahaya matahari yang mampir hanya layar laptop yang terang dan Dhani dengan kaca mata fokus ke layar itu.

Di tempat inilah, Dhani memutuskan untuk membuat puisi dan menulis novel karangannya dan juga beberapa cerita pendek. Dhani terkadang begitu membenci ayahnya yang telah meninggalkan ibunya dan dirinya untuk perempuan lain, dan ia sangat tau betapa rapuhnya suatu hubungan dan betapa mudahnya merusak suatu hubungan. Dhani sendiri tau waktu akan mengambil segalanya pada saatnya dan itu membuatnya memutuskan untuk tak masalah kehilangan siapapun atau bahkan dirinya sendiri, ia tak menganggap kematian sebagai hal yang harus di takuti tapi mungkin hal yang harus di rayakan.

Tetapi ketika ibu melintas dalam pikirannya, mungkin beliaulah satu satunya orang yang membuatnya takut kehilangan.

Belinya terhadap ibunya merupakan tanda kasih sayang yang mendalam, meskipun komunikasi mereka terkadang cenderung sunyi. Iya merasa perlu untuk menjaga ibunya agar tidak merasa lebih sedih lagi. Keinginannya untuk mewujudkan harapan-harapan ibunya adalah bukti dari rasa tanggung jawab dan cinta yang ia miliki terhadap keluarganya.

Kehidupan Dhani mengilhami banyak orang di sekitarnya, karena ia tak hanya berani menjadi dirinya sendiri, tapi juga mampu menghadirkan karya-karya yang membangkitkan perasaan dan pemikiran. Meskipun ia merasakan perbedaan antara dunia dalam dirinya dan dunia nyata di sekitarnya, ia menemukan cara untuk mengintegrasikan keduanya melalui tulisannya.

handphone Dhani berdering di dalam Hoodienya dan melihat panggilan dari Niko teman masa kecilnya, yang pandai bergaul itu. tak seperti Dhani, Niko yang mudah bergaul mendapatkan Banyak teman di kampus atau pun lingkungannya. terkadang Dhani melihat Niko sebagai sosok yang ia inginkan, tapi setelah mendengarkan banyak cerita pribadi dan masalah Niko sendiri, ia jadi mengerti bahwa semua punya kelebihan dan kekurangannya tersendiri, terkadang itu membuatnya jadi lebih menghargai kehidupannya sendiri, mencegah dari percobaan menyakiti diri sendiri

Dhani mengangkat telepon itu dan terdengar suara yang berisik dari sisi Niko "Yoo bree lagi dimana?" Niko terdengar seperti di tempat dengan suasana yang begitu ramai

Dhani menjawab dengan tenang, nyaris lembut. "di rumah"

Niko tak terlalu terkejut dengan respon itu, malahan iya tau bahwa Dhani selalu di rumah setia saat. Niko punya kabar menarik untuk di bagikan pada temannya. "aku punya dua tiket untuk menonton konser pop di kota sebelah, Dateng yuk?"

Dhani terdengar menarik nafas panjang dan memikirkan hal itu dengan lumayan lama, dan Niko memahami hal itu menunggu. "boleh si..."

"bagus ku, nanti aku akan ke rumah mu dan memberikan tiket nya" Niko terlihat bersemangat dan memotong perkataan Dhani

"yaudah"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!