Empat Pahlawan Satu Pecundang bagian 2

Sorak Sorai dari kegembiraan para prajurit bergemuruh mengelilingi kuil seperti sebuah pesta megah yang meriah.

Bahkan beberapa prajurit dan pelayan ada yang tertunduk menangis haru, mereka tidak kuasa menahan emosi bahagia mereka yang memang tidak bisa di jelaskan oleh kata-kata mereka sendiri.

Juga Sang putri. Meskipun dia tetap menjaga wibawa nya dia tetap tidak kuasa menahan berbagai emosi yang ada di dalam dirinya.

Sedangkan sang raja, dia tertawa puas.

"Hahaha. Dewi cahaya memberkati kerajaan Arckredenia kita".

Ishida tersenyum kecil, dia faham dengan suasana nya saat ini. Ini seperti dia berada di atas panggung yang sangat mewah dan megah saat dia memenangkan sebuah prestasi penghargaan. Dengan kata lain, dia merasa bahwa dia adalah karakter utama nya saat ini, sekaligus itu adalah pemandangan yang sangat biasa.

Kemudian dia melihat ke arah tiga teman sekelas nya.

"Giliran ku telah selesai. Sekarang giliran kalian".

Ishida kembali ke tempatnya, mempersilakan ke tiga teman nya untuk segera mencoba menyentuh item cermin emas yang telah dibawa oleh putri dan pendeta kuil.

"Semoga berhasil. Alice". Kata Ishida yang kemudian di jawab singkat oleh Alice sambil tersenyum kecil.

"M".

Alice kemudian menyentuh cermin emas itu.

Di ikuti dengan Leon setelah nya dan Kidou setelah Leon. Mereka bertiga secara bergiliran menyentuh cermin emas itu.

Rasa penasaran, cemas dan takut mulai menyelimuti mereka ber tiga. Begitupun sebaliknya, Raja. Putri dan para prajurit, mereka semua memberikan raut wajah kecemasan dan harapan nya masing-masing.

Mereka semua berharap, bahwa ke tiga remaja itu sama hebatnya dengan berkah yang didapat kan oleh Ishida.

Sedangkan Ishida. Dia tersenyum optimis, menyiratkan bahwa mereka ber bertiga pasti akan berhasil.

Tidak lama setelah tangan mereka menyentuh cermin emas itu. Beberapa getaran kecil dan cahaya kembali bersinar terang, keluar dari dalam cermin itu, menyelimuti kuil sekali lagi.

Ding

[Nama : Alice Norin.

Ras : Manusia.

Usia : 17 tahun

Kelas : Pahlawan.

Pekerjaan : Generalist. Ilusionis. Arcmage.]

Ding

[Nama : Leon Anggara.

Ras : Manusia.

Usia : 17 tahun

Kelas : Pahlawan.

Pekerjaan : Archer. Enginer/Magic Weapon]

Ding

[Nama : Hamada Kidou.

Ras : Manusia.

Usia : 17 tahun

Kelas : Pahlawan.

Pekerjaan : Assassin. Master Weapon]

Alice tercengang tak percaya dengan apa yang dia lihat nya. Bagaimana bisa sebuah tulisan melayang itu memberikan informasi layaknya seperti karakter di sebuah video game.

Walaupun dia melihat Ishida telah mencobanya pertama kali. Namun dia masih menunjukkan raut wajah keragu-raguan.

"Apakah ini adalah aku?".

Namun itu berbanding terbalik dengan Leon dan Kidou. Mereka berdua sangat puas dengan hasil yang telah di perlihatkan pada mereka.

"Hmm. Sudah kuduga".

Begitupun dengan para prajurit istana, mereka semua sekali lagi bergemuruh liar layaknya suporter bola saat club yang mereka sukai berhasil memasukkan gol ke gawang lawan.

"E-empat!. Empat pahlawan!".

"Pahlawan. Kita mendapatkan empat pahlawan sekaligus. Hahahaha".

"Arckredenia kita tidak akan hancur. Hahaha ".

Raja. Dia tertawa puas dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan sang putri, tertunduk lemas dengan apa yang ke-dua matanya lihat.

"Hahaha.....Memang seperti inilah. Diriku seharusnya". Ucap Kidou tertawa puas.

Leon hanya mengangguk kecil. Tetapi Alice, dia masih diam seribu bahasa.

"Ahm" Batuk sang Raja memecahkan suasana keramaian. Para prajurit dan bangsawan tiba-tiba terdiam dari kesenangan nya masing-masing, dan mulai melihat ke arah Raja mereka.

Raja mulai berkata.

"Hahaha....Kerajaan Arckredenia kita. Tidak akan pernah hancur sekarang".

Dia berjalan mendekat ke arah empat orang itu.

"Empat pahlawan. Sekali lagi aku memohon kepada kalian atas nama Raja Arckredenia, maukah kalian membantu kerajaan kecil kami dari kehancuran?".

"Heh!". Dengus kecil Kidou menatap rendah Raja Arckredenia yang sedang membungkuk ke arah mereka.

"Aku akan membantu". Jawab Ishida.

"Benarkah?". Ucap Raja Arckredenia cerah.

"Benar...".

"Tunggu. Ishida!!".

Ishida menoleh ke arah Alice. Sambil berkata.

"Ada apa Alice?".

"I-ini tidak benar. Semua ini terdengar sangat egois bagiku?".

"Egois?. Apa maksud mu?, bukan kah kita telah mencapai kesepakatan tadi? Kenapa kau menjadi plin plan sekarang. Alice?".

"A, aku minta maaf Ishida. Bagiku ini masih terkesan egois. Memang nya apa untungnya bagi kita?. Kalaupun Kerajaan ini berada di jalur kehancuran, biarkan saja hancur. Dari yang kulihat hal itu nggak ada hubungannya dengan kita kan?."

"Ah. Kau benar Alice". Kata Leon sambil memikirkan ulang.

"Kita ini kan bukan bagian dari dunia ini. Lagi pula jika kita membantu kerajaan ini pun, dan kita berhasil. Apa untungnya bagi kita? Selain kita hanya bisa kembali ke dunia kita lagi. Dan mungkin beberapa hadiah dari raja. Ishida. Coba kau pikir ulang lagi?".

Seketika raut wajah raja mulai sedikit masam. Namun apa boleh buat, saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dan hanya kembali menunjukkan raut senyum manis di wajah nya lagi.

"Yah. Seperti nya kalian ber dua benar".

Mata Ishida kemudian mengarah ke arah Sang Raja. Sambil melepas kan nafas panjang dalam-dalam. Ishida mulai berbicara.

"Huh.....Aku minta maaf tuan Raja. Tapi seperti yang telah mereka katakan, kami nggak punya keharusan untuk membantumu. Kalaupun kami mendedikasikan waktu dan kehidupan kami untuk membawa kedamaian pada kerajaanmu, apa yang akan kami dapatkan selain kata-kata 'makasih dan sampai jumpa lagi'? Maksudku, apa yang bisa kalian berikan pada kami semua?. Anda faham kan?".

"Hmmm.... Jadi tuan Pahlawan masih tidak percaya dengan kami bukan?." jawab raja sambil melirik bawahannya.

Dan dengan cepat bawahan itu berlari ke arah pintu besar dari sisi kuil.

"Tentu saja, kami berencana memberi kompensasi kalian untuk upaya kalian."

Para pahlawan tersenyum sambil mengangguk kecil dengan jawaban yang telah di berikan oleh Raja itu.

"Tentunya selama kalian berada di sini". Lanjut sang Raja.

"Aku telah membuat pengaturan untuk mendukung kalian secara finansial, dan juga menyediakan apapun yang mungkin kalian butuhkan, sebagai rasa terimakasih untuk upaya kalian atas nama kami."

"Yah, asalkan kau menjanjikan hal itu pada kami, kurasa kami nggak punya masalah." Jawab Ishida.

'Sreeet'. Suara pintu terbuka lebar dari arah sisi kuil. ternyata itu adalah pelayan yang baru saja berlari dan membuka kan pintu besar tersebut.

"Oh apa?!".

"Wow!!".

"Keren".

Para pahlawan hanya dalam sekejap mata. Mata mereka berubah menjadi terang saat pintu itu telah terbuka sepenuhnya. Itu berisikan tumpukan gunungan emas di dalamnya yang telah tersusun-susun.

"Baiklah. Kalau begitu para pahlawan. Beritahu kami jawaban kalian sekarang?".

"Tunggu sebentar!".

Sebuah suara keras tiba-tiba terdengar.

Raja kemudian melirik ke arah sumber suara itu. Itu adalah Arthur.

"Ah. Aku hampir lupa dengan Tuan pahlawan yang satu ini".

Sontak ke empat Pahlawan itu. Secara bersamaan mereka semua berteriak.

"Apa?!".

Para menteri dan prajurit sama kaget dengan ke empat pahlawan itu. Mereka tidak percaya, mereka telah melupakan Arthur orang yang pertama mereka panggil ke dunia ini.

"Aku minta maaf. Karena telah melupakan anda Tuan pahlawan". Ucap raja itu bersalah.

"Tidak masalah. Saya tidak mempermasalahkan nya sama sekali ".

Arthur berjalan ke arah raja. Memberi hormat. Lalu dia berkata.

"Bisakah Anda memulangkan saya?".

Seluruh ruangan seketika menjadi hening.

...Terimakasih sudah membaca...

Terpopuler

Comments

comment aja lah

2023-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!