Empat Pahlawan Satu Pecundang. Bagian 1

"Tangkap bocah sialan itu!.....".

Salah satu dari bangsawan berteriak dengan nada yang tinggi ke arah ke empat orang itu. Di ikuti para prajurit yang telah menghunuskan pedang mereka secara bersamaan. Semakin menambah suasana kacau.

Membuat Ke Empat orang itu. Leon. Alice. Ishida dan Kidou terkejut di buatnya. Dan sang putri tidak bisa berbuat apa-apa karena nya.

Namun bagi sang Raja Arckredenia, dia melukiskan sebuah senyuman kecil di wajah nya. Seakan-akan itu adalah sebuah pertunjukan yang paling menarik bagi nya, dan memberi tahukan kepada semua orang tentang hukum dan siapa pemimpin sebenarnya.

"CK...".

Arthur menyadari itu. Namun dia arahkan kembali ke arah empat orang yang baru di panggil itu.

Dari ke empat orang itu. Pria yang tampak seperti anak SMA dan orang yang pertama kali memancing keributan itu berteriak ke arah para prajurit dan bangsawan itu, sambil melebarkan mata sombong nya. Seakan-akan dia menerima tantangan duel dari musuhnya.

"Oi. Oi...... Jadi kalian tidak terima huh!!".

Sedangkan ke tiga orang lainnya. Mereka hanya bisa diam pasrah sambil menggerutu kecil ke arah Kidou. Yang terlihat sudah mengepalkan kedua tangannya layaknya seorang boxing professional.

"Orang ini!".

"Dasar sinting!".

"Hentikan......" Teriak sang Raja menahan para prajurit nya.

Sontak, itu membuat seluruh ruangan berubah menjadi hening seketika, dan dengan serempak mereka langsung melihat sang Raja penuh hormat, berjalan ke arah ke empat orang yang baru saja tiba itu.

Raja itu kemudian membungkuk ke arah mereka ber 4, dan itu membuat suasana yang tadinya hening berubah menjadi keributan besar.

"T-tuan!".

"Ayah handa!".

Para menteri dan bangsawan itu dengan cepat bergerak ke arah raja mereka. Begitupun dengan sang putri. Namun hal itu membuat raja marah dan dengan tegas dia berteriak ke para bawahan nya.

"Hentikan!".

"Simpan kembali pedang kalian semua!!".

Raja itu membungkuk kembali ke empat orang itu. Sambil berkata. "Atas nama Raja Arckredenia. Saya meminta maaf dengan tulus kepada ke empat pahlawan yang baru tiba di dunia kecil kami".

"Pahlawan?. Kau pikir aku ini anak kecil...!".

Raut wajah raja berubah menjadi masam saat ucapannya di potong tiba-tiba.

Namun itu segera dihentikan oleh Ishida.

"Kidou!".

"Huh..... Baiklah. Baiklah lakukan saja sesuka mu Pak tua". Lanjut kidou kembali kepada Sang raja yang masih membungkuk.

Meskipun para bangsawan dan para prajurit itu masih geram dibuat nya. Namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Karena itu adalah perintah dari Raja mereka sendiri.

"Ahahaa..... Terimakasih karena telah menerima permintaan maaf ini".

Raja kembali bangkit dan tersenyum cerah ke arah empat orang remaja muda itu.

Dia kemudian bertanya "Tuan pahlawan. Tolong selamat kan Dunia kami".

"Huh!". Sontak ke empat orang itu berteriak secara bersamaan.

"Apa maksudnya itu?!". Pikir Arthur yang sama terkejut nya dengan mereka.

Karena samar-samar kalimat permohonan semacam itu pernah Arthur dengar atau membacanya di dalam handphone pintar nya saat dia sedang berselancar di dalam internet.

"Apakah itu alasan mereka memanggil kami ber lima ke sini?". Pikir nya lagi.

Kemudian dia kembali melihat dengan fokus, mendengar kan dengan seksama merekamnya dengan handphone pintar nya tentang percakapan mereka ber empat dengan Raja Arckredenia itu.

"Hei....Pak tua. Kau sepertinya memang ingin di pukul yak!".

Sontak para prajurit dengan sigap bergerak melindungi raja mereka. Namun itu segera di hentikan kembali oleh raja mereka dengan isyarat tangan.

Kemudian Raja Arckredenia itu berbicara.

"Ada banyak hal rumit dalam situasi ini, tapi untuk memberi jawaban sederhana untuk pertanyaan kalian, kami baru saja menyelesaikan sebuah upacara kuno dan memanggil kalian ber empat para Pahlawan."

"Memanggil?"

"Benar. Kalian ber empat adalah orang yang di panggil oleh kami ke dunia ini".

"Kau pikir kami percaya!".

"Cukup Kidou ". Leon dengan cepat menahan Kidou yang telah kehabisan kesabaran yang sudah tidak terbendung lagi.

Raut wajahnya telah berubah warna menjadi warna merah serta ke dua tangannya telah dia kepal kan se erat mungkin dan siap dia arahkan ke arah wajah sang Raja. Bagi Kidou. Ucapan dari Raja Arckredenia itu hanyalah sesuatu yang mengada-ngada.

"Seperti nya. Tuan pemarah ini tidak menyadari dengan baik bagaimana Tuan pemarah bisa datang ke sini". Ucap sang Raja santai namun sedikit sinis.

"Ah.... Cahaya itu. Aku yakin mereka pasti menyadari tentang cahaya-cahaya itu". Pikir Arthur saat menonton percakapan dari mereka ber empat bersama dengan sang raja.

"Baiklah. Kami mengerti".

"Apa maksudmu. Ishida?". Tanya Kidou mengerutkan keningnya.

"Dasar bodoh. Apa kau tidak ingat dengan cahaya yang tiba-tiba keluar dari tubuh kita saat di ruang kelas?!".

"Ah!...". Kidou terdiam dengan jawaban yang di berikan Alice.

"Kalau begitu Tuan pahlawan...."

"Tidak semudah itu!".

"Apa maksud anda Tuan pahlawan?". Raja mengerut kan kening nya.

"Kami bisa kembali ke dunia kami kan?". Tanya Ishida kepada Raja.

"T-tentu saja".

Ishida kemudian melanjutkan kembali pertanyaan nya kepada Raja Arckredenia itu,

"Tidakkah kau merasa bersalah karena

memanggil orang ke duniamu tanpa seijin mereka?"

"Selain itu," kata Alice.

"Bahkan jika kami menyelamatkanmu dan membawa perdamaian pada duniamu, kau hanya akan mengirim kami kembali ke rumah, kan? Itu terdengar seperti sebuah pekerjaan bagiku."

"Kalau begitu. Apa yang Tuan pahlawan inginkan?. Kami bisa memberikan apa saja yang tuan pahlawan inginkan selama hal itu masuk akal".

"Apa saja?".

"Benar. Selama hal itu masuk akal ". Jawab raja itu tegas.

"Baiklah kalau begitu.".

Seketika raut wajah sang Raja dan orang-orang yang berada di dalam kuil itu berubah menjadi cerah. Setelah mendengar jawaban dari ke empat anak sekolahan yang baru saja mereka panggil.

"Tunggu. Tunggu. Tunggu. Apa mereka semua melupakan aku?!". Teriak Arthur.

Namun tidak ada yang menggubris nya sama sekali. Karena suara teriakan dari para prajurit lebih besar sehingga mereka semua tidak mendengar ucapan dari Arthur.

Sedangkan sang putri. Dia dengan cepat dan bahagia nya membawa sebuah artefak kerajaan bersama dengan pendeta kuil.

Artefak itu berbentuk bulat oval seperti cermin. Dengan beberapa pola kuno menghiasi nya, Warnanya kuning emas dan ada gambar burung Phoenix di tengah nya.

"Tuan pahlawan. Silahkan Tuan pahlawan untuk menyentuh cermin emas ini. Ini adalah cermin yang akan memberikan informasi tentang kelas dan pekerjaan Tuan pahlawan saat di dunia ini. Dan juga cermin ini bisa mengaktifkan sebuah sistem tersembunyi, yang hanya orang dari dunia lain yang kami panggil saja yang bisa meng aktif kan nya".

"Hmm. Jadi ini seperti sebuah game RPG ya".

Ishida lah orang pertama yang menyentuh cermin emas itu. Dan secara tiba-tiba Artefak yang berbentuk cermin itu mengeluarkan sebuah cahaya terang bahkan lebih terang dari matahari. Membuat semua orang yang berada di dalam kuil itu harus menutup mata nya rapat-rapat.

Tidak lama setelah cahaya itu redup. Sebuah tulisan melayang tiba-tiba muncul. Menuliskan sebuah deskripsi dari orang yang telah menyentuh cermin emas itu.

Ding

[Nama : Aruto Ishida.

Ras : Manusia.

Usia : 17 tahun

Kelas : Pahlawan.

Pekerjaan : Warrior. Swordsman]

Sekali lagi. Kuil bergemuruh lebih kencang lagi setelah melihat deskripsi milik Ishida.

...Terimakasih sudah membaca...

Terpopuler

Comments

DEWA KEGELAPAN

DEWA KEGELAPAN

hohoho menarik

2024-01-15

0

DEWA KEGELAPAN

DEWA KEGELAPAN

hohoho menarik

2024-01-15

0

lumayan lah

2023-12-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!