Seorang pria paruh baya yang terlihat sederhana itu membukakan pintu lalu melihat L dengan ekspresi curiga.
“Mau apa kau kemari?” meskipun berbicara pelan, suara serak pria itu terdengar sedikit terlalu kencang.
L mengambil buku gambar miliknya di dalam tas selempang yang sedang ia bawa. Kemudian dia menunjukkan gambar wajah Miho pada pak tua itu.
“kenapa kau menunjukkan hal itu padaku? tempat ini bukan galeri seni–
Belum sempat untuk menjelaskan, pak tua itu sudah langsung berbicara. L mencoba untuk menyela pembicaraan dengan sopan lalu menjelaskan.
“gadis yang ku tunjukkan padamu itu adalah orang yang kusukai, aku kemari karena tahu dia akan pergi melalui tempat ini.” L merasa sedikit tidak sopan karena sudah memotong kalimat pak tua itu.
Namun pak tua itu malah kebingungan sambil melihat ke arah buku gambar yang ditunjukkan oleh L.
“hmm.. apa mata ku mulai rabun karena sudah terlalu tua? Aku mulai meragukan nasib para generasi muda sekarang.. Selera mereka aneh.” Pak tua itu mencoba untuk membersihkan kacamata yang menggantung di lehernya.
Saat L melihat gambar yang dia tunjukan pada pak tua itu, dia terkejut. Karena gambar yang dilihat olehnya adalah naga legendaris gambaran L yang sedang menjaga dua buah telur.
Karena itu L dengan cepat membalik halaman dan memastikan kalau gambar yang dilihat oleh pak tua itu adalah gambar yang benar.
“mana bukunya, biarkan aku melihat gambar yang kau tunjukkan itu sekali lagi.” setelah menggunakan kacamata, pak tua itu meminta L untuk memberikan buku gambarnya dengan mengulurkan tangan.
"semoga dia tidak melihat halaman lain dari buku terkutuk itu" Ucap L dalam hatinya.
Kali ini reaksi pak tua itu terlihat lebih normal dari sebelumnya, namun sekarang pria paruh baya itu malah membandingkan gadis di buku gambar itu dengan L, dia melihat ke arah buku lalu melihat L bergantian beberapa kali.
“kenapa gembel seperti mu menyukai gadis cantik seperti ini? Berhenti bermimpi anak muda, lebih baik kau bekerja di ladang milik ku. kami sedang kekurangan orang.” pak tua itu mengembalikan buku gambar milik L sambil menepuk bahunya beberapa kali.
Merasa dikasihani seperti itu membuat L yang berusaha untuk mencoba sopan di awal pertemuannya dengan orang yang lebih tua, menjadi meledak karena emosi.
Dia membanting buku gambar miliknya ke tanah lalu berteriak kencang menyebut nama kakaknya. Kenapa kakaknya? tentu saja karena dia gil–
Setiap kali L merasa sangat kesal, dia akan mengumpat dengan menyebut nama kakaknya, Akari.
“kenapa kau membanting buku itu?” pak tua yang masih berada di hadapan L merasa sedikit tersinggung dengan sikap gembel yang sudah ia tawari pekerjaan.
“berhenti main-main dengan ku pak tua!! Aku bukan gembel!! dan sekarang aku sedang mencari gadis yang sudah menjadi calon istri ku– L terus mengatakan hal yang selama ini ia pendam.
Pak tua yang awalnya merasa tersinggung itu seketika merasa prihatin, setelah mendengarkan kisah cinta seorang gembel yang menggila dihadapannya ini.
Setelah lelah berbicara panjang lebar, pak tua itu menepuk bahu L untuk yang kedua kalinya. Lalu memberikan sebuah jempol yang mengartikan bahwa dirinya mengerti rasa sakit yang gembel itu rasakan.
Karena sudah tidak peduli lagi, Dengan wajah penuh dengan kekecewaan, L mengambil buku yang sudah ia banting sebelumnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Kemudian meminta maaf karena sudah membuang waktu berharga pak tua itu, dan pergi berjalan menjauh.
L menyeret tas selempangnya sambil berjalan malas, kembali menuju rumah. Saat melihat ke belakang, pak tua itu hanya masuk ke dalam rumahnya lalu menutup pintu dengan perlahan.
Beberapa jam kemudian.
Hujan deras turun membasahi wilayah desa dan sekitarnya, Suara rintik hujan yang terasa menenangkan di campur dengan secangkir teh hangat membuat pak tua itu merasa sangat bahagia.
Mengingat pertemuannya dengan pria gembel tadi, membuat Pria tua itu ingat dengan cucu perempuannya.
Saat gadis kecil itu sedang marah padanya, dia biasanya akan mengancam akan pergi dari rumah, namun setelah di minta untuk pergi, dia malah menangis dan merengek pada kakeknya yang sudah tua ini.
Senyum bahagia menghiasi wajah sang pria tua, setelah menyeruput teh itu untuk yang terakhir kalinya, dia pergi ke arah jendela lalu melihat ke arah luar.
Pria gembel yang sebelumnya mengamuk di depan rumahnya, saat ini masih berteduh di halaman rumah, sambil meringkuk di pojokan.
“Gembel!! Apa yang kau lakukan di halaman ku? jangan menghalangi pemandangan dan pergilah!” pria tua itu berteriak cukup kencang.
L hanya melihat sekilas ke arah suara teriakan pak tua itu terdengar, lalu menghiraukannya.
Suara pak tua itu terdengar untuk beberapa kali lagi setelah teriakan pertamanya, namun L mengabaikan semua suara itu sambil menggambar di bukunya.
Suara pintu terbuka terdengar, Pak tua itu keluar dari dalam rumahnya lalu mengetuk kepala L dengan pelan menggunakan tongkat yang dibawanya.
“aduh..!”
“dasar tidak sopan, kenapa kau mengabaikan semua perkataan yang keluar dari mulut orang tua ini? Anak muda seperti mu lah yang membuat generasi muda sekarang terlihat menyedihkan.”
“kau menyebalkan pak tua.”
Setelah percakapan singkat itu, L kembali melanjutkan kegiatannya dalam menggambar. Namun kali ini pak tua itu ikut menemani L di luar.
“apa kau punya anak pak tua?” L bertanya tanpa melihat lawan bicaranya.
“jika ada seseorang yang berusia sama dengan ku, tapi belum mempunyai anak, pasti ada sesuatu yang salah dengannya.” pak tua itu menjawab sambil mengetuk-ngetuk tongkat miliknya pada punggung L.
hujan yang pada awalnya turun dengan sangat deras, sekarang sudah mulai mereda.
L berdiri dari tempatnya meringkuk, lalu duduk dengan sopan di hadapan pak tua itu.
“pak tua, tidak bisakah kau katakan saja pada ku pergi ke mana gadis itu?”
“mereka sudah naik ke lantai atas, dan sebelum kau menjawab ucapan ku, biar ku pastikan satu hal terlebih dahulu. kenapa kau bersikeras ingin mengejar seseorang yang hanya peduli tentang dirinya sendiri? meskipun kau gembel, dengan sedikit polesan kau bisa menikahi gadis tercantik di desa ini. Kenapa mau untuk repot cari yang susah?” pak tua itu bertanya pada L sambil memberikan isyarat menggunakan tangannya kalau L seperti orang bodoh.
Tapi memangnya kenapa kalau itu adalah hal yang bodoh? Karena kembali ke rumah sekarang dengan tangan kosong adalah tindakan bunuh diri. Apalagi jika dia membawa gadis lain saat pulang ke rumah.. Membayangkannya saja sudah membuat merinding.
Meskipun tindakan ku ini bodoh, aku masih sayang dengan nyawaku.
“Kau tidak mengerti hal apa yang akan ku alami jika kembali sekarang.. Apalagi jika aku membawa gadis yang berbeda dari yang ku janjikan.” L menatap pak tua itu dengan tatapan mata yang kosong.
“baiklah, kurasa kau punya alasan kuat yang sudah mendorong mu sangat jauh sampai ke sini. Tapi tetap saja, untuk pergi ke lantai dua kau harus menyelesaikan ujian yang ku berikan terlebih dahulu.”
Ujian apapun itu aku siap, karena sekarang sudah terlalu terlambat untuk bisa kembali ke keseharian normal ku dulu.
“katakan saja, aku usahakan untuk tidak akan mengecewakan mu.”
“kuharap kau benar-benar menepati ucapan mu.”
pak tua itu masuk ke dalam rumahnya untuk beberapa saat, dan kemudian kembali menemui L sambil membawa beberapa perlengkapan.
“bekerjalah di ladang ku, jangan tanyakan apapun jika kau ingin lulus dari ujian ini. Aku akan menjawab semua pertanyaan yang akan kau tanyakan, tapi kau tidak boleh bertanya menggunakan cara apapun.”
Pada awalnya kupikir ini akan menjadi ujian yang mudah, namun setelah 1 bulan bekerja di ladang pak tua itu tanpa mengetahui kapan semua ini akan berakhir rasanya benar-benar memuakkan.
Aku yang sebulan lalu hanya seorang pria biasa yang mencari cinta pertamanya, sekarang menjadi petani populer di desa terpencil ini.
Pada beberapa kesempatan, sempat terpikir di benakku, bagaimana jika aku hidup saja di tempat ini? Perempuan di sini ramah dan memiliki kecantikan yang khas, lalu orang-orang tua di tempat ini juga terbilang cukup asik untuk di ajak berbicara.
Namun mengingat kalau kakak ku adalah monster yang sangat mengerikan jika sudah lepas kendali, aku yakin keberadaan ku di dunia yang sama dengannya cepat atau lambat pasti akan di ketahui olehnya.
Itu sebabnya aku masih bersikeras dan terus meyakinkan diriku ini untuk mengejar gadis itu.
“kau tahu, aku mempunyai seorang cucu yang berusia sama dengan mu. Dia sudah pergi meninggalkan dunia ini beberapa tahun yang lalu.” pak tua itu untuk pertama kalinya berbicara tentang keluarganya.
Kami sedang beristirahat di sebuah gubuk, setelah bekerja di ladang seharian. Meskipun aku mengatakan seharian, sebenarnya ini masih siang hari.
“ternyata dia sudah meninggal..” L asal menyimpulkan
“bukan begitu bodoh, dia mengikuti ujian dari tangga dunia. kenapa aku melihat kau seolah kecewa mendengar berita ini?”
“kau salah pak tua, tidak mungkin aku kecewa.. Kuharap cucumu itu masih sehat saat ini.”
Dia ini sensitif sekali ya, padahal aku sudah bersiap untuk mendengarkan cerita sedih.
L meminum air mineral yang disediakan oleh si pak tua. Dia mulai terbiasa hidup di desa ini sekarang.
“namanya Cindy.”
mendengar nama itu, L seketika teringat seseorang. Namun dia hanya berfikir mungkin itu hanya sebuah kebetulan, karena dunia ini kan luas, tidak mungkin..
“Cucu ku itu berasal dari ras Mimic,–
Ah.. Ternyata dunia itu sangat sempit ya. tunggu, masih ada kemungkinan kalau cucu pak tua ini–
–ini dia, aku selalu membawa foto wajahnya dalam saku ku.” pak tua itu menunjukkan wajah yang benar-benar familiar menurut L
ahahah.. kebetulan yang sangat mengerikan.
“aku tahu kau pernah menemuinya.”
Ucapan pak tua itu seketika membuat tubuh L menggigil di tengah panasnya sinar matahari.
“Haha, dia gadis yang baik.. Kau berhasil mendidiknya pak tua.”
“apa kau ingin tahu kemampuan apa yang kudapatkan semenjak menjadi penguji tangga dunia?”
Suasana menjadi hening sejenak, Perasaan L sudah sangat buruk semenjak pertanyaan itu di ajukan oleh si pak tua.
L hanya tersenyum melihat pak tua itu.
“itu adalah melihat masa lalu yang bersangkutan pada benda yang ku pegang.”
Ah.. Mampus dah.
Ber sam bung..
...~🦈~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments