Tidak mau membuat sang kakak menunggu terlalu lama, setelah masuk ke dalam rumah L dengan cepat mengambil tempat alat tulis miliknya yang berada di atas meja dalam kamar, dan mengambil sebuah buku tulis yang biasa L gunakan untuk melatih kemampuannya dalam menggambar.
L segera berlari menuju toko kakaknya, berharap dia tidak mendapat pukulan lagi nanti.
Masuk melalui pintu depan, membuat lonceng yang berada di belakang pintu berbunyi. L segera menaruh barang yang ia bawa di atas meja dan kembali duduk dengan posisi seperti saat dia dihukum sebelumnya.
kuharap kak Akari tidak menganggap ku berbohong atau semacamnya.
“baiklah, karena sekarang adik manis ku sudah di sini sekarang, aku akan langsung bicara ke intinya saja. Apa kalian penipu?” Akari berbicara sambil mengelus-elus lembut kepala adiknya, dia berbicara tanpa melihat langsung ke arah Murad dan Miho.
Murad yang ingin langsung menjawab pertanyaan kak Akari, di tahan oleh Miho. Dia meminta adiknya untuk diam dan membiarkan masalah ini diselesaikan olehnya.
“pertama-tama kami meminta maaf atas kesalahpahaman yang sudah terjadi. Tapi ada alasan kuat yang membuat kami tidak bisa memberitahukannya pada kalian” Miho meniru cara Akari meminta maaf, yaitu sambil menundukkan badannya.
“Hei L, kau bilang dia luar biasa cantik sekali bukan? coba gambar wajah orang itu sekarang. Aku yang akan menilainya.” Akari hanya berbicara malas dengan nada sedikit tegas pada adiknya.
Namun hal biasa seperti itu saja sudah membuat Miho dan Murad yang ingin membalas perkataan Akari, jadi membisu. Pembantaian yang dilakukan oleh Akari pada L sebelumnya, membuat rasa takut sedikit tertanam dalam jiwa Miho dan Murad tanpa mereka sadari.
Miho kembali duduk dan hanya diam sambil menahan perasaan tidak nyaman yang mengelilinginya.
menggambar dengan posisi seperti ini rasanya tidak nyaman, belum lagi aku harus menggambar dalam tekanan kuat yang kakak berikan.
Tapi sebagai seseorang yang profesional, aku tidak ingin kecantikan gadis itu rusak hanya dengan alasan sepele seperti tadi.
Suara pensil yang menari-nari di atas selembar buku, menunjukkan kemampuan L sebagai seniman yang baik. Perlahan mulai terlihat sosok cantik yang sedang di gambar oleh L di dalam buku gambarnya itu.
Setelah selesai, Akari langsung mengambil buku itu dan membandingkannya dengan wajah nenek tua yang dilihatnya secara langsung.
“dia cantik.” Akari memberikan pendapat secara langsung.
“benarkan? Sudah kukatakan padamu kalau gadis itu sangat cantik belum lagi–
L dan Akari secara bergantian memuji kecantikan Miho, Miho menutupi wajahnya yang merona samar karena merasa malu.
Murad merasa kesal dan langsung mengatakan hal yang dirasakan olehnya pada Akari dan L. Namun setelah melihat gambaran yang di buat oleh L, Murad malah langsung ikutan memuji kecantikan kakaknya itu.
Ditengah keramaian yang dibuat mereka bertiga, Miho merasa kalau saat ini mereka hanya sedang menjahilinya saja.
Miho menggenggam tangan kak Akari lalu memintanya untuk berhenti melakukan hal tersebut.
Akari menutup matanya, suara yang awalnya seperti wanita tua, berangsur berubah menjadi suara lembut seorang gadis.
Akari mengintip sedikit melihat ke arah adiknya, adiknya itu menatap ke arah Miho tanpa bisa mengalihkan perhatiannya. Bahkan hidungnya sampai mimisan.
Karena itu, Akari juga menutup mata L menggunakan tangannya.
“baiklah, gadis kecil. Jadi sekarang, bisakah kau mengatakan alasan kau dan adikmu ini datang ke toko kecil kami?” Akari penasaran dengan alasan mereka sekarang.
“kami mencari permata ametyhs. Seseorang memberi tahu kami kalau kalian memilikinya.” Murad yang menjawab pertanyaan dari kak Akari.
Akari seketika mengingat kejadian 9 tahun lalu, saat dirinya kehilangan ayah dan ibunya dalam sebuah bencana alam. Yaitu gempa bumi..
Ada seorang pria yang memberikannya sebuah kalung permata yang tidak begitu dikenal dulu. Dan setelah lewat beberapa tahun permata itu menjadi permata termahal di dunia.
“kenapa kalian membutuhkannya?”
“kami harus menunjukkan benda itu pada seseorang. Jika kau mengizinkannya, bisakah kami meminjam permata itu?” tanya Miho
Akari tersenyum, dengan matanya yang masih tertutup, Akari mendekati Miho lalu memeluknya.
“kau ini imut sekali ya, kau bisa memilikinya kok. Aku akan memberikannya.”
“eh .. Benarkah?” Miho merasa bersemangat.
“dengan syarat kau harus bertanggung jawab. Adikku sudah tidak mungkin akan tertarik dengan gadis lain selain dirimu, terimalah ajakan L adik ku untuk menikah dengan mu.”
Murad terkejut, tapi dia yakin sang kakak tidak akan menerima pria aneh seperti itu untuk menjadi suaminya.
Miho yang sudah terlalu bersemangat, langsung menghampiri L dan mengambil tangannya.
“tuan L, aku menerima tawaran mu. Ayo menikah.” Miho tanpa ragu mengatakan hal tersebut dengan mata berbinar-binar.
Karena merasa terkejut L pingsan di tempat, dan bukan hanya L, Murad yang mengetahui kakaknya menerima lamaran dari orang aneh seperti L juga ikut jatuh tidak sadarkan diri.
Akari tertawa terbahak-bahak melihat adiknya yang sangat tangguh itu pingsan karena seorang wanita selain dirinya.
Belum lagi melihat Miho dengan penampilan seorang wanita tua yang kebingungan bagaimana harus bertindak, terlihat sangat aneh dan membuat Akari tertawa sampai puas.
“um.. Bagaimana ini kak?” Miho merasa kebingungan.
“kau terlihat bersemangat ya? Apa kau tidak tahu kalau sudah menikah, berarti adik ku juga akan melakukan hal itu padamu lho.”
“a-aku juga tahu kok!! Hanya saja.. Menurut ku adik mu itu–
Apa yang dimaksud oleh Akari dan apa yang di bayangkan oleh Miho benar-benar seperti langit dan bumi, jauh berbeda.
“kenapa? Selesaikan kalimat mu.” kak Akari menutup matanya sambil membayangkan wajah Miho yang tersipu malu sambil mendengar suara lembutnya.
“dia tipe ku..”
“apa kau suka pada pria bodoh yang hidup sebagai samsak kakaknya?” Akari bertanya seperti itu karena ingin menjahilinya.
“bu-bukan begitu!! menurut ku, tuan L adalah orang yang jujur. Meskipun baru pertama kali bertemu dengan ku, dia langsung mengatakan hal memalukan seperti itu, meskipun aku merasa sedikit takut pada awalnya, aku senang karena ada orang lain yang bisa melihat penampilan asli ku.”
Akari menyadari kalau masih ada hal lain yang belum di sampaikan oleh gadis tersebut.
Karena itu dia berdiri dari tempatnya duduk, menghampiri Adiknya dan melepas semua kancing di kemeja L, lalu membiarkannya terkapar dengan pakaian yang sedikit terbuka.
“kau belum mengatakan semuanya gadis kecil, meskipun dia terlihat bodoh jika bersama dengan ku. aku kakaknya, tahu betul kalau L cukup populer di kalangan perempuan. Meskipun aku tidak melihat mu sekarang karena takut merusak suasananya, aku yakin kau sedang menatap pemandangan indah itu.” Tebakan Akari benar, meskipun agak memalukan, Miho sesekali mengintip melihat roti sobek L.
...~🦈~...
Setelah aku siuman, hal pertama yang kulihat adalah wajah menyebalkan pria yang meledek ku sebelumnya.
Kami duduk di sofa yang sama di ruang tamu rumah ku, bukan di toko.
Aku mencari kakak ku ke seluruh bagian rumah, tapi tidak dapat menemukannya.
Merasa kalau mencari mereka adalah hal yang melelahkan karena nanti juga mereka akan muncul sendiri, L masuk ke dalam kamarnya lalu membuka sebuah laci.
L mengambil sebuah kotak kecil peninggalan ibunya dulu, kemudian membukanya. Di dalam kotak tersebut terdapat sebuah catatan dan sebuah anting yang sudah lama tidak L gunakan.
L mengambil anting tersebut lalu menggunakannya.
Hari ini kacau sekali ya.. Aku tidak pernah sekalipun menyangka nya karena saking anehnya hal yang menimpa ku kali ini.
Ini sama seperti saat itu. 12 tahun yang lalu, ingatan pertama ku bertemu dengan ibu.
suara langkah kaki terdengar mendekat ke rumah L dari dalam kamarnya. Karena itu L pergi keluar dari dalam kamar kemudian duduk di sofa.
Kak Akari membuka pintu bersama dengan Miho di belakangnya. Mereka terlihat habis bersenang-senang dengan berbelanja tadi.
“oh, kau sudah bangun L?” kak Akari hanya basa-basi.
“selamat siang tuan L.” Miho menyapa.
Setelah itu mereka pergi ke dapur bersama-sama. karena merasa ada hal menyebalkan yang tidak L ketahui, dia pergi ke dapur lalu mengajak kakaknya untuk berbicara 4 mata.
tidak ada hal yang spesial dari percakapan kami berdua, aku hanya bertanya tentang hal yang ingin ku dengar. Dan setelah mengetahuinya aku pergi ke luar rumah menunggu mereka selesai memasak.
Akan ku buat singkat saja, setelah mereka selesai masak, kami bertiga makan siang bersama. Murad masih belum siuman.
Dan setelah itu melanjutkan pembicaraan perihal lamaran yang sudah aku ajukan dan di terima oleh Miho sebelumnya. Karena beberapa alasan Miho mengajukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh ku, jika aku ingin menikahinya.
syaratnya adalah aku harus berhasil membantu menemukan dan meyakinkan ayah Miho yang sudah lama menghilang, supaya menerima L sebagai menantunya.
Pada awalnya syarat itu terdengar dapat dengan mudah di penuhi oleh L, tapi semuanya akan berubah setelah L memulai perjalanannya nanti.
...~🦈~...
Saat ini kami bertiga sedang bersama-sama di dalam sebuah bar, tapi hal ini cukup mengejutkan untuk ku.
Karena selama aku masih di ibu kota, belum pernah sekalipun aku mendengar ada penginapan dengan fasilitas yang lengkap dan mewah seperti tempat ini.
Beberapa jam yang lalu, di ibukota.
L berpamitan dengan kakaknya, dia berjanji akan membawa kabar baik saat kembali nanti. Dalam perjalanan ini, L hanya membawa sebuah tas selempang yang cukup untuk membawa peralatan menggambar miliknya dan sepasang pakaian.
Dia sengaja tidak membawa banyak barang karena harus membawa Murad yang masih belum sadarkan diri sepanjang perjalanan mereka menggunakan kuda ( dan beberapa barang penting ).
Kembali ke saat ini.
Murad tiba-tiba mengamuk di dalam bar sambil mempertanyakan keputusan kakaknya yang terlalu sembrono.
Namun Miho menjawab dengan tegas, kalau hanya ini satu-satunya cara supaya mereka bisa mendapatkan batu permata ametyhs tersebut.
karena takut membuat ku tersinggung, Miho tiba-tiba memberikan sebuah catatan secara diam-diam. Sepertinya dia sudah menduga kalau adiknya akan menjadi rewel seperti ini sejak sebelumnya.
Dalam catatan itu Miho mengatakan kalau dirinya meminta maaf, itu adalah cara termudah untuk membuat adiknya yang keras kepala itu mengerti.
Alasan kenapa Murad tidak sadar dalam waktu yang lama, adalah karena Miho memasukkan obat penenang pada saat adiknya belum sadarkan diri.
Setidaknya aku tahu kalau mereka tidak akan mengkhianati ku, ya itu benar setidaknya kuharap begitu.
Ber sam bung.🦈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments