Sekolah Ilyas

Setelah Ilyas membereskan rumah, Ilyas pun bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, pagi-pagi Ayahnya sudah pergi bekerja, Ibunya sedang memandikan adiknya Agus. Berbeda dengan Ilyas justru adiknya Yudi sama sekali tidak pernah membantu di rumah, bangun tidur langsung mandi, kadang di bantu sama Ibunya.

Ilyas segera berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, walaupun sahabatnya sama dengannya satu sekolahan tapi dia sudah dari tadi berangkat di antar ayahnya naik motor. Ilyas hanya berjalan kaki sendirian yang jaraknya lumayan jauh.

Ilyas pun tiba di sekolah. "Syukurlah masih sempat belum di mulai". Dia masuk langsung ke kelas dengan ngos-ngosan karena perjalanannya tadi cukup jauh.

Baru saja dia menghela napas. "Hei anak miskin, mana buku catatan Lo sini gua lihat!". Ilyas pun menengok kebelakang "untuk apa emangnya san?"

"Berani lo sama gua, Lo lupa setiap ada tugas atau apa aja lo harus kasih ke gua!"

Bentaknya sambil berusaha membuka tas Ilyas.

Ilyas pun memberikan catatannya dengan terpaksa, karena jika tidak dia pasti dipukuli sandi sebelum dia pulang. Karena tidak ada pilihan dan Ilyas tidak ingin ada keributan dia pun mengalah.

Sandi langsung merampas catatan Ilyas dan menyalin catatan nya.

Di sekolah Ilyas merupakan siswa pintar dia selalu meraih juara pertama di kelasnya. Karena kepintarannya itu juga pihak sekolah memberikan beasiswa kepada Ilyas selain surat yang dari desa.

"Kamu kenapa Yas"?. Tanya seorang teman baiknya Ilyas namanya Tomi dia sebangku dengan Ilyas,

"Pasti di gangguin sandi lagi ya ?".

"Gak apa-apa tom biarin aja," . 

Sandi itu merupakan anak seorang kepala desa dia salah satu orang terkaya di desanya,  makanya dia berani dan sangat merasa berkuasa.

Sifat dia yang sombong, angkuh dan merasa dirinya paling hebat. Dia selalu menyelesaikan semuanya dengan uang, bahkan jika dia salah pun gurunya tidak berani menegurnya karena pasti orang tuanya yang pasang badan.

Karena sekolah ini juga orang tuanya yang punya makanya dia semakin sombong dan berkuasa. Dulu Ilyas sempat menegurnya, namun apa daya karena dia bukan siapa-siapa semuanya bertekuk lutut karena uang.

Jika Ilyas berani melawan Ilyas bisa dikeluarkan dari sekolah, karena di sekolah ini merupakan sekolah satu-satunya yang terdekat.

Maka dari itu Ilyas sering di bully karena pernah menentang nya. Di tambah Ilyas kekurangan fisik banyak orang yang mem bully nya.

Bisa sekolah sudah sangat beruntung dan bahagia sekali buat Ilyas, yang penting dia bisa bisa bersekolah dan mewujudkan mimpinya kelak.

Sejak saat itu Ilyas menentang dan tidak suka dengan kekuasaan yang menghalalkan segara cara hanya karena uang. Tidak adanya rasa kemanusiaan dan toleransi antar manusia, budaya sopan santun dan saling menghargai dengan orang yang lebih tua atau orang tua sepertinya sudah hilang.

Budaya sunda yang di kenal sopan, menghargai yang lebih tua dan santun kini hampir musnah. Banyak orang muda yang semena-mena terhadap orang tua, bahkan diantaranya banyak anak-anak yang sudah melawan sama orang tua bahkan melakukan tindakan kriminal.

Hari itu pelajaran pun selesai Ilyas pun segera merapikan diri, seperti biasa dia pergi ke tempat Mang Ujang, Mang Ujang merupakan seorang pedagang koran dia sangat baik kepada Ilyas, dia sangat kagum karena anak seperti Ilyas yang kebanyakan hanya minta jajan sama orang tuanya dan bermain, di usianya yang masih kecil Ilyas sudah mandiri dan bekerja keras.

Ilyas pun berjalan keluar dari sekolah, seperti biasa dia pergi ke belakang dulu untuk mengganti pakaian seragamnya dan menggantinya dengan pakaian biasa.

Ilyas pulang sekitar jam 12-an siang hari, sebelum ke tempat tujuan, Ilyas pergi dulu ke mesjid untuk melaksanakan ibadah solat. Ilyas tak lupa berdoa agar dimudahkan segala rezekinya dan di kabulkan semua cita-cita nya, tak lupa juga dia berdua untuk kedua orangtuanya.

Setelah sholat dia pun pergi ke tempat Mang Ujang, dari kejauhan Mang Ujang melambaikan tangannya dengan senyum. Ilyas pun setengah berlari menghampirinya.

Setelah tiba Mang Ujang memberikan sebungkus nasi kuning kepada Ilyas, "nih kamu makan dulu nak, pasti lapar tadi mamang beli nasi kuning". 

"Jangan repot-repot Mang , Ilyas udah ko tadi"  jawab Ilyas

"Kamu jangan bohong, kan kamu baru saja pulang sekolah terus langsung kesini kan, mana sempat makan dulu, ini tadi mamang pas beli untuk makan beli untuk kamu juga".

"He.. i-iya mang Ilyas makan ". 

Dengan malu-malu Ilyas membawa nasi yang diberikan Mang Ujang pada nya.

"Sana makan dulu kamu di sana, pasti lapar, kan kata Ayah kamu juga jadi orang haus jujur jangan berbohong".

"Iya mang, Ilyas gak enak aja sama mamang". 

"Kamu santai aja jangan merasa gak enak gitu, udah anggap sebagai anak mamang sendiri,"  kebetulan anaknya Mang Ujang juga sama dengan Ilyas cuma beda setahun dengannya lebih tua.

Sebelum makan Ilyas berdoa dulu tak lupa cuci tangan. Setelah selesai makan Ilyas pun menyimpan tas nya di tempat mamang, dia pun membawa korannya dengan semangat dan segera pergi.

"Koran.. koran.. korann.. koran nya a,.. teh,.. !"

Diapun menawarkan korannya mondar mandir kesana kemari.

Tak banyak orang-orang yang hanya menolaknya, Ilyas pun tak pantang menyerah dia terus berjalan hingga ada beberapa orang juga yang membelinya.

Pas Ilyas berjalan kedepan dia bertemu dengan temannya Sandi, dia mentertawakan Ilyas dan menghinanya.

"Hei anak miskin,." Dia merampas koran Ilyas lalu membawanya lari.

"Apa yang kamu lakukan san, sini koranku..". Ilyas mengejar sandi.

"Sini kalau berani, orang miskin kaya ku gak pantas sekolah, tuh orang kaya lu pantasnya jadi gembel tidur di bawah jembatan ". Sambil menunjuk ke arah orang-orang pengemis di seberang sana.

Dan sandi pun melemparkan koran Ilyas ke jalan, sehingga korannya berhamburan ke jalan. Ilyas pun berlari dan memunguti korannya sambil menangis.

Tak sengaja dari arah depan Ilyas tertabrak angkot, walaupun angkot itu tidak berjalan cepat. Tapi tetap saja Ilyas jatuh sehingga meninggalkan luka di lututnya.

Orang-orang datang menghampiri Ilyas dan menolongnya. "kamu tidak apa-apa nak,"

Bapak-bapak menolongnya dan membawanya ke warung dan membelikan perban untuk luka Ilyas.

"Ayah, ibu, kamu kemana nak, kenapa kamu bekerja, kamu tidak sekolah?" Beberapa pertanyaan kepada Ilyas.

"Ayah, Ibu  juga bekerja pak, saya membantu mereka bekerja karena keluarga kami butuh banyak uang untuk keperluan sehari-hari saya sekokah pak". Jawab Ilyas.

"Tapi kenapa kamu juga kerja nak, kamu kan masih sangat kecil, kamu harusnya belajar saja, anak seumuran kamu harusnya bermain bersama teman kamu".

"Iya pak, tapi.... " Ilyas pus tanpa meneruskan pembicaraan nya karena Bapak itu memotong nya, " ini uang buat kamu semoga bermanfaat". Bapak itu memberikan uang Rp. 5000 kepada Ilyas.

"Ta.. tapi pa jangan repot-repot, tadi sudah menolong saya dan sudah cukup berterimakasih karena Bapak sudah menolong saya ".

"Kamu terima saja, anggap ini rezeki buat kamu dan keluarga kamu, walaupun tidak besar tapi setidaknya bisa menggantikan koran kamu yang tadi rusak walaupun tidak sebanding ".

Waktu itu uang Rp 5000 lumayan besar di tahun 98-an. Bapak itu pun pamit meninggalkan Ilyas karena ada urusan.

"Bapak pergi dulu ya nak, hati-hati kamu dan yang rajin sekolah nya, kelak nanti kamu akan menjadi anak yang sukses".

"Aamiinn.... Terimakasih banyak pak". Ilyas merasa sangat senang dan bersyukur walaupun hatinya sedih dan memikirkan korannya yang rusak.

"Gimana ini, korannya tidak bisa lagi di jual, susah rusak dan banyak yang robek, apa yang harus aku katakan sama mang Ujang?". 

Ilyas merasa sedih dan berjalan pincang menuju ke tempat Mang Ujang.

Setelah tiba di tempat Mang Ujang.

"Kamu kenapa nak, apa yang terjadi sama kamu?". Mang Ujang cemas melihat Ilyas dengan muka sedih dan berjalan pincang.

"Ma.. maafiin Ilyas mang, tadi Ilyas jatuh dan koran nya rusak semua". Ilyas pun menangis, karena di usianya yang masih kecil, dia hanyalah seorang anak biasa.

"Tidak apa-apa nak, ini kan namanya juga kecelakaan, kamu gak salah yang penting kamu selamat ".

"Ta.. tapi korannya...." 

"Sudah kamu jangan pikirkan ini semua ujian, gak apa-apa kamu jangan khawatir ". Dan Ilyas pun menceritakan kronologis kejadian itu, awal kenapa dia bisa jatuh.

"Ohh, iya mang tadi ada bapak-bapak yang nolongin Ilyas, terus di kasih uang Rp. 5000". Ilyas sambil memberikan uang itu kepada mang Ujang.

"Kenapa di kasih ke mamang, itu kan uang kamu buat kamu nak". 

"Ini buat menggantikan koran yang sudah Ilyas rusakin mang," sambil melihat korannya yang rusak dan robek.

"Tidak usah nak, uang itu rezeki buat kamu, kamu simpan saja uang itu,".

"Terimakasih banyak mang"  mamang hanya tersenyum dan menepuk nepuk pundak ku.

Mang uang memberikan minuman kepada Ilyas dan setelah itu Ilyas pergi meninggalkannya.

Ilyas bukan pulang kerumahnya, namun dia pergi ke pasar, karena inilah aktivitas yang dia lakukan setiap hari, karena kalau pulang begitu saja Ibu nya pasti memarahinya.

Setelah tiba di pasar Ilyas menyimpan tas nya di mesjid sambil melaksanakan solat asar tak lupa Ilyas sempatkan berdoa.

Di pasar dia bekerja kadang membawakan barang-barang orang yang membeli di pasar. Kadang menjual kantong keresek, membantu pedagang yang butuh bantuan dan apapun yang mereka suruh dan mampu dia kerjakan, pasti dengan senang hati dia lakukan.

Setiap hari Ilyas pulang ke rumah sekitar jam 5 sore, pulang bekerja Ilyas mandi dan membantu perkejaan rumah.

Setelah magrib dia pergi ke mesjid dan mengaji bersama teman-temannya. Walaupun kadang di kampungnya juga Ilyas suka di hina dan di bully tak membuat Ilyas berkecil hati.

Ilyas hanyalah bocah kecil anak kelas 3 SD seperti yang lainnya, dia lagi senangnya bermain namun karena keadaan, dia di haruskan merasakan perihnya hidup.

Sejak kecil Ilyas sudah memperlihatkan kelebihannya tidak seperti anak pada umumnya. Dia sangat suka sekali membaca buku, baginya buku adalah sahabatnya. Walaupun dia harus kerja tapi tidak pernah sekalipun malas belajar, entah itu di rumahnya, di luar, saat di jalanan, di pasar, dimana mana dia selalu belajar.

Tak heran jika dia selalu meraih juara pertama di kelasnya. Dari sejak kecil Ilyas mempunyai mimpi, dia ingin menjadi orang sukses dan bisa membanggakan kedua orangtuanya.

Saat Ilyas bekerja mencari barang bekas pun, banyak buku yang dia dapati dia selalu membacanya, baginya buku itu adalah harta Karun yang sangat berharga.

Selesai mengaji sesudah solat isya, baru Ilyas pulang ke rumahnya. Saat pulang semua keluarga kumpul termasuk Ayahnya, Ayahnya lah yang sangat baik kepadanya dia selalu memberikan Ilyas uang dan makanan. Di hadapan Ayahnya, Ibunya tidak terlalu menunjukkan kebencian kepada Ilyas. Adik Ilyas Yudi jarang sekali mengaji dari pulang sekolah hanya bermain dan bermain.

Setalah di rumah, keluarga Ilyas makan bersama, seperti keluarga pada umumnya yang terlihat bahagia dan harmonis tetapi nyatanya banyak sekali masalah dan beban yang di hadapi.

Ibu Ilyas membawakan makan untuk Yudi dan Agus, tidak halnya kepada Ilyas , dia melakukan semuanya sendiri karena sudah terbiasa Ilyas sama sekali tidak merasa sedih, dia tetap bahagia dan ceria.

Setelah makan selesai Ilyas kembali membuka pelajarannya dia belajar sebelum akhirnya dia tidur.

Dia tidur di tengah rumah bersama Ayahnya, karena rumahnya yang sederhana hanya ada kamar satu. Walaupun sempit Ilyas tetap bahagia da merasa bersyukur.

Itulah keseharian keluarga Ilyas setiap harinya. Jika hari libur pun Ilyas tetap bekerja untuk mencari uang tidak adanya hari libur untuknya.

Dan tak terasa aktivitas pagi pun kembali dia kerjakan, pas adzan subuh Ilyas bangun dan langsung segera ke mesjid. Setelah dari mesjid Ilyas sudah harus mengerjakan pekerjaan rumahnya sampai waktunya pergi sekolah.

Di sekolah waktu belajar tiba-tiba gurunya mengumumkan akan diadakan ulangan dadakan matematika, semua murid riuh tanda tak siap kecuali Ilyas yang sangat senang dan senyum.

"Yah.. Bu, kenapa gak ngasih tau dulu kami belum belajar".  Ucap salah satu muridnya.

Bu guru pun menjawab

"Ini ulangan mengulang pelajaran kemarin anak-anak, yang ibu pernah terangkan".

Tomi teman sebangku Ilyas pun sama mengeluh, "yah matematika pelajaran paling aku benci sangat susah, apalagi yang kemarin sama sekali gak ngerti".

Namun Ilyas hanya senyum-senyum.

Ulangan pun dimulai, dengan mudah Ilyas bisa mengerjakan semuanya, malah Ilyas yang pertama yang selesai mengerjakan, dan yang sudah selesai segera di kumpulan ke depan dan langsung pergi istirahat.

Setelah kembali masuk ke kelas ulangan tadi di umumkan, dan Ilyas satu-satunya murid yang mendapatkan nilai 100.  Ibu guru sudah tidak heran lagi, karena Ilyas sering mendapatkan nilai 100.

Namun, tak selamanya Ilyas bisa bahagia, karena dia harus kembali lagi berurusan sama teman-temannya yang nakal, kertas ulangan tadi di rebut oleh temannya kemudian dia robek-robek dan di buat ke tempat sampah, mereka hanya tertawa puas

"Ulangan . Ku". Padahal Ilyas akan memberikan pada orangtuanya namun Ilyas hanya bisa menahan sabar dan sabar.

Dia terus menahan sabar dan sabar, karena dia tidak mau menerima masalah cukup mengalah yang dia lakukan. Jika dia sampai melawan dia pasti akan kena masalah mungkin bisa dikeluarkan dari sekolah ini. Karena di sekolahnya sampai kepala sekolah nya pun pun tidak ada yang berani sama pak kepal desa yang mempunyai sekolahan ini.

Uang, kekuasaan, materi yang sedang berkuasa sekarang, tidak adanya rasa saling menghormati, menghargai antar manusia, hilangnya budaya sopan santun antar yang lebih tua semuanya takluk hanya karena uang.

Di sekolah sebenernya bukan hanya sandi yang suka mem-bully nya. Ada beberapa teman sekelas nya juga yang sering mem-bully. Hampir semua anak laki-laki yang mem-bully nya, namun tak pernah sekalipun Ilyas menaruh dendam terhadap mereka.

Tetapi ada juga yang baik kepadanya, diantaranya Adin dan Tomi. Murid perempuan nya juga tidak ada yang mem-bully nya, mungkin karena Ilyas adalah murid yang pintar menjadikan dia nilai plus dan juga orangnya mudah bergaul dan baik hati.

Terpopuler

Comments

FUNtasy

FUNtasy

kek di reality ya

2023-08-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!