Bab 4: Misteri Kegelapan yang Mendalam
Hari-hari di Akademi Sihir Aeloria terus berlalu, dan Yunan kembali fokus pada pelajarannya. Namun, pengalaman mengerikan yang ia alami dalam kegelapan tidak pernah benar-benar hilang dari pikirannya. Ada kegelisahan yang tetap menghantui, dan bayangan sosok kegelapan masih terlintas dalam mimpi-mimpinya.
Suatu pagi, Yunan duduk di tepi jendela kamar tidurnya, memandangi langit yang sedang berselimut awan. Dia merenung tentang arti dari pengalaman kegelapan itu. Apa sebenarnya yang terjadi? Dan mengapa dia merasa begitu terhubung dengan kegelisahan dan rasa takutnya?
Aria memasuki kamar dengan senyuman. "Pagi, Yunan. Kau kelihatan seperti kau sedang dalam pemikiran yang mendalam."
Yunan menoleh dan tersenyum kepadanya. "Hanya memikirkan beberapa hal. Terkadang rasanya seperti ada sesuatu yang tersembunyi di dalam diriku, sesuatu yang mengganggu."
Aria duduk di sampingnya. "Mungkin kau harus berbicara dengan Professor Selene. Dia mungkin bisa memberimu wawasan tentang apa yang terjadi."
Yunan mengangguk. "Mungkin kau benar. Aku merasa ada sesuatu yang aku lewatkan, tetapi aku tidak tahu apa itu."
Saat mereka bersiap-siap untuk berangkat ke kelas, ada suara tiba-tiba yang terdengar di udara. Sebuah nyanyian kuno yang bergetar dalam keheningan pagi. Yunan dan Aria saling pandang, merasa terpesona oleh suara yang misterius dan indah.
Saat mereka keluar dari bangunan asrama, mereka melihat sumber suara tersebut. Di tengah taman akademi, ada seorang penyihir tua berpakaian ungu yang sedang duduk di bawah pohon raksasa. Dia memegang seutas seruling ajaib yang mengeluarkan nada-nada yang mempesona.
"Siapa dia?" tanya Yunan, suara hatinya tertangkap dalam alunan musik.
Aria menggelengkan kepala. "Aku tidak pernah melihatnya sebelumnya. Tetapi musiknya begitu indah."
Tiba-tiba, sosok penyihir tua itu menghentikan nyanyiannya dan melihat Yunan dan Aria dengan mata yang penuh makna. Dia tersenyum lebar, dan dalam sekejap, dia berada di depan mereka.
"Selamat pagi, anak-anak muda," sapanya dengan suara lembut yang tenang.
Yunan merasa seakan ada kekuatan magis yang mengelilingi sosok tersebut. "Selamat pagi. Siapa Anda?"
Sosok itu tersenyum misterius. "Aku adalah Delian, seorang penyihir pelarian yang mencari petualangan dan keajaiban di dunia ini. Dan kalian berdua memiliki keberanian dalam mata kalian."
Aria menatap Delian dengan rasa kagum. "Bagaimana Anda tahu?"
Delian tertawa. "Ah, mata adalah jendela jiwa. Mereka menceritakan banyak hal tentang seseorang."
Yunan merasa ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya. "Delian, ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan hatiku. Aku merasa seperti ada kegelapan di dalam diriku."
Delian mengangguk dengan penuh pemahaman. "Kamu merasakannya juga, bukan? Kegelapan yang merayap perlahan-lahan. Itu adalah kegelapan batiniah yang mengganggumu."
Aria melihat Yunan dengan rasa khawatir. "Bagaimana Anda tahu tentang ini?"
Delian tersenyum. "Kami, penyihir-penyihir pelarian, memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara sihir dan jiwa. Kegelapan batiniah adalah hal yang rumit dan seringkali sulit dimengerti."
Yunan merasa sedikit terhibur oleh kata-kata Delian. "Apa yang seharusnya aku lakukan?"
Delian duduk di depan mereka. "Pertama-tama, kamu harus belajar untuk menerima bagian dirimu yang gelap. Kita semua memiliki kegelapan dalam diri kita. Yang penting adalah bagaimana kita mengelolanya."
Aria menambahkan, "Tetapi bagaimana kita bisa mengelola sesuatu yang begitu abstrak dan sulit diidentifikasi?"
Delian tersenyum. "Kegelapan ini biasanya terhubung dengan pengalaman traumatis atau rasa takut yang tertanam dalam bawah sadar. Untuk mengatasi ini, kamu perlu menghadapinya dan mencoba mengerti akar penyebabnya."
Yunan mengangguk perlahan. "Aku akan mencoba."
Delian mengangkat seruling ajaibnya dan mulai memainkannya lagi. "Musik adalah cara yang kuat untuk menghubungkan jiwa dengan rasa batiniah. Biarkan alunan musik ini membawa kalian pada perjalanan mendalam ke dalam diri kalian sendiri."
Saat suara seruling mengisi udara, Yunan merasa ada sesuatu yang mendalam di dalam dirinya terbangun. Alunan musik itu memanggil-manggil, menggali perasaan dan pikiran yang terpendam. Dia merasa seperti ia tengah mengapung dalam lautan emosi dan kenangan.
Aria juga merasa terhanyut dalam alunan musik. Matanya tertutup, tetapi dia merasa seperti ia tengah menjelajahi dunia bawah sadarnya. Ada gambar-gambar yang muncul, kilasan-kilasan kenangan dan perasaan yang tersembunyi.
Setelah seruling berhenti, Yunan dan Aria membuka mata mereka, merasa seperti mereka baru saja mengalami perjalanan spiritual yang mendalam. Delian tersenyum puas.
"Kalian berdua memiliki kemampuan yang luar biasa," katanya. "Kalian telah membuka pintu menuju pemahaman diri yang lebih dalam. Tetapi ingatlah, perjalanan ini adalah perjalanan yang berkelanjutan. Dan kalian tidak perlu melalui ini sendirian."
Dengan perasaan yang campur aduk, Yunan dan Aria mengucap
kan terima kasih kepada Delian. Mereka merasa ada harapan dan tekad baru untuk menghadapi kegelapan batiniah yang menghantuinya.
Setelah pertemuan dengan Delian, Yunan dan Aria kembali ke rutinitas harian mereka di Akademi Sihir Aeloria. Namun, pengalaman yang mereka alami bersama penyihir pelarian tersebut masih terus menghantui pikiran mereka. Kegelapan batiniah yang mereka rasakan semakin mendalam, tetapi sekaligus, mereka merasa lebih siap untuk menghadapinya.
Suatu pagi, saat mereka berdua berjalan menuju kelas, Aria memandang Yunan dengan penuh perhatian. "Bagaimana perasaanmu, Yunan? Apa yang Delian katakan membuatmu merasa lebih baik?"
Yunan mengangguk dengan tulus. "Ya, aku merasa seperti aku telah menemukan cara untuk menghadapi kegelapan itu. Tidak peduli seberapa gelapnya, aku akan menghadapinya."
Aria tersenyum. "Itu adalah sikap yang kuat. Kami selalu di sini untukmu, jadi jangan ragu untuk berbicara jika kau merasa kesulitan."
Ketika mereka memasuki kelas, Yunan merasa ada perasaan yang aneh di udara. Ada sesuatu yang berbeda, seolah-olah energi magisnya terasa bergetar dalam cara yang tidak biasa. Dia melihat sekeliling dan melihat bahwa teman-teman sekelasnya juga merasa hal yang sama.
Professor Linara, guru sihir dasar mereka, memasuki kelas dengan senyuman misterius. "Hari ini, kita akan berbicara tentang pengendalian emosi dalam sihir."
Yunan dan teman-teman sekelasnya duduk dengan perhatian penuh. Pengendalian emosi adalah hal penting dalam sihir, karena emosi yang tidak terkendali dapat mempengaruhi energi magis seseorang.
Ketika kelas dimulai, Professor Linara memberikan contoh-contoh tentang bagaimana emosi dapat mempengaruhi hasil sihir seseorang. Ia menjelaskan bahwa emosi positif seperti sukacita dan ketenangan cenderung menghasilkan sihir yang kuat dan stabil, sedangkan emosi negatif seperti rasa marah atau takut dapat merusak energi sihir.
Saat Professor Linara berbicara, Yunan merasa ada suara lembut yang mengganggu pikirannya. Suara itu semakin kuat, seolah-olah memanggilnya dari dalam. Dia merasa seperti ada suatu kekuatan yang mencoba untuk berbicara melalui dirinya.
Tiba-tiba, energi magis dalam dirinya mulai bergerak. Yunan merasakan getaran yang ganjil di ujung jarinya, dan tanpa sadar, ia mengeluarkan cahaya yang memancar dengan indah.
Semua mata tertuju padanya, termasuk Professor Linara. "Yunan, apa yang kau lakukan?"
Yunan sendiri bingung. Dia merasa seperti dia sedang mengalami sesuatu yang tidak dapat dijelaskan. Cahaya yang dipancarkannya mulai membentuk pola-pola yang rumit di udara, menciptakan gambar-gambar yang indah.
Suara lembut semakin kuat, dan Yunan merasakan dirinya tenggelam dalam energi magis yang memenuhi ruangan. Suasana hatinya bercampur aduk antara takut dan keajaiban.
Ketika cahaya mulai memudar, Yunan merasa seakan dia telah melakukan sesuatu yang luar biasa, tetapi dia tidak tahu apa itu. Dia melihat Professor Linara dengan ekspresi campuran antara kagum dan keterkejutan.
"Yunan, apa yang baru saja kau lakukan adalah sesuatu yang jarang terjadi," kata Professor Linara dengan suara terkejut. "Kau telah mengeluarkan sihir yang berasal dari emosi murni dan kuat."
Yunan masih merasa kaget oleh apa yang baru saja terjadi. Dia tidak sengaja mengeluarkan sihir tanpa memikirkannya. "Aku tidak tahu bagaimana itu terjadi. Aku merasa seperti ada suara yang memimpinku."
Aria menatap Yunan dengan tatapan penuh perhatian. "Apakah itu ada hubungannya dengan pengalamanmu sebelumnya? Dengan kegelapan yang kau rasakan?"
Yunan merenung sejenak. "Mungkin. Aku merasa seperti ada sesuatu yang ingin aku ungkapkan melalui sihir ini."
Professor Linara mengangguk dengan penuh pengertian. "Sihir adalah ekspresi dari diri kita, termasuk emosi yang tersembunyi. Kau telah menemukan cara untuk menghubungkan dirimu dengan sihir secara mendalam."
Saat kelas berakhir, Yunan dan Aria tetap membicarakan kejadian tadi. "Apa artinya semua ini, Yunan?" tanya Aria dengan suara penuh teka-teki.
Yunan menggelengkan kepala. "Aku belum tahu, Aria. Tapi aku yakin bahwa ini adalah langkah lebih dekat untuk memahami diriku sendiri dan sihir yang ada di dalamku."
Mereka melangkah keluar dari kelas dengan perasaan campur aduk, tetapi juga dengan tekad yang kuat untuk menjelajahi misteri yang ada di dalam diri mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments