Bab 3: Pertemanan yang Digerus Kegelapan

Hari-hari di Akademi Sihir Aeloria berlalu dengan cepat, dan Yunan merasa semakin terikat dengan dunia sihir. Namun, di balik keceriaan permukaan, ada bayangan yang semakin tumbuh dalam dirinya. Yunan merasa ada sesuatu yang tidak beres, seperti suatu kegelapan yang merayap perlahan-lahan.

Suatu pagi, Yunan duduk di tepi tempat tidurnya, pandangannya kosong ke ruangan kosong. Dia merasa ada beban yang tidak bisa diungkapkan, sesuatu yang menghantuinya dari dalam. Saat Aria memasuki kamar dengan senyuman cerahnya, dia mencoba tersenyum balik, meskipun rasa cemas masih bersemayam di dalam hatinya.

"Ayo, hari ini pelajaran apa?" tanya Aria sambil memilin rambut pirangnya.

"Sihir penyembuhan," jawab Yunan dengan suara yang mencoba terdengar ceria.

Aria melihatnya dengan pandangan tajam. "Kau tahu, Yunan, kau terlihat seperti memiliki banyak pikiran lately. Apa yang terjadi?"

Yunan menggelengkan kepala, mencoba mengusir kegelisahannya. "Tidak apa-apa. Mungkin hanya lelah belajar sihir."

Aria tidak sepenuhnya yakin, tapi dia memutuskan untuk tidak mendesak lebih jauh. "Baiklah, kalau kau bilang begitu."

Ketika mereka bersiap-siap untuk berangkat ke kelas, Yunan merasa seperti ada sesuatu yang mengikuti langkahnya. Seolah-olah suara berbisik-bisik lembut terdengar di telinganya, mengganggu konsentrasinya. Ia mencoba mengabaikannya, menganggapnya hanya produk dari kelelahan.

Namun, semakin hari, kegelisahan dan perasaan tidak enak semakin mendalam. Yunan merasa seperti ia dihantui oleh bayangan-bayangan yang tidak bisa dijelaskan. Dia melihat sesuatu di sudut matanya yang segera menghilang saat dia mencoba menatapnya dengan jelas.

Saat kelas penyembuhan dimulai, Professor Selene, seorang penyihir berpengalaman, memulai pelajarannya. Yunan mencoba fokus pada pelajaran, tetapi pandangannya terus teralih ke jendela. Di luar, langit mendung, dan kabut tipis terlihat seperti jaringan bayangan yang menggerus hatinya.

Ketika sesi praktik dimulai, Yunan merasa tangan dan tubuhnya gemetar. Ia mencoba memusatkan pikirannya untuk menyembuhkan luka kecil yang ada di tangan Aria, tetapi tangannya terasa kaku dan energinya terasa tidak terkendali. Suasana hatinya bercampur aduk antara frustrasi dan kecemasan.

Aria melihatnya dengan khawatir. "Apa yang salah, Yunan?"

Yunan menatap tangan gemetar itu dengan perasaan frustrasi. "Aku tidak tahu. Aku merasa seperti aku kehilangan kendali atas sihirku."

Professor Selene mendekatinya dengan perhatian. "Yunan, ada yang tidak beres. Aku bisa merasakan energi yang tidak stabil dalam dirimu."

Yunan merasa malu dan cemas. Dia tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Sebagai penyihir muda yang penuh bakat, dia merasa terhina oleh ketidakmampuannya saat ini.

Professor Selene meletakkan tangan lembut di pundaknya. "Jangan khawatir. Ini adalah hal yang wajar. Sihir memiliki hubungan dengan emosi kita. Ketika kita merasa cemas atau tidak stabil, sihir kita juga akan terpengaruh."

Aria memberinya senyuman yang penuh dukungan. "Kau bukan satu-satunya yang mengalami ini. Kami ada di sini untukmu."

Yunan merasa sedikit lega mendengar kata-kata mereka. Mereka adalah teman-teman sejatinya, dan mereka akan selalu ada untuknya. Dengan perlahan, ia mencoba meredakan pikiran-pikiran gelisahnya dan memusatkan diri.

Sesuatu yang aneh terjadi saat dia mencoba merasakan energi magis di dalam dirinya. Ada kegelapan yang mendalam di dalamnya, seperti bayangan yang semakin besar. Yunan merasa sesuatu yang merayap perlahan-lahan, mengambil alih kendali atas energinya.

"Apa yang sedang terjadi?" bisiknya pelan.

Aria dan Professor Selene memandangnya dengan kekhawatiran. "Yunan, apa yang kau rasakan?" tanya Aria.

Tapi sebelum Yunan bisa menjawab, tubuhnya tiba-tiba terasa lemah, dan pandangannya kabur. Dia merasakan dirinya tenggelam dalam gelap, dikepung oleh kegelapan yang tak terhingga.

Ketika Yunan membuka mata, dia merasa terombang-ambing di dalam kegelapan yang gelap gulita. Tidak ada cahaya yang menerangi tempat itu, hanya suara angin seolah-olah meratap di kejauhan. Dia merasa sendirian dan terasingkan, tidak tahu di mana ia berada.

"Apa ini?" gumamnya dalam kebingungan.

Namun, jawaban tak kunjung datang. Hanya ketenangan yang menakutkan yang meresap di sekitarnya. Yunan merasa kepanikan yang tak terkendali merayap ke dalam dirinya, dan dia berusaha keras untuk menjaga ketenangan dan keberanian di tengah kegelapan yang memprihatinkan ini.

Yunan meraba-raba dalam gelap, mencoba menemukan petunjuk atau jalan keluar dari situasi yang mencekam ini. Hatinya berdegup kencang, dan keringat dingin mulai mengalir di dahinya. Namun, meskipun keadaannya gelap dan tidak pasti, ada sesuatu di dalam dirinya yang berkata bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.

Tiba-tiba, sebuah cahaya redup muncul di kejauhan. Cahaya itu semakin mendekat, dan Yunan melihat siluet Aria dan Sylas yang muncul dari kegelapan. Dengan wajah yang penuh perhatian, mereka berjalan mendekatinya.

"Aku di sini untukmu, Yunan," kata Aria dengan suara lembut.

Sylas mengangguk setuju. "Kita tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian."

Yunan merasa lega melihat mereka di sana. Dalam keadaan yang mencekam ini, mereka adalah cahaya yang membimbingnya. "Aria, Sylas, apa yang terjadi padaku?"

Aria memandangnya dengan tatapan prihatin. "Aku tidak yakin, Yunan. Tetapi ini terasa seperti suatu bentuk sihir yang sangat kuat."

Sylas menambahkan, "Kita harus mencari jalan keluar dari sini. Cobalah fokus pada energi sihirmu dan coba cari pintu keluar."

Yunan mengangguk, mengumpulkan keberanian dalam dirinya. Dia mulai merasakan energi magis di dalam dirinya, tetapi ada sesuatu yang aneh. Kekuatan itu terasa lebih gelap dan lebih kuat daripada sebelumnya.

Saat dia berusaha mencari pintu keluar, ia merasakan sentuhan dingin di bahunya. Dia berbalik dan terkejut melihat sosok yang tidak dikenal. Sosok itu memiliki mata merah yang memancarkan kegelapan, dan senyuman jahat di wajahnya.

"Siapa kau?" tanya Yunan dengan suara gemetar.

Sosok itu tertawa dengan suara serak yang membuat bulu kuduknya berdiri. "Aku adalah bagian gelap dari dirimu, Yunan. Aku adalah rasa ketidakpastian dan kegelisahanmu."

Yunan merasa jantungnya berdegup lebih kencang. "Tidak, itu tidak mungkin."

"Ahh, tetapi kau merasakannya, bukan?" kata sosok itu dengan senyuman misterius. "Kau merasakan kegelisahan dalam dirimu. Aku hanya menjadi wujudnya."

Aria dan Sylas berusaha mendekatinya. "Jauhkan dirimu dari Yunan!" kata Aria dengan suara tegas.

Namun, sosok itu hanya tertawa. "Apa yang bisa kau lakukan, penyihir muda? Aku adalah bagian dari Yunan, dan aku tidak akan pernah pergi."

Yunan merasa semakin tertekan oleh kehadiran sosok itu. Ia merasa energinya terkuras, dan dia merasa semakin terjebak dalam kegelapan yang menyeramkan.

Namun, pada saat itu, terdengar suara yang akrab. Suara itu datang dari hati Yunan, dari tempat di dalam dirinya yang masih terang. Suara itu adalah suara persahabatan, keberanian, dan tekad.

Yunan, kau bukanlah kegelapan. Kau adalah cahaya yang kuat.

Suara itu semakin kuat, dan Yunan merasa kekuatan yang mengalir melaluinya. Dengan tekad yang bulat, ia menghadapi sosok kegelapan di hadapannya. "Kau mungkin bagian dari diriku, tetapi aku tidak akan membiarkanmu menguasai aku!"

Sosok itu mengerang dan mencoba mengambil alih, tetapi Yunan merasa semakin kuat. Dengan kekuatan sihir dan tekadnya, ia mengusir sosok kegelapan itu, mencerai-beraikan bayangan-bayangan yang merayap.

Cahaya kembali terbit, dan Yunan merasa kembali pada kenyataan. Dia terbangun di dalam kelas penyembuhan, dengan Aria, Sylas, dan Professor Selene yang berdiri di sekelilingnya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Aria dengan suara khawatir.

Yunan mengangguk, masih terengah-engah setelah pengalaman mengerikan yang baru saja dia alami. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku merasa seperti aku tenggelam dalam kegelapan."

Professor Selene memberinya senyuman penyemangat. "Ini adalah bagian dari perjalananmu sebagai penyihir. Kita harus belajar menghadapi rasa takut dan kegelisahan kita sendiri."

Sylas menambahkan, "Tetapi kau tidak sendiri. Kita ada di sini untukmu, selalu."

Yunan merasa terharu oleh dukungan teman-temannya. Meskipun ia mengalami kejadian yang mengerikan, ia tahu bahwa dia memiliki teman-teman yang akan selalu mendukungnya.

Dan dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Yunan bersiap-siap menghadapi setiap rintangan yang akan datang, baik dalam dunia sihir maupun dalam dirinya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!