STK 2

"Tha, dilanjut ya?" Ibu memberiku apron hitam yang tadi digunakan. Tumis kangkung masakannya masih di atas kompor. Dan acara memasak berarti dilanjutkan olehku.

Di tanganku masih tercengkeram benda pipih berwana hitam yang ku jadikan sebagai alat untuk mencarinya.

Ibu mengikat tali apron di pinggangku lalu ke luar entah ingin melakukan apa? Keriuhan di kepala tak membuatku mendengar perkataannya dengan jelas.

Semalam aku tidak terpejam sedikitpun kecuali setelah subuh. Mengingat ucapan Winda kemarin bahwa mahluk itu sedang berada di rumah, adalah petaka besar yang ternyata membuat hatiku berharap lebih.

Masih dengan pertanyaan yang menggantung di ujung benak, masih juga dengan suara riuh tumis kangkung di atas wajan panas. Aku mengetik nama itu, lagi. Entah untuk ke seratus kalinya atau bahkan sudah jutaan kali sejak bertahun-tahun yang lalu? Kemudian mengklik search, dan seperti biasa akan muncul berbagai rupa manusia dengan nama yang sama. Dalam tingkatan ini kebingungan akan terus memenuhiku. Wajah mana yang ternyata adalah wajahnya?

Kadang aku sempat berpikir, apakah dia benar-benar menggunakan sosial media untuk membagikan kisahnya? Atau dia adalah mahluk anti sosial yang akan menyimpan rapat-rapat cerita hidupnya dari dunia luar? Sebab, sejak bertahun-tahun yang lalu semesta tidak mengijinkanku untuk sekali saja menemukannya. Atau aku sudah menemukannya tapi tidak mengenalinya? Itu kemungkinan terbesar.

Hingga pada suatu detik, dimana kompor telah kumatikan, dan apron telah ku lepaskan. Mata ini, menemukan sebuah beranda asing yang selama ini tidak pernah terlihat. Jika tadi aku mengatakan kotak pencarianku selalu memunculkan wajah yang sama, kali ini tidak. Ada satu wajah berbeda yang menciptakan satu rasa berbeda di hatiku. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi ini nyata! Seperti menemukan kucing kesayangan yang selama ini tersesat, sekilas terlihat tidak berbeda dengan kucing lain yang pernah ditemui, tapi sebenarnya berbeda. Namun karena sudah terlalu lama tak bersua jadi sulit untuk dikenali dan membedakannya. Namun ternyata itu memang dia. Iya itu dia!

Keyakinanku semakin diperkuat, dengan sebuah komentar dari sepupunya. Iya, mereka tidak akan berbicara seakrab itu jika tidak memiliki hubungan dekat kan? Berarti tebakanku benar? Setelah 9 tahun Tuhan?

Berburu dengan waktu, aku mengklik profil itu. Melihatnya lebih banyak lagi, meskipun ini konyol, karena ini hanya foto. Hanya bayangan. Tapi bukankah bayangan sama persis seperti aslinya? Tidak heran kenapa Winda sebegitu hebohnya kemarin. Sebagai perempuan yang punya sisi normal, wajahnya sangat beresiko jika dipandangi dalam waktu yang lama. Ini bahkan di foto, bagaimana aslinya? Apa aku akan seheboh Winda juga? Ini saja yang hanya gambar aku tidak lagi heboh, tapi histeris, berguncang, meledak-ledak dan entah apa lagi? Bukan, bukan perkara wajahnya yang di atas rata-rata itu, tapi cerita tentangnya yang sudah lama ku tulis dalam buku rahasiaku. Rasanya lega, karena telah menemukan tokoh utama kisah itu.

"Jadi ini orang yang merampas ice cream ku?"

Kalimat yang ku tulis di pesan. Mungkin dia akan bingung, tapi itu yang ku inginkan, dia bingung dan bertanya, dan kita mengobrol. Membayangkannya saja aku sudah senang luar biasa.

"Maksudnya?"

Dia membalas cukup cepat, di luar dugaan karena aku orang asing di matanya. Tapi bukankah ini permulaan yang bagus? Hey Metha sadar! Memang siapa juga yang terima jika dikatakan perampas?

"Enggak inget?"

Aku memancingnya lagi, memancing ingatan yang aku sendiri tidak yakin akan dengan mudahnya timbul di kepalanya yang mungkin tidak pernah memberiku tempat selama ini?

"Inget apa?"

"Di bawah pohon akasia. Ice cream rasa vanila."

"Maaf aku tidak ingat."

Lalu apa? Apa aku akan memaksanya untuk ingat? Atau membiarkannya mati penasaran karena menebak-menebak? Meksi aku tahu itu pekerjaan paling menyebalkan sebagai manusia. Menebak menjadi pekerjaan yang tidak pernah ku sukai, seperti sekarang ini. Apakah dia benar lupa atau tidak mau membahasnya saja padahal ingat? Eh tapi untuk apa dibahas? Bukankah itu tidak penting?

"Nggak apa-apa. Itu kejadian lama. Tidak usah diingat."

Tidak ada yang tidak apa-apa. Semesta juga pasti tahu, hati manusia kerap kali patah jika apa yang dia harapkan ternyata tak sama dengan kenyataan.

"Tidak. Aku masih penasaran. Lagipula kamu tidak mungkin datang hanya untuk memastikan ku tidak mengingat semuanya kan?"

Itu memang tujuanku. Memastikan dia ingat kejadian 16 tahu lalu di bawah pohon akasia itu atau tidak? Lalu? Apa? Pergi begitu? Setelah dia mengatakan bahwa dia lupa? Apa sesingkat itu? Tapi apa yang mau di perpanjang juga?

"Tidak, aku juga ingin tahu kabarmu? Bagaimana? Gigimu masih hitam?"

Winda sudah menjelaskan kemarin. Jika dia pria tampan dengan senyuman paling indah. Jadi itu sebenarnya pertanyaan percuma.

"Kamu tidak serius kan menanyakan hal itu? Iya kabarku baik. Bahkan sangat baik."

"Syukurlah."

"Hanya itu?"

Memangnya apalagi? Bertanya jika dia bahagia atau tidak karena ayahnya menikah lagi? Hubungan kita tidak sedekat itu untuk membahasnya.

"Aku masih penasaran."

"Tentang apa?"

"Semiskin apa aku sampai merampas ice cream mu dulu?"

Bukan masalah miskin atau kaya kan yang membuatmu menginginkan makanan orang lain? Apalagi diusia sebelia itu, menginginkan makanan teman adalah hal cukup menyenangkan. Apalagi sampai temanmu menangis dan berteriak histeris karena tidak rela. Itu poin pentingnya.

"Tidak usah dipaksakan untuk mengingat. Aku tidak akan meminta harta gono gini karena kita pernah berteman."

Hahaha ...."

Apakah ini bisa dikatakan jika aku berhasil merebut perhatiannya? Ah tapi rasanya tidak segampang itu! Dia hanya tertawa di pesan, semua orang bisa berbohong di media ini. Bisa saja sekarang dia tengah menangis? Seperti yang dulu dilakukan saat menginginkan ice creamku, dan pada akhirnya aku mengalah. Padahal aku adalah anak yang cukup keras kepala kata ibu, tapi jika sudah menghadapi mahluk dengan gigi mirip gigi tikus itu, entah kenapa aku akan menjadi peri kecil yang akan selalu mengabulkan permintaannya? Aneh sih, tapi begitulah.

"Kalau begitu kita temenan?"

"Kan dari dulu?"

"Maksudku sekarang kita ulang kenalannya."

Berarti dulu dia memang tidak mengenalku? Begitu kira-kira.

"Aku Ametha"

"Aku Rasya. Atau mungkin Irasya ketika dulu kamu mengenalku."

Tidak. Namanya Rasya juga dulu. Hanya saja aku memiliki panggilan untuknya. Seperti yang diajarkan sang ibu bertahun-tahun yang lalu. Rongak(Melayu). Anak kecil yang tak memiliki gigi depan. Bukan ompong. Itu berbeda.

"Orang mana?"

Sampai titik ini aku begitu yakin. Jika dia memang benar-benar lupa. Benar-benar tak mengingat apapun tentang diriku. Apalagi tentang kita. Kita? Memang bisa dibilang tentang kita? Bukannya aku saja ya yang selalu membicarakan tentangnya?

"Sealamat dengan almarhumah tante."

"O"

Hanya o?! Tidak ada kata yang bisa dia tulis apa? Selain satu huruf yang selalu berhasil menciptakan kebungkaman pada dunia per chat-an itu?

Lalu aku harus jawab apa? 'P' begitu? Astaga ... kenapa masih di titik awal begini aku malah kebingungan? Ternyata sesulit ini ya mempertahankan obrolan tetap menarik dengan lawan bicara?

"Kelahiran tahun berapa?"

Penting ya menanyakan hal itu? Memang apa hubungannya dengan kita bersahabat dan jumlah umurku? Oh aku tahu, itu dijadikan acuan apakah kita memang seusia atau tidak? Dan kita memang berteman atau tidak dulu. Iya, itu pasti!

"96"

"Sama. Tapi kenapa aku tidak bisa mengingat kamu? Aku punya banyak teman dulu, tapi kamu sama sekali tidak meninggalkan kenangan apa-apa di kepalaku."

Harus ya dibahas? Tidak sebegitu berartinya kah aku, kita di hidupnya? Aku saja menunggu belasan tahun untuk waktu ini, lalu dia apa? Seenaknya bilang aku tak memiliki kesan apa-apa di hidupnya?Eh tapi emang siapa yang nyuruh kamu nunggu Tha?

"Iya. Faham. Kita kan gak kenal."

"Kamu ngambek?"

Hah?

"Enggak! Ngapain?"

"Enggak tau?"

Ikh!

"Boleh minta nomor Wa?"

What? Ngapain nulis gitu sih? Eh mana udah terkirim lagi. Aduh! Muka Metha mau taruh di mana?

"Boleh :)"

Bersambung ....

Jangan lupa di like ya dan coment😁

Terpopuler

Comments

Elmi yulia Pratama

Elmi yulia Pratama

aku mampir kesini thor
chat kayak gini ingetin aku sama seseorang

2023-10-19

0

Viva/Vivian

Viva/Vivian

Terlalu bagus, sampe-sampe aku ingin jadi karakter di dalamnya.

2023-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!