STK 5

"Tha dateng kan?"

Hari ini akan diadakan rapat BEM sekaligus penunjukan ketua panitia penyelenggara ulangtahun kampus. Sebagai salah seorang anggota dari perkumpulan mahasiswa itu, aku harus selalu bersedia meluangkan segenap waktu untuk segala urusan perkampusan, termasuk sekarang. Meskipun sebenarnya aku sedang dalam masa-masa tak bisa diajak kompromi untuk saat ini. Entahlah, sejak Rasya sakit sampai bocah itu sembuh, aku masih sering uring-uringan. Alasannya kenapa juga aku kurang faham.

Aku tersenyum ke arah Haliza, kakak semester yang kecantikannya tidak diragukan lagi.

"Jangan telat ya? Di aula STIKES."

"Hah?!" Mendengar nama tempat itu, perutku seperti ditinju sesuatu. Yang benar saja?

"Iya, rapatnya di sana. Kan rapat gabungan sama BEM sana."

"Emang harus ya gabung?" Aku yakin, ekspresi wajahku pasti sudah kacau saat ini. Apalagi Haliza sampai mengernyit begitu. Dia tidak tahu saja akan ada hujan badai terjadi jika sampai aku ke sana.

"Udah yuk! Nanti telat kamu nggak diizinin masuk." Haliza menuruni tangga dengan buru-buru.

Apakah bolos dalam situasi seperti ini bisa dibenarkan Tuhan?

Aku lupa, iya aku sepertinya terkena amnesia ringan ketika pertama kali ditanya mau masuk ekstrakulikuler apa? Seharusnya aku jawab saja Pramuka atau Seni. Bukannya memilih gabung di barisan petinggi mahasiswa itu.

Menyeret kaki dan seluruh tubuh serta hati, aku melangkah menuju gedung besar berwarna putih bersih itu. Jika kalian ingin tahu seperti apa bentuk tempat ini, maka akan aku jelaskan. Bangunannya terdiri dari tiga lantai, luas dan teduh. Tak ada yang menyeramkan, kecuali dua pohon beringin yang rindangnya menutupi sebagian lapangan. Tak ada yang aneh dari tempat kuliah merangkap dengan klinik itu. Namun ... bukan itu masalahnya.

Kini aku berdiri, pada jembatan penghubung antara kampus kami. Aku menyalahkan juga sekarang, kenapa pemilik yayasan tidak membangun kampus itu di tempat yang jauh dulunya? Seperti kampus pendidikan yang berada puluhan kilometer dari sini? Kenapa tembok kita harus sebelahan-sebelahan si? Kenapa hanya terpisah sungai? Kenapa tidak terpisah lautan saja agar aku punya alasan untuk tidak menginjakan kaki di sini?

"Nggak naik?" Entah sampai kapan orang-orang ini berhenti bertanya? Apa mereka tidak tahu jika sekarang aku seperti kehilangan berliter-liter darah dan ingin pingsan?

"Ntar." Iya, aku telah berpindah posisi sekarang, ke depan tangga menuju ruang rapat. Kalian tahu? Aku seakan melihat tangga ke alam barzakh melihat undakan-undakan kecil itu yang berkelok seperti ular. Tidak ada keyakinan sama sekali akan selamat sampai ke atas. Bukan, bukan aku akan terpleset atau apa? Tapi hatiku yang mungkin akan berdarah-darah sampai di sana.

"Ya ampun ... calon suami idealku." Itu suara Novi yang sekarang justru batal menaiki tangga. Perempuan dengan bedak tidak pernah tipis itu bergetar-getar aneh di sampingku. Dia kenapa coba?

"Semuanya udah disiapin kan?"

Aku ditarik, kembali ke poros bumi yang paling dalam. Di tekan lalu dilenyapkan. Angin sudah tidak berhembus sekarang, bahkan tanpa belas kasihan meninggalkanku sendirian dalam kekosongan pikiran, hati dan juga tatapan.

Ini alasan kenapa aku suka bilang, kadang menjadi tuli itu perlu. Agar kita tidak perlu mendengarkan sesuatu yang tidak perlu. Iya, suara itu sudah tidak ku perlukan lagi saat ini.

"Dia ganteng banget nggak si? Gue nggak salah liat kan? Dia manusia kan?" Manusia kadang bisa menjadi buta dalam sesaat, ketika pandangannya tertipu oleh sebuah delusi.

"Lepasin."

"Kenapa si? Aneh deh!" Novi melepaskan gandengan tangannya.

Aku memang akan menjadi sangat berbeda jika sudah bertemu dengan manusia itu. Entah sikap atau perkataan, akan berubah menyebalkan. Pernah dengar jika cinta bisa merubah seseorang menjadi baik atau buruk? Jika iya, kalian juga berarti tahu, rindu dan kenangan bisa menjadikan seseorang tidak normal.  Seperti sekarang, aku kehilangan kenormalan ku bahkan dengan begitu cepat.

Aku pernah berikhtiar untuk menjadikannya pelajaran di masa yang akan datang. Cukup menjadi cerita di masa lalu, dan jangan pernah terselip di masa kelak. Tapi permainan rasa seringkali membingungkan. Sekuat itu aku mencoba, sekuat itu pula bayangan cerita kita menggantung di ujung mata. Sulit sekali memang, ketika aku ingin kehilangan bayangan, sementara aku sendiri tak pernah beranjak dari bawah terang.

Aku menarik tangan Novi menaiki tangga, berharap hati ini tak akan berdarah walau tertusuk pisau begitu tajam bernama masa lalu. Ini alasan utama aku tidak ingin bertemu dengannya, kekuatan yang sudah ku kumpulkan sejak sewindu lamanya akan tersedot habis hanya dengan melihat netra pekat berwarna hitam itu.

Kita sudah berada di dalam ruangan rapat, duduk di dekat tembok dengan Hoodie menutupi kepalaku. Aku sudah berencana untuk tidak akan andil dalam rapat ini, hanya akan jadi penonton. Rasanya masih aneh saja jika harus terlibat pembicaraan dengan mahluk itu. Mungkin lebih tepatnya, takut. Takut jika aku akan salah mengeluarkan kata dan akan membuat runyam semuanya. Perempuan memang seperti ini, kami terlalu banyak berpikir. Sampai kelelahan sendiri.

"Eh kak Ayit!"

Sekarang kalian tahu kan kenapa sikapku berbeda dari tadi? Iya, dia alasannya. Mahluk dari masa lalu itu, yang dengan segala kejahatannya sudah menganggap ku tiada.

"Doi ganteng banget ya? Berkarisma."

Jangan pikir aku tidak kenal dengan kalimat-kalimat seperti itu. Hidup selama 2 tahun dengannya, membuat telingaku kebas mendengar segala bentuk pujian yang ditujukan kepadanya.

Jika ada yang bilang aku lebih beruntung dari perempuan lain karena bisa bersamanya selama itu, tidak juga. Jangan tanya kenapa? Sebab bagi kalian yang berpacaran dengan seorang most wanted pasti tahu kegalauan itu. I'll be enemy for the girls and always scared he'll be lost from my hold. Dan keresahan-keresahan itu, benar terjadi. Hingga dia menghilang, disaat aku membuka mata untuk pertama kalinya di rumah sakit.

Dulu aku pernah bilang, jika pria itu adalah sebuah kesatuan dari memoriku, tak ada yang terlewat dari ingatanku mengenainya. Tapi detik ini semesta membuktikan jika memoriku tak sebaik itu. Aku sadar, jika ada bagian yang bisa ku lupa tentangnya. Bagian ketika dia dengan terang-terangan mengeluarkan ku dari cerita kita, dan memintaku untuk membuat cerita baru dengan orang baru. Bagian yang seharusnya  membuatku belajar, bukan malah bertambah bebal.

Rapat sudah dimulai sejak lima menit yang lalu. Tapi pergerakan otakku masih seperti detik ketika tubuh itu melewati ku. Belum beranjak, masih tetap pada bayangan ketika tatapannya menganggap ku seperti asing.

"Seksi keagamaan?"

Aku menengok. Iya, panggilan itu ditujukan kepadaku. Entah ada apa? Tapi ini bukanlah waktu yang tepat jika ingin menanyai pendapatku.

"Bagaimana? Apa ada usul?" Jika kalian ikut hadir di tempat rapat ini, mungkin kalian akan serentak mengasihani ku. Ekspresi itu, aku yakin kalian mengerti jika melihatnya secara langsung. Ekspresi yang berhasil membuatku mengutuk semesta, kenapa aku dilahirkan ke dunia untuk bertemu dengannya?

"Akan saya konsultasikan dulu dengan anggota yang lain."

Semua diam, dan aku kembali bersandar. Aku terlalu lemah untuk pura-pura menjadi biasa saja di depan dia. Masih ingat kan, aku bukan orang yang pandai mengalihkan pembicaraan? Aku juga termasuk manusia yang sulit untuk mengalihkan perasaan. Selalu pada rasa dan topik yang sama dalam waktu yang lama. Aku bukan manusia yang akan berusaha menutupi luka, sementara di dalam dada sedang sesak-sesaknya.

"Ametha salina pertiwi." Aku menarik napas, menegakkan tubuh dengan tatapan berusaha fokus ke papan. Akan lebih aman jika netraku menatap kekosongan pada sebuah benda mati, ketimbang menatap kosong pada mahluk hidup yang telah lama membuat ku mati.

"Apa saya mengenal kamu?"

Bersambung ....

Duh... Duh .. Ayit muncul tiba-tiba 😭

Terpopuler

Comments

Elmi yulia Pratama

Elmi yulia Pratama

aku suka tapi belum terlalu mengerti alur ceritanya
berarti ayit pun orang dari masa lalu bukan yg d gandeng saat ini

2023-10-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!