Saudara Iparku Suamiku
Pukul 20.00 Malam. Catherine menunggu suaminya, Marcell, pulang untuk makan malam bersama merayakan kemenangan putri mereka yang mengikuti perlombaan ballet.
Namun dia tidak kunjung tiba di rumah meski sudah berjanji pada Amanda, putri mereka akan pulang sebelum pukul 18.00.
Pukul 21.30. Catherine selesai menidurkan Amanda. Dia sangat lembut dalam menidurkannya mengetahui bahwa Amanda sangat kecewa dan merajuk sepanjang malam setelah menyadari ayahnya berbohong kepadanya.
Dia memeriksa jam dan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, akhirnya ia membuka ponsel dan menelpon suaminya.
Berdering....Berdering....
Catherine terus menelpon Marcell hingga akhirnya diangkat.
"Halo." Suara laki laki terdengar.
Hal pertama yang menarik perhatian Catherine adalah deru nafasnya yang berat, seperti dia sedang berolahraga berat. Namun, Catherine tidak menunjukkan reaksi apapun kecuali sedikit kekecewaan. Itu adalah sesuatu yang biasa dia dengar.
Tuhan pun tahu jenis olahraga apa yang sedang dilakukan Marcell saat sebelum tengah malam.
"Marcell, kapan kamu pulang?" Catherine bertanya.
"Hah? Eh!"
Itu pertanyaan yang sederhana namun Marcell sulit menjawabnya. Catherine tahu betapa brengseknya Marcell suaminya, namun dia tidak menyangka dia akan bermain wanita di hari yang penting bagi putrinya.
"Apa kau lupa lagi janjimu pada putrimu? Kamu benar benar gila Marcell! Amanda sudah menunggumu selama berjam jam, apa kau tahu!" Catherine berteriak di telepon, dia mencoba meluapkan emosinya pada suaminya.
"Oh! Jangan berlebihan Catherine.
Hibur dia, belikan semua barang yang dia mau, ajak ke tempat yang ia suka, keliling Eropa sekalipun." Marcell membalas.
"Yang Amanda butuhkan hanya kita ada di sisinya dan kau menepati janji! Tapi hanya omong kosong yang dia dapatkan." Keluh Catherine.
"Ah, diamlah. Kau terlalu berisik!"
"Kau..." Catherine terdiam, sebelum suara seseorang menyela percakapan mereka berdua.
"Sayang! Siapa yang menelpon? Kita belum selesai lho..."
"Ssst! Diam." Marcell berusaha membungkam wanita yang sedang bersamanya saat itu.
"Siapa? Apa istri gendutmu itu lagi? Untuk apa kau masih menyembunyikannya?
Bukankah dia sudah tahu hubungan kita?"
Wanita itu merebut ponsel dari tangan Marcell dan berbicara dengan Catherine.
"Benar kan, nona Catherine Sebastian?"
........
"Hei, nona gendut. Kenapa diam saja?"
.........
Wanita itu menyadari bahwa Catherine sedang terkejut saat ini.
"Kukira kau tidak terlalu bodoh untuk tahu beberapa permainan panas kami di kantor."
"Oh baiklah. Sudah, berhenti menelpon! Jangan ganggu kami lagi. Kami sedang bersenang senang di hotel sekarang!"
BEEEPPP....
Sambungan terputus. Ponsel Catherine jatuh dan ia menangis tanpa suara. Tubuhnya bergetar dan dia menggigit bibir bawahnya sampai berdarah agar tidak membangunkan Amanda di malam hari.
Catherine tidak ingin putrinya tahu tentang masalah ini. Semakin dia mencoba menutupinya semakin menyakitkan hatinya. Rasanya seperti ada ribuan pisau yang ditusukkan ke dalamnya saat dia mencoba memikirkannya kembali.
Dia tahu bahwa suaminya sudah tidak peduli lagi padanya. Pernikahannya ini hancur setelah 8 tahun.
Bodoh untuk memikirkannya, tapi Catherine tetap ingin pernikahannya utuh. Dia ingin memperbaiki keadaan dan memaafkan Marcell atas segala kesalahannya, karena mereka menikah karena cinta.
Catherine selalu bermimpi memiliki kehidupan pernikahan yang indah bersama suaminya.
Marcell jarang pulang ke rumah akhir akhir ini.
Dia selalu beralasan bahwa dia sedang melakukan perjalanan bisnis. "Meniduri sekretarisnya di kantor dan di hotel." Mungkin itu maksud dari perjalanan bisnisnya.
Catherine pikir dia bisa mentolerir segalanya, tetapi ketika Marcell melupakan makan malam bersama putrinya, itu adalah akhir dari pemberian maaf.
Dia tidak bisa memaafkannya lagi. Dia sudah tidak tahan dan muak dengan segalanya.
Catherine ingin membebaskan diri dari pernikahan yang tidak bahagia ini.
"Tidak, aku tidak bisa seperti ini terus. Aku bisa gila jika membiarkan dia menyiksaku dengan tingkahnya."
"Sudah cukup dia menghancurkan hidupku tujuh tahun terakhir ini."
Dia tidak tahu apakah dia akan menemukan pria lain setelah ini. Dia juga tidak berniat memilikinya lagi setelah pengalaman yang begitu menyakitkan ini. Lebih baik menjadi janda. Status yang sangat tidak disukai di seluruh keluarga besarnya.
Catherine sebenarnya juga mengkhawatirkan Amanda. Bagaimana reaksi Amanda nantinya, saat mengetahui kedua orang tuanya akan berpisah. Apa yang akan dipikirkannya tentang dirinya dan Marcell? Bagaimana jika situasi itu akan mempengaruhi pertumbuhannya? Bahkan,
Tetapi.....
"Aku ingin bercerai."
Setetes air mata jatuh dari ujung matanya dan masuk ke dalam gelas wine di tangannya.
Catherine meminum wine itu dalam sekali teguk dan meminum air matanya. Kemudian dia meletakkan gelas kosong di atas meja, tepat di samping kertas cerai yang sudah diisi sebelumnya.
Kini, hanya ada satu bagian yang tersisa. Tanda tangannya.
Catherine mengambil kertas cerai tersebut dan mengambil pena.
Akhirnya dia menandatangani surat cerai itu dengan nama gadisnya. Catherine Anderson. Karena dia tidak akan menjadi nyonya Sebastian lagi!
******
Pagi hari, Marcell kembali ke rumah. Kepalanya membentur saat dia melangkah keluar dari mobil. Dia bersenang senang tadi malam di kamar hotel bersama Vanessa, Sekretarisnya. Mereka sudah berselingkuh selama hampir 6 tahun.
Saat itu Marcell baru selesai membersihkan diri dan bersiap pulang ke rumah. Vanessa menyebutkan sesuatu tentang komitmen, tetapi dia menggelengkan kepala untuk menepis pikiran itu. Mungkin dia hanya terlalu banyak minum di pagi hari.
"Ceraikan saja istri gendutmu itu!
Huekk,! Kamu bahkan jijik bahkan hanya dengan melihatnya kan?" Teriak Vanessa.
Perceraian adalah topik paling sensitif bagi Marcell.
"Dia masih istri dan ibu yang baik. Baru setelah hamil dan melahirkan putri kami dia menjadi jelek dan tidak menarik." Jawab Marcell. Meski terdengar gila, dia tetap membela istrinya saat dipojokkan oleh Vanessa.
"Oh, ayolah Marcell. Kalau hanya untuk membersihkan rumah dan mengurus anak kau bisa menyewa pelayan!" Vanessa memijat kepalanya.
"Aku sudah bersamamu selama enam tahun. Jangan jadi bajingan yang tidak punya pendirian!"
Marcell tetap diam, tampaknya dia mengabaikan Vanessa, bahkan terkesan meremehkannya.
"Urghh! Baiklah. Aku tidak sudi seperti ini selamanya."
"Aku tidak ingin hanya menjadi jalangmu di tempat tidur!
Aku ingin komitmen, jadikan aku istrimu dan menantu di keluarga Sebastian!"
Marcell tidak menatap Vanessa saat dia melepas handuk, mengganti baju, mengambil tasnya lalu pergi sambil mengomel. Sementara itu Marcell hanya menatap kota di bawah dari kaca kamarnya sebelum kembali ke rumah.
*****
Marcell memarkir mobilnya di garasi dengan keras. Mungkin dia menabrak sesuatu, namun dia tidak peduli. Untuk saat ini, dia hanya ingin melihat putrinya Amanda.
Meskipun terlambat akhirnya dia merasa bersalah karena melewatkan moment spesial putrinya. Dia begitu asik dengan Vanessa sehingga dia mengabaikan hal hal penting lainnya tadi malam.
Marcell membuka pintu menuju ruang tamu. Matanya mengamati sekeliling dan melihat istrinya Catherine yang tak lama akhirnya muncul.
Dia duduk di sofa memasang tampang antara kemarahan dan kekecewaan.
"Oh! Selamat datang di rumah, Marcell Sebastian." Sapa Catherine dengan dingin.
"Aku terkejut kamu menemukan arah jalan pulang ke sini. Aku pikir kau sudah lupa, soalnya sudah satu hari lho!"
Marcell memegang kepalanya yang pusing dan berjalan ke arah Catherine.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments