Bab 3

Kali ini, Marcell yang terdiam tidak bisa berkata-kata. Kata itu terdengar kuno di telinganya, karena dia sudah lama tidak mendengarnya dari Catherine.

"Marcell Sebastian, genggam tanganku dan tatap mataku dengan jujur. Apakah kau masih mencintaiku dan masih menganggapku sebagai istri sahmu?"

Marcell terdiam seketika. Dia tidak yakin bagaimana menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Catherine.

Dulu ketika mereka pertama kali menikah, dia berpikir bahwa dia akan mencintainya selamanya dan memiliki banyak anak bersamanya. Memiliki keluarga sendiri memang menyenangkan, tetapi ketika dia hamil, Marcell menjadi tidak sabar menunggu untuk berhubungan sek*s, jadi dia pergi keluar dan mulai bermain-main untuk menyalurkan hasrat.

Suatu saat dimulailah ekstasi perselingkuhan yang menenggelamkannya, membuatnya kecanduan berulang kali berselingkuh dengan banyak wanita sambil mengabaikan keluarga aslinya. Bahkan setelah Amanda lahir, kebiasaannya itu semakin kuat.

Catherine menggigit bibir bawahnya, dan air mata mulai mengalir deras dari ujung matanya. "Baik. Kalau begitu aku akan bertanya dengan pertanyaan yang lebih sederhana."

Catherine tergagap.

"Apakah kamu bersedia meniduriku seperti sebelum aku hamil, dan berhenti bermain dengan wanita di luaran sana?"

Pertanyaan itupun tidak mampu dijawab oleh Marcell.

Marcell tidak akan berbohong bahwa dia merasa sangat jijik bahkan hanya untuk berpikir tentang bercinta dengan Catherine ketika dia menjadi gemuk karena hamil. Ditambah lagi, bertahun-tahun mengasuh Amanda membuat Catherine lebih gemuk dan tidak terawat, memberi Marcell lebih banyak alasan untuk tidur dengan sekretarisnya dan bahkan lebih banyak wanita di luar.

Bahkan setelah Catherine kembali ke tubuh aslinya... dia masih berpikir dalam-dalam.

Marcell menelan ludah. Lidahnya benar benar tercekat sekarang, tidak dapat menjawab pertanyaan apa pun dari Catherine.

Hati Catherine tenggelam ketika dia menyadari bahwa Marcell tidak bisa mengatakan apa-apa sekarang. Dia tahu bahwa dia sudah tidak diinginkan olehnya. Tidak ada alasan untuk tetap tinggal.

"Baiklah kalau begitu. Aku menganggap diammu sebagai persetujuan."

"Itu alasan yang bagus untuk mengajukan perceraian. Tanda tangani suratnya dan aku yang akan menangani sisanya agar kau tak terlalu repot."

"Tidak!"

Catherine heran ketika Marcell masih dengan tegas menolak.

"Lalu, apa yang kau harapkan dari sebuah pernikahan tanpa cinta seperti ini?"

"Jika ini tentang Amanda.

Kita bisa merawatnya secara bergiliran setelah berpisah, agar dia tidak merasa kehilangan

orang tuanya di sisinya."

"Semudah itu kan?"

"Aku bilang tidak!" Kata Marcell.

Catherine menggelengkan kepalanya karena tidak percaya, dia tidak bisa menangani pria ini sama sekali.

"Aku sudah tidak tahan lagi, Marcell."

"Kamu sudah tidak menginginkanku dan kamu menyuruhku

tinggal di pernikahan ini sementara kau bermain main di luaran sana. Apa kau gila!"

Catherine meronta lagi, dan Marcell akhirnya melepaskan cengkeraman di pergelangan tangannya. Dia menatap Marcell masih dengan mata berkaca-kaca.

Marcell menarik napas dalam-dalam. Dia memalingkan muka dan menjawab, "Apa kau kira aku bodoh?"

"Catherine, aku tahu kamu hanya menginginkan hartaku setelah

kita bercerai. Lalu kamu akan menikmatinya bersama laki laki lain kan? Dasar licik! Aku tidak akan tertipu dengan rencanamu, Catherine."

Kata Marcell. Dia terdengar tenang ketika dia menuduh Catherine melakukan hal seperti itu.

"Beraninya kau berbicara seperti itu! Dengarkan baik baik! Aku hanya akan pergi membawa putriku dan barang barangku sendiri."

"Aku tidak butuh sepeser pun harta darimu!"

Catherine meninggalkan Marcell dan pergi ke kamar tidur mereka. Dia sudah mengemas semuanya dalam koper besar semalan dan koper itu hanya berisi pakaiannya dan beberapa tas dan sepatu.

Dia kembali ke Marcell, yang berdiri diam, menatapnya seperti elang.

"Lebih baik kau cepat menanda tangani surat cerai itu. Aku tidak sabar melihatmu di depan hakim pengadilan."

"Setelah resmi bercerai, kau bisa meniduri wanita manapun sesukamu." Kata Catherine. Dia berjalan ke pintu depan, dan Marcell akhirnya bereaksi. "Hei, kau pikir kemana kau bisa pergi!"

"Terserah kemana, yang penting bukan di sini. Aku akan membawa barang barang Amanda setelah menemukan tempat

tinggal baru. Jangan khawatir, itu tidak akan lama." Kata Catherine dengan tegas.

"Hei! Jangan terlalu naif. Kau hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak muda lagi. Kau tidak akan bisa dapat pekerjaan. Tidak akan ada yang mau menginginkan wanita tua sepertimu!" Kata Marcell dengan kejam.

Catherine menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Dia sangat terluka sehingga dia ingin menangis lagi. Tapi tidak ada lagi air mata yang harus ditumpahkan. Dia sudah selesai dengan laki laki ini.

"Aku harap kau sadar dengan kata katamu dan tidak akan mengatakan hal yang sama pada wanita berikutnya, Marcell Sebastian."

Catherine akhirnya meninggalkan rumah tersebut, meninggalkan Marcell sendirian di rumah yang mereka bangun bersama. Dia memanggil taksi dan meminta sopir untuk pergi ke motel terdekat karena dia tidak punya banyak uang.

Catherine menoleh dan melihat rumah indah yang sangat dia hargai. Dia memiliki banyak kenangan di sana, tetapi kenangan buruk melebihi kenangan yang baik.

Di dalam taksi, ia bergumam meratapi keluarganya yang hancur.

"Keluarga kecilku."

Sementara itu, di dalam rumah, Marcell masih berusaha memproses apa yang baru saja terjadi. Dia duduk di sofa dan meletakkan surat cerai di atas meja.

Dia menggerutu dan meletakkan tangannya di atas kepalanya. Apakah dia benar-benar mengatakan hal-hal menyakitkan itu kepada Catherine hanya untuk melampiaskan amarahnya? Nalurinya menyuruhnya untuk tidak menceraikannya, meskipun dia tidak yakin apakah dia masih mencintainya atau tidak.

Penyelesaian perceraian tidak menjadi masalah. Dia memiliki begitu banyak uang dari perusahaan dan warisannya. Bahkan jika Catherine harus mendapatkan setengahnya, dia akan tetap kaya raya.

Menandatangani surat ini berarti dia bisa bebas dari rasa bersalah karena berselingkuh. Dia bisa tidur dengan siapa pun yang disukainya tanpa konsekuensi setelah ini, dan lagipula Catherine telah mengatakan bahwa dia akan membawa Amanda bersamanya.

Dia akan bebas...

"Seharusnya aku senang kan. Aku bisa hidup sesukaku sekarang."

"Tapi kenapa? Kenapa aku tidak bisa menandatangani surat cerai ini? Apa yang terjadi denganku!"

Marcell bertanya pada dirinya sendiri sambil terus merenung.

****

Catherine duduk linglung di dalam taksi. Dia terus memikirkan Marcell dan putrinya. Dia menyusun rencana yang tepat di kepalanya, jadi Amanda tidak akan terlalu kaget begitu dia menyadari bahwa orang tuanya akan berpisah.

Karena Amanda adalah korban sebenarnya di sini, dalam setiap perpisahan, yang paling menderita adalah anak-anak. Catherine sangat memahami rasa sakit karena orang tuanya juga bercerai ketika dia berusia 15 tahun.

"Marcell adalah tempat bersandarku saat ayahku pergi dariku dan ibu. Ia menghibur kami bagai pahlawan."

"Tapi, kini...."

Lamunan Catherine terhenti ketika suara sopir taksi menyadarkannya kembali.

"Bu, ini motel terdekat. Biaya sewanya murah namun tempatnya kecil, jauh jika dibandingkan dengan perumahan mewah tempat anda tinggal tadi."

"Ah, tidak apa apa. Terima kasih."

Catherine membayar supir taksi itu dan mengambil tasnya. Dia berdiri sebentar, menatap motel kumuh di depannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!