"Bodoh!,"
Ucap Ellen, karena setelah memaksakan diri untuk melompat turun dari kuda, Zeir akhirnya terhuyung, dan jatuh ke tanah penuh salju.
Ellen segera turun dari kuda, lalu membantu Zeir berdiri, dan menopang tubuhnya.
"Inilah akibat dari orang yang keras kepala,"
Sindir Ellen,untuk Zeir.
"Saya punya alasan melakukannya,"
Lirih Zeir
"Oh yaa?,"
Ucap Ellen, lalu meremas erat lengan Zeir yang terluka, dengan sengaja.
"Aaakhh,"
Ringisnya, membuat Ellen menahan tawa.
"Kalian, apa lagi yang kalian tunggu, cepat panggilkan tabib istana,"
Namun para pelayan itu lagi-lagi hanya diam.
Membuat Ellen menghela nafas menahan emosinya.
"Apa lagi sekarang?, Tabib istana juga tidak boleh menyentuhnya?,"
Tebak Ellen, dengan raut wajah kesalnya.
"Benar tuan putri, maafkan kami, kami hanya mematuhi perintah saja."
"Hah~, apa boleh buat, tunjukan tempat istirahat, biar saya sendiri yang mengobatinya,"
Pasrah Ellen.
"Tapi tuan putri, yang mulia raja, dan yang lainnya, sedang menunggu kedatangan anda di aula, yang mulia Raja Hedes menggelar pesta penyambutan untuk tuan putri,"
Sela salah satu pelayan, dengan wajah gelisah.
"Pesta penyambutan?, Bukankah seharusnya pesta pernikahan?,Dan kenapa hanya menungguku saja?, "
Tanya Ellen, setelah bertanya seperti itu, ia baru ingat, bahwa Zeir adalah pangeran, yang kehadirannya tidak dipedulikan.
"Dengar jangan membuat saya mengulangi perkataan , Tunjukan saya tempat istirahat, untuk mengobati luka pangeran ke tiga, Setelah itu baru saya akan pergi ke aula, dan satu lagi, salah satu dari kalian laporkan kejadian ini pada yang mulia Raja."
Setelah itu akhirnya mereka pun menyetujui perintah Ellen.
Ellen, dan Zeir saat ini sudah berada di sebuah kamar peristirahatan, para pelayan yang tadi menyambut mereka, kini tengah menunggu di depan pintu.
"Lepaskan baju anda,"
Pinta Ellen, dengan sebuah kain basah ditangannya.
Untungnya para pelayan itu, mau mendengarkan perintah Ellen, agar membawakannya semua keperluan untuk mengobati luka Zeir.
"Tidak, biar saya sendiri yang melakukannya,"
Jawab Zeir, ia membuang mukanya ke samping.
"Sejak tadi anda terus keras kepala, jangan menyulitkan saya,"
Mendengar kalimat menyulitkan dari Ellen, membuat Zeir menatap tajam pada Ellen, yang duduk disampingnya.
"Dan jangan menatap saya seperti itu,"
Sindir Ellen.
"Saya punya alasan melakukannya, pergilah, saya tidak butuh bantuan anda, jangan mengasihani saya,"
Acuhnya.
"Hah~,"
Hela Ellen, kemudian ia mengambil pisau, dan merobek lengan baju milik Zeir.
"Apa yang anda lakukan!,"
Ia menarik lengannya dari genggaman Ellen.
"Diam, dan menurutlah,"
Ucap Ellen, ia kembali menarik paksa lengan Zeir, lalu membersihkan lukanya.
Zeir pun akhirnya menurut, ia diam, dan terpaku, saat melihat wajah Ellen, yang hanya memiliki jarak sejengkal dari wajahnya.
"Berhentilah menatap saya pangeran,"
Tegur Ellen, ia menatap tepat pada iris biru Zeir, sedangkan Zeir yang ketahuan menatap Ellen pun, mengalihkan pandangannya kesamping.
"Tapi yahh~ apa boleh buat?, Saya memang cantik, dan mempesona,"
Sambung Ellen, penuh rasa percaya diri.
"banyak bicara,"
Sinis Zeir.
"Anda tidak bisa mengingkarinya kan?,"
Balas Ellen, dan sepertinya Zeir pun mengakui hal itu.
"lukanya sudah diobati, Saya mau pergi ke aula istana, dan karena anda tidak diundang ke pesta, berarti saya akan pergi sendiri,"
Ellen lalu berdiri dari duduknya, sembari mengibaskan gaun putihnya yang penuh noda darah itu.
"Terimakasih,"
singkat Zeir, ia pun hanya diam menatap punggung Ellen yang mulai menjauh darinya.
Ellen melangkah mendekati pintu, lalu membukanya, namun saat akan keluar dari pintu, ia kembali berbalik badan.
"Ah, saya hampir lupaa, tuan putri yang cantik, dan lemah ini mengucapkan terimakasih banyak, pada yang mulia pangeran ke tiga, karena telah menyelamatkan hidup saya dari para pembunuh dengan gagah dan berani,"
Ellen menekan setiap intonasi kalimat, yang keluar dari bibir ranumnya.
"Saya yakin anda paham kan?, Kalau begitu sampai jumpa~."
Kemudian ia benar-benar menghilang dari balik pintu, menyisakan Zeir, yang masih setia dengan tatapan tajamnya.
"Serangga licik ini pasti akan merepotkan,"
Gumam Zeir.
Setelah mengobati luka Zeir, Ellen langsung di ajak oleh para pelayan untuk membersihkan diri, di kamar lainnya, dibantu oleh dua orang pelayan.
Tubuhnya yang dipenuhi darah itu harus segera dibersihkan, sebelum datang ke acara pesta, ia tidak mungkin datang dengan keadaan yang kacau.
"Sudah berapa lama kalian menjadi pelayan disini?,"
Tanya Ellen, ia ingin memanfaatkan waktu yang sedikit ini, untuk mendapatkan sedikit informasi tentang keluarga kerajaan.
"Izin menjawab tuan putri, saya sudah melayani keluarga kerajaan sejak sepuluh tahun yang lalu,"
Jawab pelayan yang ada di sisi kirinya.
"Kalau saya baru tiga tahun yang lalu,"
Jawab pelayan yang satunya lagi.
"Berarti kalian pasti sudah memahami sifat yang mulia Raja, jadi orang seperti apa yang mulia Raja?, dan siapa saja yang paling berkuasa di kerajaan ini?,"
Tanya Ellen
"Maaf tuan putri, kami hanya serigala kecil yang melayani keluarga kerajaan, kami tidak berhak menilai sifat yang mulia Raja, Apalagi sampai menilai siapa yang paling berkuasa,"
Jawabnya dengan sopan.
Melihat para pelayan yang enggan menjawab, Ellen pun mengeluarkan jurus andalannya, yang sering ia gunakan pada ayahnya.
"Ellen hanya ingin tahu, karena takut membuat kesalahan di dalam aula nanti, Ellen hanyalah putri dari klan manusia biasa, yang kalah perang, kemudian dijadikan sandera dengan cara menikahi pangeran ke tiga, betapa kejamnya takdir pada Ellen, hati Ellen sangat sedih saat harus meninggalkan keluarga, tidak tahu apakah kalian mau memberikan sedikit petunjuk untuk Ellen?,"
Jelasnya, dengan nada suara dan raut wajah sedih yang di buat-buat.
Setelah mendengar apa yang disampaikan Ellen, para pelayan itu mulai menaruh simpati, dan mau membuka suara.
"Ya ampun tuan putri memiliki hati yang sangat lembut, ditambah tuan putri sangat cantik dan baik, sungguh disayangkan tuan putri dinikahkan dengan pangeran ke tiga, seandainya anda menikah dengan pangeran ke dua yang paling tampan, gagah dan berkuasa, akan tetapi tuan putri tidak perlu risau, yang mulia Raja Hedes adalah pemimpin yang sangat baik,"
Ucap salah satu dari mereka.
Tidak Ellen sangka cara yang ia gunakan cukup efektif mendapatkan informasi yang ia inginkan, setidaknya kini Ellen tahu siapa salah satu pangeran, di klan manusia serigala ini yang memiliki kekuasaan.
"Benar apa yang dikatakannya, yang mulia Raja bahkan sangat ingin mempunyai seorang anak perempuan, dengan sikap tuan putri yang sangat lembut ini, semua orang pasti akan menyayangi tuan putri."
Mendengar pujian mereka membuat Ellen tertawa dalam hati, terutama pada bagian kalimat, memiliki hati yang kembut.
"Kalian terlalu memuji, Ellen sangat berterimakasih kepada kalian yang sudah berbincang-bincang dengan Ellen,"
Ellen memang ahlinya dalam bidang berpura-pura seperti ini.
"Tuan putri tidak perlu berterimakasih, kami merasa terhormat bisa berbincang banyak dengan tuan putri."
Setelah 30 menit akhirnya Ellen sudah selesai membersihkan diri, dan juga berganti pakaian, ia mengenakan gaun berwarna biru tua, dipadukan dengan jubah berwarna putih, surainya di biarkan tergerai, dengan mahkota kecil di atas kepalanya.
Di malam yang gelap ini, Ellen telah melangkah ke dalam kehidupan barunya, awal dari sebuah perjalanan panjang hidupnya akan segera di mulai.
Ellen kini berjalan menuju ke aula istana, sinar bulan yang menyinari dari langit, menambah pesona anggun yang dimilikinya, bahkan semilir angin pun ikut berhembus saat ia berjalan, menerbangkan sayap-sayap dari jubah panjangnya.
"Tuan putri Ellen Marinson memasuki aula,"
Teriak penjaga pintu itu.
saat Ellen mulai melangkah masuk.
Semua pasang mata menatap kagum padanya, kecantikan, dan keanggunan Ellen Marinson, mampu membius para klan serigala, yang hadir di dalam pesta penyambutan itu.
Rambut hitam nya yang panjang, dan di biarkan tergerai itu, tertiup oleh hembusan angin, mata violet Ellen, nampak bersinar, saat terkena cahaya bulan, yang melewati celah-celah jendela aula, gaun biru tua yang dikenakan nya, nampak sangat serasi dengan jubah putih yang ia pakai, ditambah lagi, warna kulit Ellen yang seputih susu, membuat semua paduan gaun, dan perhiasan yang ia kenakan tampak sangat indah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments