Hari ini tibalah waktu yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak, untuk melaksanakan sebuah pernikahan.
Gaun pernikahan berwarna putih, dan jubah panjang yang melekat di tubuh Ellen, terlihat sangat cantik dan elegan, ditambah lagi dengan perhiasan yang ia kenakan, mulai dari kalung, anting dan juga gelang.
Surai Hitamnya di biarkan tergerai, lalu sebuah selendang, diletakan di atas kepalanya, untuk menutupi wajah sang pengantin, ini adalah tradisi dari klan manusia, dimana pengantin pria tidak boleh melihat wajah pengantin wanita, sebelum mereka sah menjadi suami istri.
"Ellen,"
Ucap sang Ayah, sembari mengulurkan tangannya.
Ellen menyambut uluran tangan Ayahnya, dengan senyuman, dan raut wajah sedih.
Jauh didalam lubuk hati Ellen, Ia tidak ingin meninggalkan Keluarganya, dan juga dunianya.
Dalam keluarganya, Ellen hanya memiliki seorang ayah, dan sepasang adiknya, ibunya sudah meninggal sejak ia berusia 5 tahun, kini Ellen sudah berusia 18 tahun.
Ellen dan Ayahnya mulai melangkah kan kaki, menuju ke altar pernikahan, semua mata tertuju pada mereka.
Di tempat duduk sebelah kanan di isi oleh klan manusia biasa, sebaliknya di sisi kiri tempat duduk, di isi oleh klan manusia serigala.
Saat sampai di atas Altar pernikahan, Karleis menyerahkan putri sulungnya kepada Zeir.
"Zeir Lateris, Saya menyerahkan putri sulung Saya, yang bernama Ellen Marinson, dan berharap Zeir Lateris mampu membahagiakan putri saya,"
Ucapnya, kemudian menyerahkan tangan Ellen kepada Zeir, sebelum ia turun dari altar.
Kini Ellen dan Zeir berdiri berhadapan, mendengarkan doa dari sang penghulu.
Di balik penutup kain itu, Ellen menatap sinis kepada pria yang akan menjadi suaminya itu.
Sedangkan yang ditatap hanya diam, dan mengabaikan tatapan sinis yang ditujukan padanya.
Acara Pernikahan berjalan dengan baik, dan sudah tibalah waktunya Ellen pergi meninggalkan dunia manusia, dan mengikuti suaminya, ke dunia manusia serigala.
"Ellen jaga dirimu, Ayah akan berkunjung jika situasi di kerajaan kita sudah baik,"
Ucap Karleis, sembari menggengam tangan anaknya.
"Ayah jangan terlalu khawatir, Ellen adalah putri terhormat dari kerajaan Marinson, Ellen berjanji pada ayah, tidak akan membiarkan diri ditindas oleh siapapun, Ayah cukup menjaga diri, dan menjaga dunia manusia ini"
Ucap Ellen, kemudian memeluk ayahnya, sebelum ia menaiki kereta kuda pengantin.
"Ayah jangan lupa kirimkan surat, jika Mona dan jay sudah pulih."
Mona dan jay adalah adik dari Ellen, Mereka memiliki bakat sihir yang hebat sehingga di usia yang ke 17 tahun, adik kembarnya itu sudah ikut ke medan perang, sayangnya mereka terluka parah hingga tak sadarkan diri, sampai saat ini keduanya masih dalam perawatan.
Di dunia manusia ada beberapa orang yang terlahir istimewa karena bisa menggunakan sihir, adik kembar Ellen adalah salah satu contohnya.
Kereta kuda pengantin, yang di iringi oleh para prajurit itu mulai menjauh dari kerajaan manusia.
Didalam kereta, Ellen duduk berhadapan dengan Zeir.
"Jangan berharap saya akan menjadi istri yang baik untuk anda!,"
Jelas Ellen, mencoba mengintimidasi Zeir.
Mendengar ucapan Ellen, membuat satu sudut bibir Zeir terangkat, ia lalu mendekatkan tubuhnya pada Ellen, sembari berucap.
"Nona kau sangat bodoh, menikahi orang yang tidak kau kenal,"
Zeir menekan setiap kalimat yang ia ucapkan.
suara rendahnya membuat Ellen merinding, ia meneguk ludahnya sendiri, karena merasa sangat gugup, apalagi ditambah dengan jarak mereka yang kini hanya tersisa sejengkal saja.
Tidak ingin kalah, Ellen memberikan senyum remeh pada Zeir sembari menyilangkan tangan di depan dada.
"Tidak kenal?, Memangnya perlu?, Semua orang juga tahu kau adalah pangeran lemah yang sering ditindas,"
Masih dengan tatapan meremehkan.
Iris violet Ellen, dan Iris biru milik Zeir terus bersitatap dengan sengit, sampai Zeir mengalihkan tatapannya,dan menjauhkan tubuhnya dari Ellen.
"Jadi dengan begitu kau pikir, kau juga bisa menindas ku seperti mereka?,"
Zeir kembali menatap tajam pada Ellen.
"Tentu saja, kenapa tidak,"
Jawab Ellen, Menyunggingkan senyum miringnya.
Padahal ia sama sekali tidak tertarik untuk melakukan hal-hal tidak penting seperti itu, ia memiliki tujuan dan ambisinya sendiri.
Setelah percakapan singkat itu, keadaan kembali menjadi hening.
Mereka telah melewati pintu portal ke dunia manusia serigala.
berbeda dengan dunia manusia yang saat ini dipenuhi dengan bunga musim semi, dunia manusia serigala sekarang sedang memasuki musim dingin.
"Akh!"
Teriak Ellen, karena kereta yang tiba-tiba berhenti, membuat kepalanya terbentur.
Ia pun kembali berteriak
"Kenapa kalian berhenti!"
Ucap Ellen, sembari membuka jendela kereta tersebut.
"Turun!, Cepat turun kalian!,"
Ucap salah satu dari prajurit yang mengiringi kereta kuda mereka.
Hal itu membuat Ellen menyerngit heran, ia pun segera turun dari kereta diikuti oleh Zeir di belakangnya.
Setelah Ellen dan Zeir turun dari kereta, seluruh prajurit yang tadinya bertugas untuk menjaga dan mengiringi kereta kuda, malah mengacungkan pedang ke arah mereka.
"Nona marinson menyingkirlah jika tidak ingin mati, kami hanya diperintahkan untuk membunuh sampah itu, jika anda mau bekerja sama, dan tidak menghalangi tugas kami, saya tentu akan membiarkan nona tetap hidup dan kembali ke keluarga anda."
Tawar salah satu dari mereka, yang merupakan ketua dari kelompok pembunuh itu.
Pantas saja tidak ada satupun keluarga kerajaan, dari klan manusia serigala yang ikut, rupanya mereka ingin bermain licik!, Tapi sayangnya kalian salah orang!,
Gumam Ellen dalam hati.
"Tawaran yang bagus, tentu saja saya menyetujuinya, silahkan lakukan tugas kalian,"
Ucap Ellen tanpa ragu, kemudian ia pun menyingkir dan membiarkan mereka untuk membunuh Zeir.
"Terimakasih atas kerja samanya nona Marinson."
Ellen hanya membalasnya dengan senyuman.
Mereka pun mulai bersiap menyerang Zeir, sebagian dari mereka berubah menjadi serigala, sedangkan yang lainnya masih memegang pedang.
"Menyerahlah pangeran, jika anda tidak ingin mati mengenaskan!,"
Ucap ketua kelompok pembunuh itu.
"Menyerah?,"
Jawab Zeir, sembari tertawa.
"Coba saja bunuh kalau kalian bisa!."
Sambung nya
Kemudian ketua kelompok itu memberikan isyarat pada anak buahnya, untuk mulai menyerang.
Zeir berhasil menghindari setiap serangan itu dengan lincah, akan tetapi ia sama sekali tidak membalas serangan-serangan yang ditujukan padanya.
"Kita lihat sampai kapan kau bisa menghindar!,"
Ucap ketua sang Kelompok.
Dari kejauhan, Ellen bisa melihat, bahwa sedari tadi yang dilakukan oleh Zeir, hanya menghindar saja.
"Ck!, Membosankan!,"
Gumam Ellen.
Sementara itu di sisi lain, Zeir yang kehilangan banyak tenaga, akibat kelelahan menghadapi serangan mereka, kini ia mulai lengah, sehingga membuat musuh mendapatkan celah untuk Menyentuhnya.
"Agh!,"
Rintihnya menahan sakit, tubuhnya terpental cukup jauh, akibat terkaman dari pembunuh yang mengambil wujud serigala.
"Kau sudah kalah pangeran Zeir, manusia serigala yang tidak bisa berubah wujud sepertimu, adalah aib bagi kerajaan ini, itulah sebabnya banyak yang ingin menghabisi nyawamu,"
Ucap ketua kelompok itu, yang kemudian menebaskan pedangnya kepada Zeir.
"Aaaaghh,"
Lagi-lagi Zeir berteriak kesakitan, tebasan pedang itu membuat luka yang cukup dalam pada lengannya, karena mencoba menangkis pedang itu.
Zeir terlihat seperti tidak memiliki tenaga lagi, untuk menghindar kali ini, bahkan seakan-akan, jika mereka melancarkan satu serangan lagi, maka ia akan kehilangan nyawanya.
Ketua kelompok itu lalu mengambil wujud serigalanya, dan bersiap-siap untuk menerkam dan menghabisi Zeir.
Zeir menatap tajam pada aksi sang ketua kelompok itu, tidak ada yang menyadari bahwa mata birunya kini tengah bersinar.
Para pembunuh itu terlalu senang, karena merasa kemenangan ada di depan mereka, sampai-sampai tidak menyadari senyum licik yang terbit di wajah Zeir.
Wujud serigala itu melompat ke arah Zeir, namun belum sampai menyentuh kaki Zeir, ia sudah jatuh dan terkapar di tanah, dengan luka tebasan pedang, di lehernya.
"Kau!,"
Ucap Zeir, menatap heran pada seseorang yang tiba-tiba muncul, dan berdiri didepannya.
Mata biru Zeir yang semula menyala pun kembali meredup, ia masih menatap seseorang yang tiba-tiba berdiri di depannya, dengan menggenggam sebilah pedang, di tangan kirinya, lalu dia pun menoleh ke arah Zeir, sembari tersenyum miring.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments