Seorang wanita cantik dengan surai hitam, dan mata violet tengah berlari, sembari melepaskan ikat pinggangnya, yang ternyata merupakan sebilah pedang tipis nan tajam.
Ia menebaskan pedangnya pada leher seekor serigala, yang mencoba menerkam suaminya.
Serigala itu terjatuh ke tanah dengan luka yang teramat dalam, hingga lehernya hampir putus.
Percikan darah serigala itu mengotori wajah, dan gaun putihnya.
Pedang tipis itu tak henti-hentinya meneteskan darah segar.
"Kau!,"
Ucap Zeir, menatap heran pada seseorang yang tiba-tiba muncul, dan berdiri didepannya.
Ternyata dia adalah Ellen Marinson, Aksi tak terduga nya membuat para pembunuh itu saling melirik, dan bergidik takut.
Ellen mengalihkan antensinya pada Zeir sembari berucap,
"Apa dosaku?, hingga punya suami seperti ini!,"
Lalu Ellen mengangkat wajah Zeir, menggunakan ujung pedangnya yang ia selipkan di bawah dagu Zeir.
"Ce-cepat Seraaang!!"
Ucap gugup,salah satu dari pembunuh itu, lalu mereka menyerang Ellen, secara bersamaan.
Ellen menghindari, dan membalas setiap serangan dengan lincahnya, ia bahkan terlihat seperti seseorang yang tengah menari dengan pedangnya.
Pertarungan terus berlangsung dengan sengit, hingga, hampir seluruh kawanan pembunuh itu tergeletak di tanah.
"Anda mengingkari kesepakatan, nona Marinson!, Jadi jangan salahkan kami jika anda kehilangan nyawa hari ini!,"
Teriak salah satu dari mereka
Masih dengan ayunan pedangnya, Ellen memberikan senyum miring.
"Sudah mau mati, tapi masih saja banyak bicara!,"
Ucap Ellen, wajahnya kini hampir tertutup oleh cipratan darah manusia serigala, yang kehilangan nyawa di tangannya.
Terkaman dari para manusia serigala itu terus berlangsung, hingga membuat Ellen sedikit kewalahan.
Saatnya menggunakan cara itu!,
Batin Ellen.
Ellen melompat mundur ke belakang, menjauh dari mereka, lalu pedang yang ia genggam itu melayang di hadapannya, kemudian secara ajaib pedang itu menjadi berlipat-lipat ganda.
Dia mengarahkan seluruh pedang yang melayang di udara itu, ke arah para manusia serigala yang masih tersisa, dan hasilnya mereka semua mati mengenaskan, namun Ellen masih menyisakan satu orang.
"Katakan!, Siapa tuan kalian?,"
Tanya Ellen, sembari mengacungkan pedangnya pada leher manusia serigala yang ia sisakan itu.
"Sa-saya tidak tahu,"
Jawabnya terbata-bata.
"Saya akan mengampuni nyawamu, jika kau mau menyebutkan namanya, katakan!, siapa yang memerintahkan kalian?!,"
Tanya Ellen sekali lagi.
"Ar..,"
Belum sempat melanjutkan ucapannya, pembunuh itu sudah meregang nyawa, akibat sebuah panah kecil misterius, yang secara tiba-tiba menancap di lehernya.
"Sial!,"
Gumam Ellen, ia tidak lagi memperdulikan siapa yang mengirimkan pembunuh itu untuk saat ini, dan kondisi tubuhnya sendiri juga tidak memungkinkan, untuk mengejar pelaku yang menembakan panah itu.
Ia berjalan mendekati Zeir yang kini bersandar dengan lemah di sebuah pohon.
"Jaga kesadaran anda pangeran ke tiga,"
Ucap Ellen, ia lalu mensejajarkan diri di hadapan Zeir, menepuk-nepuk kecil wajah Zeir yang kedinginan.
Ellen kemudian kembali berdiri, ia melangkahkan kakinya mendekati kereta kuda, kemudian Ellen melepas ikatan salah satu dari kuda itu, lalu mengambil sebuah jubah di dalam kereta.
Dia kembali mendekati Zeir, memasangkan jubah hangat itu di tubuhnya, dan juga memapah Zeir untuk naik ke atas kuda.
Ellen menaiki kuda itu, dengan Zeir yang bersandar di punggungnya.
"Kenapa anda menyelamatkan saya?,"
Gumamnya dengan suara yang gemetar karena kedinginan.
"Diamlah, cepat tunjukan jalan ke istana,"
ia sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan dari Zeir.
"Lurus,"
Jawab Zeir.
"Berpeganganlah jika tidak ingin jatuh,"
Ucap Ellen, ia pun mulai memacu kudanya.
Zeir pun menuruti ucapan Ellen, dan melilitkan tangannya ke pinggang Ellen.
Mereka berdua pun pergi menuju ke istana manusia serigala, dengan menerjang hujan salju yang kini mulai turun.
Padahal hanya ingin melihat nya tersiksa saja, tapi dia malah sekarat.
Batin Ellen.
Ellen adalah orang yang memiliki pemikiran yang mendalam, dia tidak akan terjebak dengan rencana murahan seperti tadi.
Jika mereka tadi berhasil membunuh pangeran ke tiga, lalu mengembalikan Ellen ke dunianya, Maka dalang dari pembunuhan itu pasti akan menuduhnya, membunuh Pangeran Zeir, kemudian melarikan diri ke dunia manusia.
lalu tebak apa yang akan terjadi selanjutnya?, Tentu saja jika kabar ini terdengar oleh Raja Hedes, klan manusia serigala akan menyalahkan kematian pangeran ke tiga Zeir, pada klan manusia biasa, dan menghabisi semua nyawa yang ada di dunianya, Itulah yang dipikirkan oleh Ellen.
Sudah dua jam mereka menelusuri jalan bersalju, dan akhirnya tiba di depan gerbang kota.
Ellen memacu kudanya berjalan ke arah penjaga pintu gerbang.
"Siapa kalian?, dan ada tujuan apa masuk ke ibu kota?,"
Tanya salah satu penjaga gerbang di sana.
"Saya Ellen Marinson, membawa Pangeran ke Zeir yang sedang terluka, bukakan gerbangnya,"
Jelas Ellen, dengan deru nafasnya yang berhembus mengeluarkan udara dingin.
"Tunjukan plakat nya,"
Pinta mereka
Ellen pun mengambil plakat kerajaannya, yang ia simpan di dalam lengan bajunya, dan menunjukkan nya pada dua penjaga gerbang itu.
"Mohon maafkan atas kelalaian Saya yang tidak mengenali tuan putri, silahkan masuk,"
Ucap mereka, sembari memberi hormat, lalu membuka gerbangnya.
Ellen kembali melajukan kudanya, ke arah istana yang posisinya berada di tengah-tengah kota.
Kedatangan Ellen, dan Zeir yang penuh dengan luka, dan darah menarik perhatian orang-orang di kota tersebut, mereka bertanya-tanya, siapakah wanita cantik bersurai hitam, dan bermata violet itu.
Para klan manusia serigala, baru pertama kali melihat seseorang di ibu kota, yang memiliki iris mata berwarna violet, karena para klan manusia serigala umumnya memiliki iris mata berwarna coklat
Sedangkan untuk Pangeran ke tiga Zeir, tidak ada satupun dari mereka, yang pernah melihat sang pangeran secara langsung, jadi tidak ada yang tahu bahwa rupa pangeran Zeir sangat berbeda dari manusia serigala pada umumnya.
Ditambah lagi kepala Zeir, yang kini tengah bersandar di punggung Ellen, tertutup oleh topi dari jubah, yang dikenakannya.
Sepasang insan itu telah tiba di depan gerbang istana, penjaga gerbang yang mengenali ciri-ciri dari mereka berdua pun, membukakan gerbangnya.
Di balik gerbang istana, sudah ada pelayan yang berbaris menunggu kedatangan mereka, saat Zeir dan Ellen mulai masuk ke dalam wilayah istana, para pelayan yang menunggu pun, mulai sibuk berbisik-bisik, karena merasa terkejut, melihat keadaan mereka yang datang tanpa kereta kuda, dan bahkan tidak ada satupun pengawal, yang ikut datang bersama mereka.
"Selamat datang di istana tuan putri, dan pangeran ke tiga"
Ucap mereka serentak, para pelayan kembali terkejut, saat melihat kedatangan Ellen, dan Zeir yang penuh dengan noda darah.
Ellen pun hanya menanggapi sambutan itu dengan menganggukkan kepalanya.
"Bantu saya menurunkan pangeran ke tiga,"
Ujar Ellen, namun bukannya segera membantu, para pelayan itu malah sibuk, saling melirik satu sama lain.
"Kalian tidak dengar?, Saya bilang, bantu turunkan pangeran ke tiga dari kuda,"
Ulang Ellen sekali lagi.
Kemudian salah satu dari mereka maju menghadap ke Ellen.
"maafkan kami tuan putri, Kami para pelayan dilarang untuk menyentuh pangeran ke tiga,"
Jelasnya, sembari tertunduk takut.
"Alasan konyol macam apa itu!, Jangan membuat saya menunggu lebih lama, cepat bantu,"
Ellen pikir mereka keterlaluan, tidak masalah jika pangeran Zeir ditindas oleh saudaranya sendiri, tapi kenapa para pelayan juga ikut-ikutan?.
Melihat Ellen yang mulai kesal pun, mereka kembali saling melirik satu sama lain.
"Maafkan kami tuan putri, tapi sekali lagi kami benar-benar dilarang keras untuk menyentuh pangeran ke tiga,"
Masih diucapkan oleh pelayan yang sama.
"Saya masih kuat untuk menopang tubuh saya sendiri nona Marinson,"
Suara dengan nada rendah itu berasal dari Zeir, yang masih bersandar lemah di balik punggung Ellen.
Ia kemudian melepaskan pegangan tangannya dari pinggang ramping Ellen, dan melompat turun dari atas kuda, aksi nya itu membuat Ellen terkejut.
Pangeran Zeir yang masih terluka berat, bahkan seperti tak sanggup menahan tubuhnya sendiri, namun malah melompat dari kuda, membuat dia menanggung rasa sakitnya, kemudian terjatuh ke tanah yang penuh salju itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments