Takdir Yang Tak Terelakkan

Takdir Yang Tak Terelakkan

awal mula

"apa!?,"

Teriak seorang wanita cantik, terkejut setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Ayahnya.

Dia adalah Ellen Marinson, Wanita cantik berkulit putih, bersurai hitam legam, dengan iris mata berwarna violet, tingginya sekitar 160 cm.

"Ellen, ayah mohon Ellen, ini semua demi klan manusia kita,"

Ia berucap sembari meraih tangan putri sulungnya, berharap Ellen mau menurutinya.

Karleis Marinson, ayah dari Ellen, memiliki ciri fisik yang sama dengan Ellen, namun tentunya ia jauh lebih tinggi dari putrinya itu, ia memiliki tinggi sekitar 180 cm.

Ellen memejamkan matanya sejenak, kemudian menghembuskan nafas nya dengan jengah.

"Ayah, bukankah mereka para manusia serigala dilarang menikah dengan manusia biasa?,"

Tanya Ellen, dengan raut wajah nya yang nampak kebingungan

"Benar, para manusia serigala memang dilarang untuk menikah dengan para manusia, tapi pangeran ke tiga berbeda Ellen, dari rumor yang tersebar, dia adalah satu-satunya keturunan keluarga kerajaan, yang tidak bisa berubah wujud menjadi serigala,"

Jelas ayah Ellen.

"Berarti dia manusia,"

Sela Ellen, mencoba memastikan identitas dari orang yang ingin dinikahkan dengannya ini.

Ayah Ellen menggelengkan kepalanya, membuat Ellen semakin kebingungan.

"Jika dia tidak bisa berubah wujud, berarti dia bukan manusia serigala, kalau begitu, bukankah seharusnya dia seorang manusia?,"

Lagi lagi ayah Ellen menggelengkan kepalanya.

"Sampai saat ini identitas nya belum ditentukan Ellen, apakah dia manusia serigala, atau manusia biasa,"

Jujur, Karleis sendiri tidak ingin putri sulungnya menikah dengan pangeran ke tiga,yang tidak jelas identitasnya.

Jika saja ia memenangkan peperangan, maka ia tidak perlu mengorbankan putri sulungnya, untuk dinikahkan dengan para klan manusia serigala itu.

Semua masalah ini bermula saat tiga tahun yang lalu, dimana sebuah portal terbuka dan menghubungkan dua dunia yang berbeda itu.

para manusia menganggap manusia serigala sebagai monster, dan ingin melenyapkan mereka, inilah awal terjadinya peperangan tersebut, hingga berakhir dengan kekalahan dari klan manusia.

Karleis Marinson seorang raja dari klan manusia, ia sudah kalah di medan pertempuran, yang ia picu sendiri, dan demi keberlangsungan keturunan manusia, karleis mengakui kekalahan nya, dan meminta perdamaian dengan klan manusia serigala.

Klan manusia serigala berbelas kasih, dan menyetujui perdamaian, namun dengan syarat agar karleis bersedia menikahkan putri pertamanya dengan pangeran ketiga, saat usia mereka sudah cukup untuk menikah.

Setelah kerleis selidiki, ternyata pengeran ke tiga ini sama sekali tidak memiliki pengaruh dan kekuasaan di dalam kerajaannya sendiri, bahkan ia adalah orang yang sering ditindas, karena identitas nya yang tidak jelas.

Dengan menikahkan Ellen dan pengeran ke tiga, hal itu berarti mereka ingin menjadikan putri dari karleis itu sebagai seorang sandra, dan memandang rendah klan manusia.

"Tenanglah Ellen, Ayah berjanji akan menjemputmu saat pasukan manusia kita sudah cukup kuat,"

Ia menatap iris mata putrinya dengan  penuh harap.

"Berapa lama saya harus menunggu sampai saat itu tiba ayah?, Sampai kapan?, Apa sampai maut menjemput?,"

Ia merasa sangat kecewa dan sedih, namun di dalam situasi seperti ini, sebagai seorang tuan putri dari klan manusia, ia memiliki tanggung jawab untuk melindungi rakyatnya, maka dari itu Ellen tidak bisa bersikap egois dan mementingkan keuntungan pribadi.

"Jangan menjanjikan sesuatu yang bisa merusak kepercayaan ku kepada ayah,"

Lanjut Ellen, masih dengan raut wajahnya yang terlihat sedih.

"Ellen, ayah mohon."

"Ayah!,"

Sela Ellen, sebelum ayahnya melanjutkan ucapannya.

ia sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan oleh ayahnya itu.

"Jangan memohon lagi ayah, apa Ellen pernah menolak perintah dari ayah?,"

Sambung Ellen dengan nada suara yang lembut dan tenang, ia mencoba memaksakan senyuman nya, namun ia tidak dapat menahan air yang jatuh dari iris violetnya.

Karleis pun memeluk putrinya sembari bergumam

"Maafkan ayah putriku,"

Lirihnya, dengan hati yang teramat pedih.

Sementara di suatu tempat, seorang laki-laki bersurai Silver, dengan iris mata biru, kulit putih, dan tinggi 180cm itu sedang merintih kesakitan.

Dinginnya salju membuat sekujur tubuh penuh luka itu terasa amat perih, bibir tipisnya yang bergetar karena kedinginan, sudah berubah menjadi pucat.

Sudah tiga hari ia dihukum berlutut di luar istana, karena tuduhan palsu dari pangeran ke 4 , ia dituduh mencoba mengambil  kristal sihir yang ada di kursi duduk raja.

Tidak ada satupun yang peduli, apakah ia kedinginan dan kesakitan, di tengah badai salju itu.

"Pangeran Zeir Lateris, anda dipanggil ke aula,"

Ucap seorang prajurit yang menghampirinya, dan menyampaikan pesan dari sang raja.

Mendengar perintah itu, Ia pun mencoba berdiri Dengan sekuat tenaga.

Prajurit yang menyampaikan pesan tersebut hanya melihat dan enggan untuk membantu Zeir berdiri.

Ia pun berjalan dengan tertatih-tatih menuju Aula istana, baju dan jubahnya yang semula berwarna putih, hampir berubah warna menjadi merah, akibat bekas darah dari lukanya.

Prajurit yang berjaga di pintu aula, langsung membukakan pintu saat melihat pangeran Zeir yang mulai berjalan mendekat.

Saat memasuki Aula istana zeir langsung berlutut dan memberikan hormat pada sang raja.

"Pangeran ke tiga Zeir Lateris memberi salam pada yang mulia raja Hedes Lateris,"

Bahkan suaranya terdengar sangat lemah, bahkan tutur katanya sangat lembut, siapa yang percaya bahwa ia mencoba mencuri kristal sihir.

Hanya saja ia terlihat seperti tidak mempunyai kekuasaan, untuk membela dirinya sendiri, sehingga menerima semua tuduhan itu.

"Pangeran Ke tiga Lateris, terimalah titah dari yang mulia raja Hedes,"

Ucap seorang laki-laki yang berdiri di samping Raja Hedes, ia adalah Fero seorang wakil dari raja Hedes.

Mendengar kalimat titah, seketika tatapan matanya yang tertunduk lemah itu berubah menjadi dingin, ia melirik sekilas sang raja dengan tatapan tajam, tidak ada satupun yang menyadari perubahan sejenak raut wajahnya tadi.

"Pangeran ke tiga yaitu Zeir Lateris telah berusia 18 tahun, sesuai dengan kesepakatan damai antara klan manusia serigala dan klan manusia biasa, maka Zeir Lateris akan dinikahkan dengan putri pertama dari klan manusia biasa, yaitu Ellen Marinson,"

Jelas Fero dengan panjang lebar.

"Saya menerima Titah,"

Jawab Zeir, ia menerimanya dengan pasrah.

Setelah menerima titah raja, ia pun keluar dari aula, dan akhirnya dibebaskan dari hukuman berlutut di luar istana.

Zeir melangkahkan kakinya, untuk kembali ke kastil yang ada di atas gunung, tempat paling terpencil yang ada di istana kerajaan Lateris.

Kastil berwarna biru putih yang nampak tua inilah yang menjadi saksi masa kecilnya hingga saat ini.

Zeir merupakan anak dari selir kesayangan, namun ibunya sudah meninggal saat melahirkan nya, membuat Raja Hedes menyalahkan Zeir, atas kematian yang dialami selir kesayangannya.

Selama 18 tahun hidupnya Zeir Lateris selalu diasingkan, puncaknya ialah saat 3 tahun lalu, ia dipanggil ke Aula istana untuk menunjukkan wujud serigalanya yang pertama kali, namun tidak bisa berubah.

Sejak itulah penindasan-penindasan dari saudara-saudara nya terus terjadi, yang Awalnya hanya pengasingan seketika berubah menjadi penindasan.

Meskipun mengalami pengasingan dan penindasan berkali-kali, ia tidak pernah meneteskan air matanya, itu semua karena ia tidak bisa merasakan 7 emosi, yang seharusnya melekat pada sisi manusianya, artinya ia tidak merasa marah, bahagia, sedih, takut, jijik, dan terkejut.

Itulah yang membuat Zeir tidak memperdulikan penindasan yang di alaminya, karena ia bertindak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.

Kastilnya yang terletak cukup jauh dari istana utama, membuat Zeir harus kembali berjalan dengan tertatih-tatih, akibat luka di sekujur tubuhnya, luka itu ia dapatkan, dari beberapa saudaranya, yang dengan sengaja memukulnya, saat ia masih berlutut di luar istana, karena menerima hukuman.

Langkah-langkah demi langkah, ia naiki tangga itu, sesekali ia akan berhenti di tengah jalan, karena merasakan sakit pada lutut, dan kakinya.

Hembusan nafasnya, dan bibirnya, yang tak henti bergetar kedinginan, matanya bahkan sudah memerah, akibat cuaca Ekstrim di Klan manusia serigala.

Jubah tipis yang dikenakan Zeir, terus tertiup angin kencang, menandakan bahwa ia sudah sampai di atas gunung, tempat kastilnya berada, lalu dengan perlahan Zeir pun membuka pintu kastil itu, dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!