"Cie … dah berangkat aja nih!" seru Ceu Ani seorang tetangga kepada Bang Rizal yang baru saja melajukan sepeda motor nya.
"Di gilir ni ye!" tambah Bi Euis yang sedang asyik bergosip dengan Ceu Ani.
"Bang Rizal tidak memperdulikan ucapan mereka, ia langsung melajukan kendaraannya dengan cepat.
Apa maksudnya digilir? Di gilir cinta gitu? ah sudahlah kepalaku rasanya mau pecah memikirkan semua ini.
***
Seminggu sudah berlalu, aku membeli kartu sim baru untuk menelepon Teh Nuri yang terduga selingkuhannya Bang Rizal. Setelah registrasi berhasil langsung berkirim pesan ke wanita itu.
[Assalamualaikum] Langsung centang dua dan berwarna biru pertanda si penerima pesan sedang aktif.
[Waalaikum salam, eh ini yayangnya Sari ya?] Jawaban teh Nuri membuatku bertanya-tanya siapa lagi Sari itu?
[Iya, gimana kabarnya teh Nuri] Aku mengiyakan saja untuk memancing informasi darinya.
[Alhamduillah baik, Rizal sebaliknya apa kabar?]
[Baik juga teh. O, ia Sari ganti nomor ya, ko yang kemaren gak aktif?]
[Bukannya kemaren kamu pulang masa gak tau nomor istri sendiri hahaha]
Deg!
Istri? Istri … siapa yang disebutnya istri? ada sesuatu yang terasa panas tetapi bukan api, jantung berdebar kencang, tapi harus tetap tenang dan tidak emosi. Karena rasa ingin tahu semakin memuncak lekas ku alihkan chat menjadi panggilan suara.
Nut nut nut …
[Halo ….]
[Maaf Teh, siapa yang tadi di sebut istri Rizal itu apakah wanita yang bernama Sari?]
Desakku tegas namun tetap dengan lemah lembut agar wanita itu mau bercerita.
[A-anu … ] Teh Nuri kaget karena yang berbalas chat dengannya bukan Rizal melainkan aku istri sahnya.
[Bilangin sama Sari kalau Rizal sudah punya anak istri!]
[Jangan salahkan temen saya, dia tidak tau apa-apa sebelum menikah Rizal mengaku bujangan dan status di KTP nya pun lajang, dia juga bilang tak punya siapa-siapa lagi di kampungnya.]
[Apa? Dia mengaku bujangan? Jadi aku sama anaknya tak dianggap sama sekali? Sungguh teganya!]
[Iya, Rizal bilang tak punya siapa-siapa lagi makanya Sari tergoda bujuk rayunya suami mbak.]
[Ayah Dila mana tante?] Suara Dila yang imut seperti menyentuh hati wanita yang salah. Wanita yang ku kira selingkuhan suamiku ternyata dia adalah temannya.
[Sabar sayang nanti ayahnya pulang ya.] Teh Nuri menjawab pertanyaan Dila.
Entah mengapa ada perasaan yang tak biasa dikala mendengar Dila menanyakan ayahnya sendiri. Mungkin ia merasa sudang berkurangna kasih sayang dari sang ayah. Begitu pun Bang Rizal, memang jarang pulang akhir-akhir ini.
Begitulah percakapan panjang dengan Teh Nuri, ia pun bercerita awal bertemu dengan suamiku di sebuah warung kopi. Bang Rizal yang sedang beristirahat mampir dan minum kopi di warung tempat mereka bekerja. Seiring bejalan waktu Bang Rizal sering mampir ke warung kopi itu dan kemudian berkenalan dengan Sari. Lelaki mana yang tidak tergoda melihat seorang janda muda beranak satu berpenampilan semok, alis yng berukir rapi dan bibir merah delima yang sangat menggoda. Apa lagi jika jauh dari istri, lelaki yang tak mampu menahan hawa nafsunya akan berpikiran liar. Karena yang harus di jaga itu perut dan kepunyaannya (lelaki).
Semakin hari mereka semakin dekat dan akhirnya menjalin sebuah hubungan sehingga Sari hamil dan Rizal pun harus menikahi nya. Keluarga mereka setuju karena Bang Rizal mengaku bujangan. Sari sering meminta utuk di ajak ke kampung halaman Bang Rizal, Tetapi ia selalu mengulur waktu untuk bisa bersilaturahmi ke keluarganya di kampung. Ya … pastilah mengulur waktu karena ada aku dan Dila di rumah orang tuanya. Dia pun tentu tak mau rahasianya terbongkar kalau selama ini lelaki yang menikahi Sari itu sudah mempunyai anak dan istri.
Percakapan pun selesai. Terjawab sudah rasa penasaran ini, meskipun belum melihat di depan mata sendiri tetapi penjelasan teh Nuri membuatku percaya. Sekarang perasaan ini hancur, sakit rasanya mendengar kenyataan ini.
Setega itu kamu Bang! tidak mengakui aku dan Dila sebagai anak istrimu. Aku menceritakan semua pada Mama mertua dan kak Marni. Mereka tak dapat berbuat apa-apa. Dan yang paling menyakitkan ternyata mereka sudah tahu lebih dulu dibandingkan aku. Mereka sengaja menutupi ini semua untuk menjaga perasaanku.
***
Ku kemas beberapa baju ganti dan juga perlengkapan Dila ke dalam tas. Mungkin dengan pulang dulu ke rumah orang tua bisa membuatku agak tenang dan bisa berfikir lebih jernih. Tetapi keluarga Bang Rizal semua melarang, Seorang istri tidak boleh meninggalkan rumah suami tanpa seizinnya. Selain agamaku melarang juga menurut hukum namanya minggat.
Dilema jadinya … tak kuat rasanya menanggung beban ini sendirian. Mama! aku rindu.
"Kamu mau kemana kemasin baju segala Nit?" Aku yang sedang berkemas sambil melamun seketika kaget mendengar suara dari arah pintu kamar. Tumben Kak Marni tidak mengetuk pintu dulu.
"Nita mau pulang dulu ke rumah orang tua, rasanya kangen sudah lama tidak bersua," ucaku, "boleh ya Kak
"Lalu bagaimana dengan Rizal? Apa kamu akan pergi tanpa dia?" sahut Kak Marni.
"Ia Kak, lagipula Bang Rizal kan masih sibuk kerja tentunya tak akan sempat untuk mengantarku pulang."
"Tapi sudah minta izin belum sama dia?"
"Belum kak nanti saya telepon," tandasku.
"Kamu pulang bukan hanya kangen kan? Kamu marah sama Rizal karena kelakuannya?"
"Saya beneran kangen kak lagi pula sudah lumayan lama tidak mudik." jawabku.
"Anita … pesan Kakak, jangan dulu pulang ya nanti kesannya lari dari masalah lagi pula kamu mau pulang sama siapa? Apa kata ayah dan ibumu pulang tanpa Rizal? tentunya mereka akan bertanya-tanya."
"Entahlah Kak, masih bingung. Akiu kecewa sama dia."
"Hadapi dengan kepala dingin jangan pakai nafsu, karena nafsu itu mudah untuk di pengaruhi syetan."
"Iya Kak, terima kasih atas nasehatnya."
Nasehat Kak Marni ada benarnya juga, aku tidak boleh lari dari masalah. Jika nanti di tanya oleh ayah dan ibu pulang tanpa Bang Rizal, harus jawab apa? Sedangkan aku paling tidak bisa berbohong dan pasti ketahuan.
Semua ini membuatku semakin dilema. Banyak fikiran membuat nafsu makan berkurang. Dila juga akhir-akhir ini rewel sekali. Salah sedikit langsung ngamuk, Benar-benar menguji kesabaran.
"Oeek … Oeek …." Ah! perut ini mual sekali ingin muntah tapi tidak keluar. Kepala pusing badan juga rasanya lemas tak bergairah.
Segera ku ambil mangga muda di dapur. dan membuat sambel petis sepertinya enak. Dan betul saja rasa mual ini sembuh. Begitu seterusnya jika terasa mual pengennya yang asem-asem atau yang pedas. Hingga Kak Marni bilang aku ini hamil anak kedua.
Deg! Apa benar aku hamil? Bisa jadi sih, soalnya beberapa bulan yang lalu aku sudah tidak meminum pil kontrasepsi lagi. Biar nanti periksa saja ke Puskesmas terdekat. Jika benar hamil apa Bang Rizal akan menyayangiku seperti dulu sebelum Sari masuk dalam kehidupan kami? Ah! sudahlah bagaimanapun anak itu adalah amanah aku akan membesarkannya dengan atau tanpanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
mom's ana
klo gue siii gak akan bertahan..ama laki kere yg so bertingkah...malesss apa lebihnya coba tukang selingkuh
2021-12-14
0
mom's ana
alah bodoh lemah lu mah...pulang aja mendingan ngapain laki ke gitu mesti di hirmatin apalagi dihargain...hue si ogah yaa...di aja seenaknya kawin lagi gak ngasih nafkah lagi iiiyyuuhh males ama laki ke gituubudah kere so betingkah uuhh gu lekepin ke samudra aja lu
2021-12-14
0
Nailil Ilma
5 like u
Semangat kak. Jangan lupa juga mampir di Cinta Anak Pesantren
2021-07-19
0