Bab 14: Terbangun dari Kegelapan

Hening malam menyelimuti kamar Dirga, hanya cahaya lembut dari bulan yang menerangi ruangan. Di tengah keheningan itu, Dirga duduk sendiri di sudut kamarnya, wajahnya dipenuhi oleh ekspresi ragu dan pikiran yang keruh. Ia merenung dalam kegelapan, terperangkap dalam labirin ketidakpastian setelah peristiwa besar yang baru saja ia lalui.

Dirga menggelengkan kepala perlahan, mengingat kembali momen-momen intens selama pertempuran melawan pandemi Nocturna Mortis. Ketidakpastian, rasa takut, dan tekanan yang luar biasa menjadi teman sehari-harinya. Namun, dengan tekad dan dedikasi, ia dan tim medisnya berhasil memenangkan pertempuran itu. Sekarang, ketika pertempuran itu telah berakhir, rasa kosong dan kebingungannya muncul begitu kuat.

"Sudah kubilang, kamu harus memberi dirimu waktu untuk merenung, Dirga," suara lembut Ibunya terdengar dalam benaknya. "Tidak semua jawaban bisa ditemukan dalam sekejap."

Dirga menghela nafas panjang, memikirkan kata-kata Ibunya. Memang, ia tahu bahwa momen seperti ini memerlukan refleksi yang mendalam. Namun, rasa gelisahnya semakin tumbuh karena ia merasa perlu untuk memiliki jawaban cepat, seperti cara-cara yang selalu ia temukan dalam dunia medis. Ia menatap keluar jendela, mencoba menemukan inspirasi dalam gemerlap bintang-bintang yang menyinari langit malam.

Tiba-tiba, suara pelan langkah kaki menghampirinya. Dirga menoleh dan melihat Uyie, sahabat dekatnya, berdiri di ambang pintu. "Apa kabar, Dirga?" Uyie bertanya dengan senyuman lembut.

Dirga tersenyum, merasa lega dengan kehadiran Uyie. Mereka telah berbagi begitu banyak cerita dan momen selama perjalanan ini. "Aku sedang berpikir tentang apa yang harus kulakukan selanjutnya," kata Dirga, wajahnya mencerminkan keraguan.

Uyie duduk di sebelah Dirga, "Kamu tahu, perjalanan ini tidak selalu tentang mengambil tindakan besar. Terkadang, itu tentang menemukan kebahagiaan dalam momen-momen kecil dan memberi diri waktu untuk mengeksplorasi apa yang benar-benar ingin kamu lakukan."

Dirga merenung, kata-kata Uyie meresap dalam dirinya. Ia merasa ada kebenaran dalam kata-kata itu. Mungkin saat ini adalah waktunya untuk mencari petunjuk dalam hati dan merangkai langkah-langkahnya dengan hati-hati, seperti bagaimana ia merancang tindakan medisnya.

Kemudian Setelah Uyie pergi, Dirga kembali duduk sendirian dalam hening. Matanya menatap langit malam dengan tatapan kosong, namun pikirannya penuh dengan gelombang perasaan yang bertabrakan. Ia merasa seperti berada di persimpangan jalan besar, di mana pilihan-pilihan penting harus dibuat dengan hati-hati. Di satu sisi, ia merasa bangga dengan pencapaian medisnya dan penghargaan yang ia terima dari masyarakat. Namun, di sisi lain, ada rasa keresahan yang mendalam yang mengusik kepercayaan dirinya.

"Sudahkah aku mengambil langkah yang benar?" bisik Dirga dalam hati, suaranya hampir tenggelam dalam hening malam. Ia merasa cemas, terbebani oleh harapan dan ekspektasi yang datang dengan popularitasnya. Meskipun ia tahu bahwa ia telah membuat perbedaan dalam dunia medis dan bagi banyak orang, tetapi apakah ini benar-benar adalah arah yang ingin ia tuju?

Dirga meraih kotak kayu kecil yang terletak di meja sebelahnya. Di dalamnya terdapat beberapa barang yang telah ia kumpulkan selama perjalanan ini: surat ucapan terima kasih dari pasien-pasien yang ia selamatkan, potongan koran yang memuat kisah suksesnya, dan beberapa catatan pribadi. Ia memandangi semua itu, mencoba mencari jawaban dari dalam hatinya sendiri.

Tidak ada yang tahu betapa beratnya perjuangan batin yang ia rasakan. Di balik setiap prestasi medis yang cemerlang, ia merasa ada tekanan yang terus bertambah. Tekanan untuk selalu tampil sempurna, untuk tidak mengecewakan siapapun, dan untuk terus mengukir prestasi baru. Ia merasa seperti terjebak dalam peran yang telah ia buat untuk dirinya sendiri.

Tiba-tiba, ia mendengar suara lembut Ibunya di telinganya lagi, "Jangan pernah lupa, Dirga, bahwa dalam hidup ini, kamu harus menjadi dirimu sendiri. Jangan biarkan harapan orang lain membentukmu menjadi sesuatu yang kamu tidak ingin menjadi."

Air mata mengembang di mata Dirga. Kata-kata Ibunya seperti obat penawar bagi keraguan dalam dirinya. Ia menyadari bahwa tujuan sejatinya dalam menjadi seorang dokter tidak hanya tentang popularitas atau prestasi, tetapi tentang memberikan yang terbaik dari dirinya untuk orang lain. Ia ingin menjadi dokter yang tidak hanya memiliki keterampilan medis yang luar biasa, tetapi juga memiliki hati yang tulus dan empati yang mendalam.

Dalam cahaya redup dari lampu meja, Dirga mengambil selembar kertas dan pena. Dengan hati yang tulus, ia mulai menulis tentang perjuangan batinnya, tentang momen-momen penuh emosi yang telah membentuk dirinya. Ia merasa bahwa dengan mengungkapkan perasaannya dalam kata-kata, ia dapat menemukan jalan yang lebih jelas menuju tujuannya.

Malam berjalan perlahan, dan Dirga terus menulis dengan tekad yang semakin kuat. Ia merasakan dorongan dalam dirinya untuk menerima tantangan ini, untuk menghadapi ketidakpastian dengan tekad yang tulus, dan untuk menemukan arti yang lebih dalam dalam perjalanannya sebagai seorang dokter.

...Hari berikutnya, Dirga duduk di teras rumahnya, masih sibuk merenungkan perasaannya. Tiba-tiba, Ayahnya datang dan duduk di sebelahnya. Ia meletakkan tangannya di bahu Dirga dengan lembut.

"Apa yang sedang kamu pikirkan, Nak?" tanya Ayahnya dengan senyum lembut.

Dirga menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Ayah, aku merasa seperti berada di persimpangan jalan besar. Semua pencapaian yang aku raih, popularitas, penghargaan... semuanya terasa seperti beban."

Ayahnya mengangguk mengerti, "Kamu tahu, ketika aku masih muda, aku juga pernah merasa seperti itu. Rasanya sulit untuk memutuskan apa yang seharusnya kita lakukan dalam hidup. Tapi aku belajar bahwa yang paling penting adalah menjadi diri sendiri. Jangan biarkan ekspektasi orang lain mengubahmu."

Dirga merenung, memikirkan kata-kata Ayahnya. Kemudian, sahabat karibnya, Rani, datang sambil membawa dua cangkir teh hangat. Ia duduk di sebelah Dirga dan memberikannya cangkir.

"Apa kabar, Dir? Aku tahu kamu pasti sedang berjuang dengan diri sendiri," kata Rani, sambil tersenyum ramah.

Dirga mengangkat cangkir tehnya dan tersenyum, "Aku merenung tentang apa yang seharusnya aku lakukan selanjutnya, Ran. Kadang-kadang aku merasa seperti terjebak dalam peran ini."

Rani mengangguk, "Tapi kamu tahu, Dir, kita semua tahu betapa tulus dan empati yang kamu miliki dalam pekerjaanmu. Kamu telah mengubah hidup banyak orang. Jadi, jangan ragu untuk tetap menjadi dirimu sendiri dan mengikuti hatimu."

Beberapa hari kemudian, Dirga duduk bersama rekan kerjanya di rumah sakit. Mereka semua sedang makan siang bersama. Sudut pandang yang berbeda mulai muncul dari rekan-rekan kerjanya, masing-masing memberikan pandangan mereka tentang ketidakpastian dan pilihan-pilihan penting yang harus diambil oleh Dirga.

"Tahu nggak, Dirga, kamu adalah inspirasi bagi kita semua," kata Dian, salah satu rekannya. "Kamu bukan hanya sekadar dokter hebat, tapi kamu juga mengajarkan kami tentang tekad, dedikasi, dan arti sejati dari profesi ini."

Sementara itu, Timo, yang juga rekan kerja Dirga, menambahkan, "Kamu telah membuktikan bahwa menjadi dokter bukan hanya tentang keterampilan medis, tapi juga tentang memberikan harapan dan perubahan positif bagi pasien kita. Jadi, apa pun pilihanmu, kami akan mendukungmu."

Mendengarkan sudut pandang orang-orang terdekatnya, Dirga merasa hatinya menjadi lebih ringan. Ia merasakan dorongan baru dalam dirinya untuk mengejar tujuan yang sesuai dengan hatinya. Semua saran dan dukungan dari teman, keluarga, dan rekan kerja membuatnya merasa bahwa ia tidak sendirian dalam perjalanannya.

Sambil mengamati matahari terbenam di langit, Dirga merasa semangat dan ketenangan hadir dalam dirinya. Ia menyadari bahwa ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan, tetapi ia telah belajar bahwa dengan tekad dan keyakinan dalam diri sendiri, ia dapat mengatasi semua tantangan yang datang.

Beberapa minggu berlalu sejak Dirga memulai refleksi mendalamnya. Hari ini, ia duduk di kantornya, masih merenungkan pilihan-pilihan yang ada di depannya. Ponselnya berdering, mengalihkan perhatiannya. Ia mengangkat telepon dan melihat pesan dari Rani.

*Rani: Hey Dir, ada seminar medis tentang inovasi kesehatan global di Labuan Bajo minggu depan. Aku pikir kamu harus ikut.*

Dirga mengernyitkan dahi, tidak terlalu yakin apakah itu adalah langkah yang tepat. Namun, ia merasa ada dorongan dalam hatinya untuk mencoba hal baru. Dengan ragu, ia mengetik balasan.

*Dirga: Aku akan memikirkannya, Ran. Terima kasih sudah mengingatkanku.*

Minggu berikutnya, Dirga duduk di dalam auditorium seminar. Para ahli medis dari berbagai belahan dunia berbicara tentang inovasi-inovasi terbaru dalam dunia kesehatan. Salah satu pembicara adalah seorang dokter muda yang telah merancang teknologi revolusioner untuk mendeteksi penyakit langka melalui sensor canggih.

Mendengarkan cerita dokter muda tersebut, Dirga merasa terinspirasi. Ia mulai membayangkan bagaimana teknologi seperti itu bisa membantu dalam pekerjaannya. Setelah seminar selesai, ia memutuskan untuk bertemu dengan dokter muda tersebut.

"Mbak Rani, bisa kah kamu membantuku mencari informasi tentang dokter itu?" tanya Dirga pada Rani melalui pesan.

*Rani: Tentu, Dir. Aku akan cari tahu tentangnya.*

Tidak lama kemudian, Rani memberikan informasi tentang dokter muda tersebut. Dirga menghubunginya dan mengatur pertemuan untuk berdiskusi lebih lanjut.

Dalam pertemuan tersebut, Dirga dan dokter muda tersebut berbagi pengalaman dan ide. Mereka membahas bagaimana teknologi canggih bisa diterapkan dalam dunia medis untuk membantu mengatasi tantangan kesehatan yang kompleks. Dirga merasa semangat dan antusiasme tumbuh di dalam dirinya saat ia mendengarkan gagasan-gagasan baru ini.

Ketika pertemuan berakhir, dokter muda itu memberikan sebuah kata-kata inspiratif kepada Dirga, "Setiap perubahan besar dimulai dengan sebuah langkah kecil. Jangan takut untuk mencari arah baru, karena dalam setiap langkah itu, ada peluang untuk membuat dampak besar."

Mendengar kata-kata itu, Dirga merasa sesuatu yang menggeliat dalam dirinya. Ia menyadari bahwa ia memiliki potensi untuk menciptakan perubahan nyata dalam dunia kesehatan, tidak hanya sebagai dokter individual, tetapi juga dengan menerapkan inovasi dan ide baru.

Saat Dirga meninggalkan gedung seminar, cahaya matahari senja menyinari wajahnya. Ia melangkah dengan langkah mantap, namun ekspresi fokusnya mengisyaratkan bahwa ada banyak pertimbangan yang masih melingkupi pikirannya.

Di perjalanan pulang, Dirga memandangi lautan yang tenang di sepanjang jalan. Ia teringat kembali pada semua perjalanan yang telah ia lalui, tantangan-tantangan yang ia hadapi, dan inspirasi yang ia temukan. Ia tahu bahwa keputusan berada di tangannya sendiri, tetapi juga merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat.

Saat matahari hampir tenggelam di cakrawala, Dirga menghentikan langkahnya. Ia berdiri di tepi pantai, memandangi horison yang luas di depannya. Hembusan angin laut mengusap wajahnya, memberinya sedikit kelegaan. Dalam hatinya, terdengar suara perlahan yang mengajaknya untuk merangkul peluang baru, untuk melangkah ke arah yang tidak diketahui.

Tanpa disadari, senyum muncul di bibirnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ada keyakinan dalam dirinya bahwa setiap langkah yang diambilnya akan membawa dirinya menuju puncak perjalanan yang baru.

Dirga melanjutkan perjalanannya pulang dengan hati yang lebih ringan. Malam tiba dengan gemerlap bintang di langit, menunjukkan bahwa ada banyak kemungkinan yang terbuka di depannya. Saat ia tiba di rumah, ia merasa seperti ada semacam kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya.

Hari-hari berlalu, dan Dirga semakin aktif dalam berinteraksi dengan teman-teman, keluarga, dan rekan kerjanya. Ia mendengarkan nasihat dan pandangan mereka dengan penuh perhatian, merenungkan setiap kata yang diucapkan. Setiap orang memberinya sudut pandang yang berbeda, dan semua itu membantu menerangi langkah-langkah yang sebelumnya terasa kabur.

Suatu pagi, saat Dirga sedang merenung di taman rumahnya, temannya, Maya, mendekatinya dengan senyum ramah. "Dirga, kau tahu, kadang-kadang jawaban yang kau cari tidak perlu ada di tempat yang jauh. Mungkin saja, kau sudah memiliki semua yang kau butuhkan di sini."

Dirga menatap Maya dengan pandangan bertanya. "Apa yang kau maksud, Maya?"

Maya tersenyum dan menunjuk ke arah sekeliling. "Lihatlah, Dirga. Kau memiliki keluarga yang mendukungmu, teman-teman yang peduli, dan profesi yang telah kau tekuni dengan penuh dedikasi. Mungkin saatnya kau merenungkan makna sejati dari semua itu."

Kata-kata Maya seperti sebuah kilatan cahaya yang menyinari pemikiran Dirga. Ia menyadari bahwa mungkin ia terlalu fokus pada pencarian tujuan besar, hingga melupakan nilai-nilai yang telah membentuknya. Keluarga, teman, dan cinta pada profesi yang ia tekuni — semuanya adalah bagian penting dari identitasnya.

Sambil tersenyum, Dirga mengangguk pada Maya. "Terima kasih, Maya. Kau benar, aku tidak perlu mencari jawaban terlalu jauh. Semua yang aku butuhkan sudah ada di sini."

Ketika malam tiba, Dirga duduk di meja kerjanya dan membuka laptopnya. Ia mulai mengetik dengan tekad baru, merangkai kata-kata untuk meresapi perjalanan hidupnya. Setiap kata yang ia tulis adalah penghargaan atas perjuangan yang ia jalani, inspirasi untuk dirinya sendiri dan bagi siapa pun yang membaca cerita ini.

Dan saat kata-kata terakhir terucap, Dirga merasa seperti ia telah menemukan titik terang yang baru dalam hidupnya. Keputusan-keputusan yang akan diambilnya mungkin akan mengubah arahnya, tetapi ia siap untuk menghadapi masa depan dengan tekad dan keyakinan yang baru ditemukan.

Episodes
1 Bab 1: Kilau Awal Seorang Magang
2 Bab 2: Jejak Kehidupan Zhenz
3 Bab 3: Cahaya Keterampilan Abadi
4 Bab 4: Dendang Keterampilan Baru
5 Bab 5: Ketukan Kehidupan yang Berubah
6 Bab 6: Harmoni Dalam Keterampilan
7 Bab 7: Langkah Dalam Kegelapan
8 Bab 8: Krisis Kesehatan dan Nocturna Mortis
9 Bab 9: Pertarungan Melawan Nocturna Mortis
10 Bab 10: Cahaya Identitas Terbuka
11 Bab 11: Pesona Kisah Sejati
12 Bab 12: Purnama Baru yang Terbit
13 Bab 13: Keputusan di Persimpangan Jalan
14 Bab 14: Terbangun dari Kegelapan
15 Bab 15: Rintangan dan Ujian Baru
16 Bab 16: Persembahan untuk Kehidupan
17 Bab 17: Pertarungan Dalam Diri
18 Bab 18: Membuka Pintu Baru
19 Bab 19: Titik Balik Keputusan
20 Bab 20: Pencerahan Dalam Kegelapan
21 Bab 21: Tersentuh oleh Setiap Kehidupan
22 WORO WORO
23 Bab 22: Memori yang Tersembunyi
24 Bab 23: Jejak yang Hilang
25 Bab 24: Jejak Pesan Moral
26 Bab 25: Mendalamnya Ingatan yang Tersimpan
27 Bab 26: Transisi ke Masa Lalu
28 Bab 27: Flashback ke Momen-Momen Penting dalam Hubungan
29 Bab 28: Epiphany dari Dalam: Mendalamnya Filosofi dan Pesan Moral
30 Bab 29: Keberanian untuk Melangkah Maju
31 Bab 30: Mengarungi Badai Pasir
32 Bab 31: Terpisah oleh Badai Pasir
33 BAB 32 Isyarat di Tengah Kekacauan
34 Kegelapan yang Terungkap
35 Antara Dua Dunia
36 Penjaga Gerbang Takdir
37 Cahaya di Ujung Lorong
38 Awal Kehidupan Baru
39 Ujian Pertama Keseimbangan
40 Kegelapan Menyusup
41 Jejak di Balik Kristal
42 Bab 41: Diagnosis yang Tidak Dikenal
43 Bab 42: Pengaruh Energi di Dunia Medis
44 Bab 43: Pencarian di Dalam Kegelapan
45 Bab 44: Fragmen Keempat di Dasar Laut
46 Bab 45: Makhluk Penjaga Fragmen
47 Bab 46: Pintu ke Dunia Kultivasi
48 Bab 47: Dunia di Balik Gerbang
49 BAB 48: Napak Tilas
50 BAB 49: Jejak Keseimbangan yang Retak
51 BAB 50: Pohon Energi yang Hilang
52 BAB 51: Serangan dari Masa Lalu
53 Bab 52: Perjalanan ke Kuil Hening
54 Bab 53: Perangkap Ilusi Konyol
55 Bab 54: Penjaga di Gerbang
56 Bab 55: Ujian di Dalam Kuil
57 Bab 56: Pertanda dari Kegelapan
58 Bab 57: Diagnosis di Tengah Kegelapan
59 Bab 58: Jejak di Gunung Kabut
60 Bab 59: Pertemuan dengan NIKHATIE
61 Bab 60: Ilusi Pribadi: Ujian yang Memecah Kelompok
62 Bab 61: Pertempuran dengan NIKHATIE
63 Bab 62: Kebangkitan Kegelapan
64 Runtuhnya Langit
65 Perjalanan Menuju Kuil Kuno
66 Penemuan Kunci Fragmen
67 Konflik Moral dan Pilihan Taktik
68 Langit Runtuh
69 Kunci Kegelapan dan Teka-Teki Tanpa Jawaban
70 Pertemuan dengan Sirius, Penjaga Kuno
71 Teka-Teki yang Membingungkan dan Kocak
72 Peningkatan Ancaman yang Tidak Terduga
73 Keputusan yang Menjulang
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab 1: Kilau Awal Seorang Magang
2
Bab 2: Jejak Kehidupan Zhenz
3
Bab 3: Cahaya Keterampilan Abadi
4
Bab 4: Dendang Keterampilan Baru
5
Bab 5: Ketukan Kehidupan yang Berubah
6
Bab 6: Harmoni Dalam Keterampilan
7
Bab 7: Langkah Dalam Kegelapan
8
Bab 8: Krisis Kesehatan dan Nocturna Mortis
9
Bab 9: Pertarungan Melawan Nocturna Mortis
10
Bab 10: Cahaya Identitas Terbuka
11
Bab 11: Pesona Kisah Sejati
12
Bab 12: Purnama Baru yang Terbit
13
Bab 13: Keputusan di Persimpangan Jalan
14
Bab 14: Terbangun dari Kegelapan
15
Bab 15: Rintangan dan Ujian Baru
16
Bab 16: Persembahan untuk Kehidupan
17
Bab 17: Pertarungan Dalam Diri
18
Bab 18: Membuka Pintu Baru
19
Bab 19: Titik Balik Keputusan
20
Bab 20: Pencerahan Dalam Kegelapan
21
Bab 21: Tersentuh oleh Setiap Kehidupan
22
WORO WORO
23
Bab 22: Memori yang Tersembunyi
24
Bab 23: Jejak yang Hilang
25
Bab 24: Jejak Pesan Moral
26
Bab 25: Mendalamnya Ingatan yang Tersimpan
27
Bab 26: Transisi ke Masa Lalu
28
Bab 27: Flashback ke Momen-Momen Penting dalam Hubungan
29
Bab 28: Epiphany dari Dalam: Mendalamnya Filosofi dan Pesan Moral
30
Bab 29: Keberanian untuk Melangkah Maju
31
Bab 30: Mengarungi Badai Pasir
32
Bab 31: Terpisah oleh Badai Pasir
33
BAB 32 Isyarat di Tengah Kekacauan
34
Kegelapan yang Terungkap
35
Antara Dua Dunia
36
Penjaga Gerbang Takdir
37
Cahaya di Ujung Lorong
38
Awal Kehidupan Baru
39
Ujian Pertama Keseimbangan
40
Kegelapan Menyusup
41
Jejak di Balik Kristal
42
Bab 41: Diagnosis yang Tidak Dikenal
43
Bab 42: Pengaruh Energi di Dunia Medis
44
Bab 43: Pencarian di Dalam Kegelapan
45
Bab 44: Fragmen Keempat di Dasar Laut
46
Bab 45: Makhluk Penjaga Fragmen
47
Bab 46: Pintu ke Dunia Kultivasi
48
Bab 47: Dunia di Balik Gerbang
49
BAB 48: Napak Tilas
50
BAB 49: Jejak Keseimbangan yang Retak
51
BAB 50: Pohon Energi yang Hilang
52
BAB 51: Serangan dari Masa Lalu
53
Bab 52: Perjalanan ke Kuil Hening
54
Bab 53: Perangkap Ilusi Konyol
55
Bab 54: Penjaga di Gerbang
56
Bab 55: Ujian di Dalam Kuil
57
Bab 56: Pertanda dari Kegelapan
58
Bab 57: Diagnosis di Tengah Kegelapan
59
Bab 58: Jejak di Gunung Kabut
60
Bab 59: Pertemuan dengan NIKHATIE
61
Bab 60: Ilusi Pribadi: Ujian yang Memecah Kelompok
62
Bab 61: Pertempuran dengan NIKHATIE
63
Bab 62: Kebangkitan Kegelapan
64
Runtuhnya Langit
65
Perjalanan Menuju Kuil Kuno
66
Penemuan Kunci Fragmen
67
Konflik Moral dan Pilihan Taktik
68
Langit Runtuh
69
Kunci Kegelapan dan Teka-Teki Tanpa Jawaban
70
Pertemuan dengan Sirius, Penjaga Kuno
71
Teka-Teki yang Membingungkan dan Kocak
72
Peningkatan Ancaman yang Tidak Terduga
73
Keputusan yang Menjulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!