Setelah menghubungi seseorang lewat Hand Phone mewah miliknya, Anggara langsung memasuki mobilnya dan melesat di jalur kota. Keramaian pun memenuhi sepanjang perjalanan. Tiap ruas jalan dipenuhi kendaraan roda dua dan roda empat yang berlalu lalang, bahkan truk-truk pengangkut barang mulai menambah kepadatan jalan, ditambah lagi para penjual makanan dan beraneka jajanan yang menyajikan berbagai menu dari Sabang sampai Merauke, bahkan menu-menu baru yang digandrungi anak-anak muda jaman sekarang, pecinta makanan dari negeri K-Pop yang sudah mulai cocok di lidah kaum milenial Indonesia.
Indonesia memiliki budaya yang terbuka, inilah yang memudahkan segala bentuk pengaruh mudah masuk dan mempengaruhi pola hidup kaum muda dengan mudah.
Kondisi ini tentu ada keuntungannya ada pula kekurangannya. Di sinilah kesadaran seluruh warga masyarakat untuk menyaring dan menentukan budaya mana yang layak ditiru dan diikuti, atau budaya mana yang harus cukup diketahui saja.
Anggara sering dipusingkan dengan kelakuan teman-teman kampusnya yang sering meniru gaya luar negeri yang dipandang kebablasan. Gaya rambut yang nyeleneh, kalau sekedar dicat warna-warni Dia masih maklum, atau memanjangkan rambut pria sampai atas bahu Dia juga setuju karena itu memang gayanya setelah menjadi mahasiswa. Rasanya sudah terlalu lama sejak Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dengan rambut ikal tapi dipotong gaya Mandarin, ada rasa tidak sreg saja ketika melihat teman-temannya dengan mode Mandarin rata-rata berambut lurus. Gaya rambut yang mulai trend dan mengganggu jalan fikirnya adalah gaya rambut model tentara Romawi pada masa perang ekspansi wilayah Eropa dan sekitarnya. Tipis bagian kanan dan kiri bahkan ada yang sampai kulit kepalanya terlihat dengan jambul panjang pada bagian tengah kepala, memanjang dari dahi sampai belakang kepala, lalu diatur sedemikian rupa agar berdiri dan dicat warna-warni. Bahkan ada beberapa temannya yang sudah dicat warna-warni, dibuat pula lancip di beberapa bagian, diujung runcingnya dicat warna keemasan atau warna perak mengkilap. Lebih unik lagi mereka yang sudah mulai memakai anting tempel di telinga dan bibir.
Sudah beberapa kali kelompok kajian kerohanian membahas masalah modernisasi kebablasan di kampus ini, tapi hasilnya belum terlihat, karena kebanyakan yang mau mengikuti kajian adalah kelompok rohani yang nota benenya hidupnya di area benar dan di zona aman hampir tanpa cela. Untuk mengajak kelompok kebablasan ini masih memerlukan ide brilian yang bisa diterima tanpa disadari dan perubahan sikap yang wajar sedikit demi sedikit, walau pun ini bukan perkara gampang fikir Anggara.
Setelah cukup lama, sekitar 20 menit berjibaku dengan stir mobilnya, sampailah dia di depan gerbang sebuah rumah yang tergolong mewah jika dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya. Dibunyikannya klakson mobil agar pintu gerbang di buka oleh satpam komplek rumahnya.
Satpam berlari dari arah bangunan di sebelah kiri rumah yang cukup mewah tersebut. Dibukanya pintu gerbang dengan menarik gerbang ke arah samping.
"Silahkan masuk Den." kata Pak Satpam sambil membungkukkan badan dan tangan memegang pintu gerbang.
"Terima kasih, Pak." Jawab Anggara sopan tanpa protes dengan sebutan Pak Satpam yang menyebutnya "Den" Sudah lelah Dia mengingatkan satpam untuk menyebut nama saja, tapi tidak digubrisnya, apalagi setelah peristiwa hari ini.
Terpaksa Anggara meninggalkan Fany di rumah sakit karena tubuhnya butuh istirahat. Sudah tiga hari Dia kurang tidur bahkan hampir tidak tidur karena mempersiapkan kegiatan kuliah umum tadi siang yang sebelumnya diadakan kegiatan pekan kreatif mahasiswa. Dari acara pentas seni sampai pada pameran karya mahasiswa tiap prodi dan jurusan, bahkan bagi mereka yang kreatif ada yang menampilkan karya mandiri dengan berbagai kreasi menarik.
Anggara tidak mahir bermain alat musik, tapi suka dengan musik, gabung pula di grup musik walau hanya bagian teknisi. Salah satu Keahliannya memang di bidang ekektronik. Ini lah yang memudahkan Dia masuk diberbagai kelompok dan acara. Sebaik apa pun acara dipersiapkan, ujung tombaknya adalah saat pementasan, dan di sinilah teknisi sound sistem sangat diperlukan. Bahkan menurut seorang penda'i wanita berpendapat sebuah acara sukses atau tidaknya ditentukan oleh sound sistem, sampai pada level 87 persen acara dikatakan sukses jika sound sistemnya mumpuni.
Anggara menyerahkan kunci mobilnya kepada satpam setelah satpam menutup kembali gerbang. Dengan langkah gontai memasuki rumah sambil tak lupa mengucap salam singkat lalu melangkahlah Dia menuju kamarnya.
"Waalaikumus Salam, Kak Ang, cuci kaki dulu, wudhu, sholat, Ibu khawatir nanti tidak ada yang berani membangunkanmu." Ucap Ibu sambil menghampiri Anggara dan menunggu reaksi putranya.
"Nanti Bangunkan Aku saat Ibu sholat malam ya." Pinta Anggara kepada ibunya, sekaligus jawaban atas pertanyaan Sang Ibu.
"Baiklah, tapi nanti kalau Ibu bangunkan dengan paksa jangan marah ya." Sambung ibu menanggapi putranya. Dijawab dengan anggukan kepala putranya yang melangkah memasuki kamarnya. Setelah pintu ditutup ibunya, Anggara langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur. Walau selintas bayangan seorang gadis mengganggu ingatannya, namun tubuhnya sudah terlalu lelah hingga tidak sempat berfikir lain kecuali tidur. Tidak membutuhkan hitungan menit, Anggara sudah berada di alam mimpi.
Sementara di rumah sakit, Fany sudah sadar dari tidurnya yang cukup panjang, efek dari obat fikirnya. Dia maklum ketika tidak ada seorang pun yang menungguinya, Dia sudah terbiasa di situasi dan kondisi seperti ini. Toh nanti juga sehat lagi, hiburnya pada diri sendiri. Dicobanya bangun dari pembaringan, dengan susah payah akhirnya Dia dapat bangun lalu beringsut kebelakang, dan duduk bersandar pada bantal yang ditata sedemikian rupa agar mampu menopang tubuhnya.
Rasa haus menyeruak, namun Dia belum cukup kuat untuk bangun sekedar mengambil segelas air bening dari nakas. Dicarinya Hand Phone miliknya, biasanya kalau Dia mengalami serangan jantung ringan yang kadang menyerang, maka tas ranselnya disimpan di dekat bantalnya, di tas itulah biasanya Hand Phone disimpannya. Namun kali ini tasnya tidak ada di dekat bantalnya, terpaksa Dia menghubungi perawat dengan menekan tombol khusus yang ada di dekatnya.
"Hallo, Dek Fany, Alhamdulillah sudah bangun. Nyari tas ini ya." Sapa Perawat sambil menyodorkan tas ransel milik Fany.
"Iya Sus, tapi maaf tolong ambilkan air, masih lemas, belum kuat bangun." Pinta Fany kepada perawat.
Perawat itu lalu mengambilkan gelas air dan membuka tutupnya lalu menyerahkan segelas air itu untuk diminum oleh Fany. " Pelan-pelan ya minumnya, khawatir tersedak." Nasihat perawat pada Fany. Air pun diteguk perlahan oleh Fany sampai tandas isinya. Gelas diserahkan kepada perawat sambil tak lupa mengucapkan terima kasih.
Setelah perawat menyimpan gelas di atas nakas, Dia melanjutkan memeriksa kondisi Fany sambil mengobrol sekitar peristiwa yang menyebabkan Fany kembali dirawat di rumah sakit.
"Maaf, Sus, Suster tahu Bagaimana kondisi Ayah Saya." tanya Fany di sela obrolannya dengan perawat itu.
"Maaf, ya, sementara Saya belum tahu, nanti Saya coba cek dengan mencari informasi di bagian lain ya, sabar dulu, insya Alloh Ayahmu baik-baik saja, tadi waktu Saya membawa Fany ke ruangan ini Saya lihat Ayah sudah ditangani dokter." Jelas perawat sambil menenangkan Fany.
"Saya tuh gak habis fikir sama Kamu Fan, mengapa kalau Kamu sakit tidak mau ditunggui Kak Ang mu itu. Padahal kurang baik apa Dia padamu." kata Perawat sambil senyum-senyum menggoda Fany sekedar menghibur mungkin
"Enggak Ah,, Fany takut diapa-apain. Kan Fany tidak bisa nolak kalau Fany sedang tidak sadar." jawab Fany sekenanya.
"Setahu Saya, Kak Ang mu itu gak pernah ngapa-ngapain kamu deh,, bahkan Dia menyentuhmu kalau membantu mu bangun atau sekedar salaman. Kayaknya tidak setiap kamu di rawat juga Dia bisa sekedar bersalaman. Memangnya Kak Ang mu itu jahat?" Ledek Perawat itu lagi.
"Kak Ang itu baikkkkk,, bahkan terlalu baik, makanya tubuhku yang lemah ini tidak layak untuk sekedar disentuh orang sekuat Dia. Ah sudahlah,,,, Sus, Saya kok lapar ya. apa gara-gara ngomongin Kak Ang ya." kata Fany sambil memegangi perutnya.
"Iya deh,, makan dulu, biar siap menghadapi kenyataan jika Kak Ang mu itu digaet putri kamus yang cantik jelita dan penuh pesona, ditambah lagi dengan bodynya yang persis biola spanyol, hihihi" Canda perawat sambil menyerahkan makanan dengan menu komplit tersaji pada wadah yang khas rumah sakit.
"Terima kasih, Suster bawel nan baik hati, tidak sombong, rajin menabung pula. Eh, Suster naksir gak sama Kak Ang?" dibalasnya candaan perawat itu oleh Fany.
Tidak disangka oleh Fany, perawat itu langsung menghentikan aktifitas membuat catatan kesehatan Fany. Lalu menghampiri Fany dan berkata "Memang boleh Saya naksir Kak Ang mu itu?, emang Kamu tidak cemburu?, memang Kamu mau punya Kak Sus sepertiku?" Sambil tertawa renyah dan menekankan suara pada kata "Kak Sus" tentu saja keduanya tertawa bersama. Selanjutnya masing-masing sibuk dengan aktivitasnya.
Setelah Fany selesai makan, Perawat itu pun membereskan tempat makan dan minum yang telah selesai digunakan oleh Fany, tak lupa diselingi canda-canda kecil untuk menghibur Fany.
"Fan, sering-sering deh kamu kumat, biar Sus punya teman lembur. Ini sebenarnya Saya gak ada jadwal lembur, tapi begitu tahu Kamu dirawat, Saya meminta teman yang jadwal hari ini lembur untuk gantian lembur besok. Ketika Saya bilang alasannya Kamu dirawat, Alhamdulillah teman yang hari ini seharusnya lembur mau tukaran hari" kata Perawat sambil menarik kursi dari kolong ranjang rumah sakit.
"Sus, terima kasih banyak, pokoknya banyak banyak tak terbatas jumlahnya, Suster mau merawat dan menemani Saya setiap kali Saya dirawat. Maaf sering merepotkan Suster ya.." Kata Fany sambil meraih tangan Perawat itu dan meremasnya berulang kali
"Kamu mau tahu enggak, mengapa Saya sering menemani Kamu ketika dirawat?" Tanya perawat itu
"Memang mengapa Sus, kasihan kali ya lihat cewek jelek buruk rupa, tidak berdaya pula." Sahut Fany diselingi canda.
"Bukan Fan,,," Jawab Perawat serius.
Fany pun tidak berani lagi bercanda, lalu dengan antusias Fany berkata "Ceritain dong,,, memang karena apa Sus?" tanya Fany.
"Kamu ingat peristiwa kecelakaan jalan raya yang ada jalur kereta di lintasan kereta dekat kampusmu lima tahun yang lalu?" Tanya perawat itu.
Fany mengingat-ingat peristiwa itu dan terlintas dalam ingatannya seorang gadis cantik berjilbab berseliweran di berita hampir di setiap stasiun televisi karena menjadi korban kecelakaan, terlindas kereta saat menyebrangi lintasan kereta api tetapi mobil yang dikendarainya macet di tengah rel dan tidak bisa keluar dari mobil karena menurut penjelasan keluarganya mempunyai riwayat jantung. Diprediksi gadis itu panik dan mengalami serangan jantung ketika mobil yang dikendarainya macet di lintasan kereta.
"Iya, Aku Ingat, memangnya mengapa?" Tanya Fany penasaran
"Dia, yang jadi korban kecelakaan itu adalah Kakakku." Sambil menundukkan kepala dan tak mampu menahan suara isakannya.
"Ya Alloh,,, " Tanpa sadar Fany pun ikut menangis tertahan. Baginya sedih boleh tapi menangis tidak boleh, karena itu akan berakibat fatal pada jantungnya. Bahkan tertawa pun tidak boleh jika sampai terbahak, karena itu akan menyebabkan kerja jantung terlalu keras.
"Suster tenang saja, Aku sendiri sering mikir paling juga Aku mati esok, lusa, atau sebentar lagi,, tapi nyatanya sampai hari ini Aku masih hidup. Kadang malah mikir yang aneh gitu,, kayaknya kalau Aku mati sekarang-sekarang dosaku belum kebanyakan,, kan Aku belum pernah nih punya pacar, belum pernah nyakitin orang, belum pernah dipegang-pegang, yang paling-paling ngerepotin orang-orang yang ngerawat Aku,,, semoga siapa pun yang pernah merawat Aku mendapatkan kebaikan dalam kehidupannya, kesehatan yang sempurna, dan kebahagiaan dunia akhirat " Kata Fany sambil menerawang ke atas langit-langit.
Keduanya pun berpelukan, saling menghibur dan menguatkan. Setelah dirasa Fany sudah tenang dan mulai bereaksi obat yang diminum setelah makan tadi, Perawat itu membantu Fani mengatur posisi Fany agar nyaman untuk tidur.
Perawat itu memandangi Fany dari pintu kamar sampai tidak sadar ada seorang pemuda bergegas pergi ketika perawat itu hampir sampai di pintu kamar rawat inap Fany.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments