Kasat mata

#Berjuang tidak hanya berperang dengan pedang, menjauhi kemiskinan adalah perjuangan yang nyata# Kaya raya bukan target,,,tapi hidup harus cukup dengan sandang, pangan, papan, dan pendidikan...

Hamid, sang sopir yang mengemban tugas berat dari majikannya itu melangkahkan kaki menyusuri gang sempit menuju jalan raya, lamat-lamat terdengar anak-anak sedang bercanda ria di depan sebuah mushola pinggir gang. Dia mendongakkan kepalanya ke atas sambil istighfar berulang kali "Astaghfirullah, Astaghfirulloh, Astaghfirulloh,, Ya Alloh, ampuni hamba yang sering lalai dengan kewajibanku." Kakinya pun melangkah memasuki mushola lalu berjalan ke arah samping kiri mushola untuk mengambil air wudhu.

Dibasuhnya kedua tangannya, dinginnya air menjalar dari tangan ke sekujur tubuh mengendurkan syaraf-syaraf yang tegang karena bekerja seharian, menghadapi berbagai masalah yang muncul setelah Tuan Mudanya pulang dari Amerika.

Ditunaikannya tiga rakaat, seraya memanjatkan doa meminta perlindungan dan petunjuk Alloh atas segala hal yang dialami dalam kehidupannya.

Selepas Sholat Maghrib, Dia melanjutkan langkahnya lalu membuka aplikasi untuk memesan ojek online. sesaat ketika menunggu ojek online, suara panggilan HP terdengar, diambilnya HP dari saku bajunya dan selintas melihat layar tertera nama Tuan Muda. "Ya, Tuan Muda, apa yang harus Saya kerjakan, motor, jaket, dan helm sudah aman." Lapornya

"Sepatuku tidak kau bawa hah!" Bentaknya, "Ceroboh Kamu Hamid, jangan salahkan jika malam ini juga Kamu di pecat atas kecerobohanmu!" Lalu panggilan itu diputuskan oleh Devan, setelah panggilan berakhir maka secepat kilat sepatunya pun di lepas lalu di masukkan ke dalam tong sampah. Sejurus kemudian ojek online yang dipesan pun tiba lalu Hamid berkata "Taman kota, gas pol Jek!" pinta Hamid kepada si pengendara ojek online tersebut.

Setelah sampai di taman kota dia meminta ojek online untuk menunggunya di pinggir jalan sementara Hamid kembali ke tempat bertemu dengan Tuan Mudanya, dicarinya sepatu majikannya tetapi sudah tidak ada di tempat semula, Dia melanjutkan pencariannya dengan membuka beberapa tempat sampah di sekitar taman, namun hasilnya nihil. Dia mematung dan berbisik "Ya Alloh, tolong hamba,, " berulang kali Dia menggumam dan dengan lirih Dia membaca kalimat-kalimat penyerahan pada penciptanya, dilantunkan pula sholawat atas nabinya "Allohumma sholli 'Ala Muhammad.." Berulang kali sampai tak terhitung jumlahnya.

Tanpa putus asa dicarinya sepatu Tuan Mudanya ke semak-semak namun tidak juga ketemu. Lelah melanda, tubuhnya mulai bereaksi menegang, kepalanya mulai panas, emosi pun mulai menguasai. Gejolak di tubuhnya sudah tidak baik-baik saja, maka Dia pun berjalan ke bangku taman untuk duduk guna menenangkan dirinya. Tubuhnya didtarik ke depan, tangannya menyangga beban tubuhnya dengan cara memegang pinggir bangku kuat-kuat, kepalanya menunduk, sementara kakinya menjulur ke bawah bangku taman. Dadanya tersentak kaget ketika kakinya menyentuh sesuatu, Dia pun terlonjak dan langsung mengambil sikap jongkok melihat kolong bangku taman. Sejenak matanya pun mengerjap untuk memastikan apa yang dilihatnya, setelah memastikan penglihatannya benar maka diambillah benda itu yang ternyata adalah sepatu Tuan Muda. Tanpa berfikir panjang diambilnya sepatu itu dan lari menuju kran air yang biasa digunakan untuk cuci tangan pengunjung taman, tadi ketika mencari sepatu Tuan Muda sempat melewati beberapa tempat cuci tangan. Dicucinya sepatu tuannya, Dia tidak mau ada kesalahan lagi, tak lupa Dia pun mencuci kakinya, lalu dalam kondisi basah sepatu itu dipakainya.

Dengan cepat Dia berlari menuju ojek online yang setia menunggunya. Dia langsung duduk di jok roda dua itu dan meminta ojek mengendarai dengan cepat. Dia tepuk bahu ojek sebagai tanda agar maju dan melesat cepat. Baru saja motor dinyalakan terdengar teriakan dari arah bangku taman yang tadi Hamid duduki, "Hai, itu sepatuku, hai,, awas ya, tinggalkan sepatu itu, itu milikku..." Seorang pemuda berlari tanpa memperhatikan sekitar hingga tak sadar turun dari trotoar taman dan tersungkur jatuh di belakang motor yang dikendarai ojek. Ojek pun dengan sigap langsung tancap gas keluar dari area taman kota.

Setelah merasa aman, Hamid mengambil HP lalu membuka layar ternyata panggilan dari Tuan Muda sudah tertera 25 kali, Dua lupa tadi ketika masuk mushola HP di mode getar. Hamid mengetik pada aplikasi biru dengan kata yang singkat karena posisinya sulit untuk mengetik banyak kata. "Sepatu aman, apa tugas Saya berikutnya."

Dert....

Layar HP Hamid berkedip, lalu di baca pesan singkat Tuan mudanya, "RS Kita." setelah membaca pesan singkat itu Hamid berkata setengah berteriak kepada ojek online itu "Arah RS Kota!" ojek pun melaju dengan cepat menuju alamat yang disebutkan penumpangnya.

"Ini tipsnya." Kata Hamid kepada ojek itu

"Terima kasih banyak Mas,," Sambil menerima tips dari Hamid yang berlari meninggalkan ojek itu. "Mas, mas, itu,, " teriak ojek sambil bangun dari jok motornya mengejar Hamid.

"Tipsnya kurang?" Sambil merogoh saku celananya.

"itu, maaf, helmnya Mas,.."

Hamid melepas helmnya dengan tergesa-gesa sehingga pengait helm tidak dapat di bukanya. Pengendara ojek menghampirinya dan membantu Hamid melepas helm sambil senyum-senyum. "Sayangnya yang saya lepasin helmnya laki-laki, coba kalau cewek cantik, mungkin tips hari ini sempurna." Gumam pengendara ojek.

Hamid pun tak kuasa menahan tawanya, Ya Alloh,, dunia ini memang panggung sandiwara, bisik Hamid dalam hati. Dilihatnya aplikasi hijau dan diketuklah nomor Tuan Muda yang sudah mengirim lokasi keberadaannya. Setengah berlari Hamid menuju Tuan Mudanya. "Bagai mana Tuan Muda?"

"Sudah ku bilang, jangan sebut Tuan Muda. Kita seumuran." Dengan suara penuh tekanan Devan berkata kepada Hamid

"Baaaik Tuan eh, Mas,..." terbata-bata Hamid mencari sebutan yang pas untuk Tuan Mudanya.

"Panggil Evan!" Bentak Devan

"Saya tidak berani, itu sebutan Abah pada Tuan Muda." Kata Hamid sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan membungkuk, tanda meminta maaf dan tidak sanggup melakukan perintah Tyan Muda.

"Bukannya Hamid juga nama Abah,,, apa bedanya Kamu dengan Abah hah!" Bentak Tuan Muda.

"Ba.aik, Devan saja ya Tuan Muda?" Tanya Hamid meminta persetujuan Tuan Muda.

"Hm,,, " Jawab singkat Devan lalu menarik baju memposisikan Hamid agar berdiri di sampingnya.

"Kamu lihat orang itu?" Tanya Devan sambil memberi kode dengan mengeringkan matanya ke arah kanan. Hamid mengarahkan pandangan ke arah yang dituju Devan.

"Cantik." Bisik Hamid, sontak membuat Devan melototi Hamid dan menghadapkan tubuhnya ke Hamid lalu meninju dada Hamid sampai hampir saja Hamid terjerembab mengenai mobil di area parkir mobil RS itu kalau Devan tidak menarik lengan bajunya.

"Matamu dipiara hah!, dua mobil dari sini"

bisik Devan ditelinga Hamid sambil kembali mengerlingkan mata ke arah mobil yang dituju Devan

Ternyata keributan Devan dan Hamid menarik perhatian gadis berbaju putih-putih berjilbab rapi dan dilengkapi benda pipih yang tergantung di lehernya atribut perawat RS itu. Gadis itu senyum-senyum dan berkata. "Maaf ya Mas-mas, jangan bertindak tidak senonoh dilingkungan rumah sakit, jika sampai terekam CCTV dan terdeteksi identitas mas-mas ini berbahaya lho. Pemilik RS ini tabu jika ada yang neko-neko walau sekedar pengunjung."

"What,...!" Teriak Devan tertahan karena mulutnya ditutup oleh tangan kekar Hamid.

"Maaf Mbak,, ini bukan lagi adegan mesum Mbak, tapi sedang berebut mau kenalan dengan Mbaknya." Kata Hamid, tentu saja membuat gadis di sebrang mobil tersenyum simpul malu-malu tapi mau. Hamid pun berinisiatif mendekati gadis itu dan mengulurkan tangan dan menyebut namanya, tentu saja nama Abahnya. Jika nama aslinya tentu akan membuat masalah baru di kehidupan rumah tangganya yang baru dibangun tiga bulan lalu.

Gadis itu pun menyambut uluran tangan Hamid dengan senyum dikulum dan menyebut namanya dengan lembut "Ani." Singkat gadis itu menjawab.

Setelah gadis itu menyebut namanya, Hamid melepaskan jabatan tangannya dan permisi dari hadapan hadis cantik berjilbab itu.

"Gusti,, cobaan apa lagi yang harus Hamba alami,, " Keluh Hamid di hadapan majikannya.

"Jamu ikuti mobil itu, dan cari tahu identitas lengkap pemiliknya, Faham!"

"Gadis cantik tadi?" Kata Hamid dengan nada prustasi "Mengapa tidak ditanyakan tadi sekalian Devan!" Lanjutnya

"Hamid! Dua mobil dari sini!" kata Devan penuh tekanan tepat di telinga Hamid lalu melempar kunci mobilnya dan tidak memperdulikan Hamid.

"Hai,, bagaimana cara Kamu pulang?" Tanya Hamid sambil mengatur nada bicaranya.

"Aku tidak akan pulang! Sudah sana pergi nanti gagal misimu, mau Kamu dipecat hah!" Bentak Devan

"Tunggu Aku di RS ini, jangan ke mana-mana, Aku akan menjemputmu" jawab Hamid sambil memasuki mobil majikannya

Matanya langsung fokus pada mobil yang dituju oleh Devan dan mengikutinya dengan menjaga jarak. Baginya tugas ini hal yang biasa dilakukan setelah bekerja di istana megah itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!