Chapter 4 : Duo Nico

Eylaria masih duduk sendirian di kursinya, kakinya masih terasa lelah setelah seharian menggunakan high heels. Matanya menatap pantai yang berombak di kegelapan malam, tenang menghanyutkan. Acara sudah selesai dua puluh menit yang lalu, hanya menyisakan para staff yang membersihkan sisa acara.

Dave?

Eylaria menyuruhnya untuk kembali ke kamar terlebih dahulu untuk beristirahat karena pacarnya itu mengeluh bosan dan mengantuk. Eylaria memakluminya, karena Dave baru tiba tadi siang dan ia yang meminta Dave untuk hadir di pernikahan Nicole, bahkan besok pagi Dave sudah harus kembali ke Jakarta karena mengurusi pameran

salah satu clientnya.

Eylaria melepaskan alas kakinya, berniat berjalan dengan telanjang kaki menuju kamarnya, tapi ia dikagetkan dengan kehadiran Arlo yang sudah berdiri di sampingnya.

“Kau mengagetkanku saja…,” Omel Eylaria yang menatap kesal pada Arlo.

“Mau jalan-jalan sebentar?” Tanya Arlo tanpa basa basi.

“Ke sana…,” Arlo menunjuk pantai, menjawab Eylaria yang menatapnya bingung.

Dan di sinilah Eylaria melangkah, berjalan bersampingan dengan Arlo yang juga membuka alas sepatunya di tepi pantai. Eylaria memeluk dirinya sendiri, rasa dingin menusuk karena angin pantai yang bertiup. Ia mempercepat langkahnya agar bisa berada di depan Arlo.

“Apa ada yang ingin kau bicarakan?” Tanya Eylaria berhenti di hadapan pria tampan dengan tuksedo biru navy itu.

Arlo melepaskan jasnya, menyampirkannya ke tubuh kecil Eylaria dengan lembut. Wanita itu tidak menolak karena memang ia membutuhkannya sejak tadi. Arlo memperhatikan riasan Eylaria malam itu, meskipun dengan pencahayaan yang minim, ia bisa melihat polesan cantik di wajah lelah wanita galak itu.

Eylaria memang tampak cantik malam itu, dengan riasan simple, rambutnya dicepol terangkat ke atas dan dress peach muda, membuatnya terlihat sangat cantik, manis dan sesuai kata Nicole, sedikit seksi karena memperlihatkan jenjang leher dan bahunya yang terbuka.

“Tidak ada, aku hanya ingin berjalan-jalan, dan ku lihat kau senggang…,” Jawab Arlo asal.

Eylaria menghela nafas kesal, tapi ia juga sejak tadi ingin berjalan-jalan ke tepi pantai, meskipun kakinya terasa lelah, hanya saja ia malas berjalan sendirian. Jadi saat Arlo mengajaknya, ia tidak menolak.

Arlo dan Eylaria tidak banyak bicara, hanya berjalan sembari memperhatikan gelungan ombak air laut.

Cekrekkk…

Dari jauh seseorang mengabadikan foto mereka dan mengirimkannyakepada Nicole, siapa lagi jika bukan Nicolas yang sedang tersenyum-senyum melihat Arlo mendekati Eylaria. Meskipun tahu wanita itu sudah punya pacar,

tapi jodoh tidak ada yang tahu bukan?

“Ku kira kau tidak akan datang ke pernikahan Nicole…,” Ucap Eylaria memecahkan  keheningan.

“Mana mungkin, dia akan mengamuk 7 hari 7 malam jika aku tidak hadir…” Jawab Arlo tersenyum.

“Kau bahkan mengirimkan karangan bunga dan hadiah yang besar…”

“Special untuknya…, dia selalu unik…,” Eylaria menggangguk-anggukkan kepalanya, setuju dengan Arlo, sahabatnya memang special dan unik.

Drrttt… Drrrtttt… Drrttt…

Arlo mengambil handphone di sakunya yang bergetar, tertera nama Nicolas di sana.

“Ada apa Nico?” Tanya Arlo segera.

“Nicole menawarimu menginap dua malam lagi di sini, apa kau tertarik?”

“Tidak, besok kita sudah harus…,”

“Wanita di sampingmu juga akan di sini hingga dua hari ke depan. Sebagai info tambahan, tanpa pawangnya,” Potong Nicolas tanpa ragu dan memberi tekanan pada kata ‘pawang’, tentu saja maksudnya adalah Dave.

“Oke, Deal!” Jawab Arlo dengan cepat mengerti dan terdengar tawa cekikian Nicolas di sebrang sana.

“Oke Boss, penerbanganmu besok pagi memang belum diproses dan jadwalmu dua hari ke depan sudah dikosongkan.”

“What? Apa kau…, ohhh…, I see…,” Jawab Arlo seketika sadar alasan Nicole bertanya jadwalnya setelah hari pernikahannya adalah meminta Nicolas untuk mengosongkannya dan ternyata dua saudara itu bekerja sama untuk membuatnya tinggal lebih lama di sana.

Arlo tersenyum geli, tidak menyangka jika ia akan dikerjai Duo Nico itu.

“Ada apa?” Tanya Eylaria.

“Tidak, hanya pekerjaan…,”

“Oh, apa besok kau sudah kembali ke Jakarta?”

“Tadinya yaa…, tapi…, karena masih ada yang harus ku kerjakan di sini, jadi diundur dulu.” Jawab Arlo tidak mungkin mengatakan yang sejujurnya.

“Hmm… Ku rasa kita juga sudah harus kembali, sudah terlalu larut.”

Arlo mengantarkan Eylaria menuju ke kamarnya, yang ternyata bersebelahan dengannya. Siapa lagi yang sengaja melakukannya jika bukan Nicole yang sangat niat menyatukan mereka berdua.

“Ini jasmu… Terima kasih…,” Ucap Eylaria dengan sopan.

“Hmm, selamat beristirahat…,” Pamit Arlo menerima jasnya dan melangkah ke pintu kamarnya.

Pukul 6 lagi, Arlo yang memang terbiasa disiplin berolahraga sudah bersiap-siap dengan pakaian joggingnya. Matanya menangkap seorang wanita dan pacarnya saat ia melewati lobby.

Eylaria sedang memeluk Dave dengan manja sebelum Dave menaiki taksi yang akan mengantarnya ke bandara.

“I will miss youuu...,” Rengek Eylaria dengan manja.

“Aku jugaaa... See you di Jakarta, soon...,” Janji Dave lalu memberikan kecupan di kening Eylaria.

Eylaria melambaikan tangannya hingga taksi yang ditumpangi Dave hilang dari pandangannya, melihat kemesraan itu ada sedikit rasa tidak suka yang Arlo rasakan.

“Heiii, mau jogging atau sarapan bersama?” Tanya Arlo mendekat dan menyapa Eylaria.

“Heiii, hmm, aku rasa tidak. Aku akan kembali ke kamar dan mau lanjut tidur, semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak...,” Jawab Eylaria menolak.

“Baiklah... Aku akan jogging dulu.” Pamit Arlo kemudian meninggalkan Eylaria yang juga segera melangkah menuju lift.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.45, Nicole dan suami yang baru saja menghabiskan malam pertama pernikahan mereka, berjalan menghampiri sebuah meja restaurant di yang terletak di dalam resort.

“Hey, kalian sudah start duluan?” Protes Nicole pada Nicolas dan Arlo yang sedang duduk di sana dan sarapan.

“Kalian saja yang kesiangan…,” Jawab Nicolas.

“Apa Ey sudah turun?” Tanya Nicole pada Nicolas.

“Gue belum lihat dia dari tadi…,”

“Dia mengantar pacarnya ke lobby tadi pagi-pagi sekali…,” Sambung Arlo dengan santai sambil menyeruput kopi hitamnya.

“Loe ketemu dia?” Tanya Nicole menatap dengan curiga.

“Kebetulan pas gue pegi jogging.”

“Owhh…,” Respon Nicole dengan sengaja dan saling memberi kode dengan Nicolas yang juga memperhatikan perkembangan kedekatan Arlo dan Eylaria.

“Itu Ey…,” Ujar Nicolas.

Eylaria sedang berjalan menuju meja di mana ke empat temannya berada. Ia berjalan dengan suntuk, matanya terlihat mengantuk, sesekali menguap. Arlo tersenyum melihatnya, seperti anak kecil saja.

“Loe kurang tidur lagi?” Tanya Nicole saat Eylaria menarik salah satu kursi di meja mereka.

“Hmm…, semalam gue baru tidur jam 2 dan bangun lagi jam 5 untuk nemenin Dave packing terus nganterin dia ke lobby. Setelahnya gue cuma baringan dan menulis. Ahhh, padahal gue mau nyantai di pantai…,” Jawab Eylaria dengan santai dan tidak menggunakan bahasa formal, tanpa memperdulikan kehadiran Arlo yang masih orangasing baginya itu ikut mendengarkan.

“Loe ngapain semalem? Pasti manfaatin moment ya? Pas lagi di Bali, sekamar, seranjang lagi sama Dave…” Ceplos Nicole dengan sengaja, ingin melihat reaksi Arlo.

Nicolas menahan tawa, ia yang sudah terbiasa sehari-hari dengan Arlo tentu tahu sedikit saja perubahan raut wajah atau bahasa tubuh Arlo, dan sekarang Bossnya itu sedang mengepalkan tangannya, rahangnya sedikit mengeras, meskipun raut wajahnya terlihat tenang. Sepertinya Nicole berhasil memancing Arlo, buktinya sepupu mereka merasa kesal.

“Apaan? Dia udah tidur duluan. Gue terlalu stress makanya susah tidur…,” Jawab Eylaria memanyunkan bibirnya, semakin terlihat suntuk wajah lelahnya.

“Jadi kalian gak sempet… ehem, ehem…,” Tanya Nicole lagi menyenggol Eylaria dengan genit.

“Nicoleeeeeeee…,” Tegur Eylaria dengan mata melotot dan sedikit malu karena Nicole membahasnya di depan yang lain. Tapi mereka sudah terbiasa dengan tingkah laku Nicole yang memang onar dan ceplas ceplos.

“Hmmm, tadi kamu bilang menulis…? Diary?” Tanya Arlo mengalihkan pembicaraan dan emosinya karena pikirannya pun sudah travelling membayangkan Eylaria dan Dave.

Nicole tertawa mendengar pertanyaan Arlo. Eylaria tidak langsung menjawab, ia merasa malu untuk menjawab pertanyaan Arlo karena itu menyangkut pekerjaannya yang tidak berjalan dengan baik.

“Bukan, hanya menulis novel online…,” Jawab Eylaria dengan pelan.

“Kau penulis novel?” Tanya Arlo agak takjub.

“Dulu Eylaria pegawai kantoran, tapi sayangnya kantornya bubar. Jadi dia sementara nglanjutin hobby dia nulis novel. Mayan sih, bisa terbitin dua judul buku… Dan sekarang tuh dia suka stress, mikirin nyari kerjaan yang stabil.

Maybeee, loe ada lowongan? Jadiin dia assisten or sekretaris loe? Gue sebagai sepupu loe tercinta, menjamin kalau dia kerjanya bagus bangetttttt…” Jelas Nicole memanfaatkan keadaan terpuruk Eylaria untuk menyodorkan sahabatnya itu kepada sepupunya.

“NICOLEEEEE…!” Tegur Eylaria menaikkan nadanya, mulai kesal dan malu. Arlo terlihat menanggapi dengan serius perkataan Nicole dan sedang memikirkan ucapan Nicole.

“Atau mungkin ada lowongan di tempat kerja Kak Bram?” Usul Nicolas membantu pancingan Nicole untuk membuat Arlo terdesak.

“Aku bisa merekomendasikan jika kau memang perlu pekerjaan Ey. Kirimkan saja CV mu padaku, nanti…”

“Kau bisa bekerja di perusahaanku…,” Ucap Arlo dengan cepat memotong ucapan Bram yang tadinya sungguh-sungguh ingin membantu Eylaria.

Nicole dan Nicolas mengulum senyum, umpan mereka berhasil dengan baik. Eylaria? Jangan ditanya, ia merasa malu dan kehilangan harga dirinya. Ia memang butuh pekerjaan tetap, tapi bukan dengan cara seperti ini. Ia ingin mendapatkan pekerjaan karena kemampuannya sendiri, bukan karena bantuan orang dalam.

“Benar juga, aku bisa memanfaatkan bantuan orang dalam. Posisi apa yang bisa kau tawarkan?” Tanya Eylaria yang sedang kesal dan menggangap Arlo hanya pamer. Pria itu tersenyum, tidak tersinggung sama sekali, ia tahu Eylaria tidak percaya dengan ucapannya.

“Posisi apapun yang kau inginkan, asal kau bisa bertanggung jawab penuh dengan pekerjaan itu.” Ucap Arlo dengan tegas.

“Ayo Ey…, jangan ditolak. Kapan lagi dapet kesempatan sebagus ini? Dan umur loe juga udah gak muda, gak gampang cari kerjaan dari awal…,” Desak Nicole, ia tahu Eylaria sedang bimbang.

“Kau hanya bercanda…,” Ucap Ey menatap tajam mencari kejujuran di mata Arlo.

“Saat tiba di Jakarta, kau bisa langsung masuk kerja di kantorku.” Jawab Arlo tanpa ragu dan melirik sekilas pada Nicolas. Nicolas segera mengeluarkan kartu nama dari dalam pouch yang selalu ia bawa.

“Ini kartu nama Arlo, ada alamat kantornya di sana.” Ucap Nicolas sembari menyodorkannya pada Eylaria.

“Akan ku simpan.” Jawab Eylaria lalu menyelipkan kartu nama itu ke saku celananya.

.

.

.

.

.

To Be Continue~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!