Eylaria segera beranjak dari tempat tidurnya, merasa lega saat melihat baju yang semalam ia kenakan masih terpasang dengan sempurna. Wanita 30 tahun itu melangkah menuju pintu, tak lupa ia berkaca dan merapikan penampilannya terlebih dahulu. Kepalanya pelenga pelengo melihat suasana di luar kamarnya. Sudah ia duga, semalam Arlo yang membawanya ke sana, faktanya, ada Arlo dan seorang pria lebih tua sedang duduk berhadapan dengannya di ruang tamu.
“Yaa, kita bisa menggunakan cara itu. Tentu saja kita lihat apa bisa mendapatkan hasil maksimal. Jika hanya 60%, kita ganti ke Plan B…,” Arlo sedang mengajukan pendapatnya dengan tegas, pria yang berusia sekitar 50 tahunan di depannya menggangguk-anggukan kepala setuju dengan apa yang Arlo ucapkan.
“Keluarlah jika kau sudah bangun…,” Seru Arlo membuat Eylaria terdiam saat ia bermaksud menutup kembali pintu kamarnya dengan pelan.
Mata Eylaria bertemu pandang dengan kedua pria yang juga melihatnya dari ruang tamu, tak jauh letaknya dari tempat ia berada, menatapnya dengan kebingungan. Eylaria melangkah dengan ragu dan malu, kepalanya menunduk menghampiri Arlo.
“Siapa dia Arlo? Dan apa yang…, bisa kau jelaskan situasinya saat ini?” Tanya pria di hadapan Arlo dengan tenang tapi menuntut jawaban. Matanya memperhatikan Eylaria dari atas hingga bawah.
“Dia teman baik Nicole, Pa, semalam ia mabuk dan Nicole menyerahkannya padaku… Namanya Ey…,” Arlo melupakan nama wanita itu.
“Saya Eylaria Om… Maaf jika sebelumnya mengganggu dan tidak sopan.” Jawab Eylaria tidak enak hati apalagi saat tahu pria tua itu adalah Papa Arlo.
“Kalian bukan…,” Pertanyaan itu terpotong karena Arlo dan Eylaria sudah menjawabnya dengan cepat dan bersamaan.
“Bukan…,”
“Tidak…,”
“Tidak seperti yang Papa pikirkan…,” Lanjut Arlo lagi, membuat pria bijaksana di hadapannya tersenyum kecil, ia percaya anak keduanya itu tidak akan sembarangan meniduri wanita yang ia temui.
“Oke, Papa juga sudah selesai discuss sama kamu. Papa pergi dulu… Kalian, bicaralah…,” Pamit Papa Arlo sengaja memberi ruang pada Arlo dan Eylaria.
Eylaria merasa jantungnya berdegup berkali-kali lebih kencang, ia panik dan takut akan mendapat masalah dengan keluarga Arlo, syukurnya, Papanya terlihat tidak berpikir yang aneh-aneh terhadap dirinya.
“Kita sungguh tidak kan?” Pertanyaan itu seketika terlontar dengan berani dari Eylaria, ia hanya ingin memastikannya.
“Tidak…,” Jawab Arlo tegas, membuat Eylaria menghela nafas lega.
“Apa kau tidak bisa membedakannya jika ya dan tidak?” Tanya Arlo mengerutkan keningnya.
“Apa?? Kita sungguh Tidak kan??” Tanya Eylaria lagi, ia merasa panik dan melotot menatap Arlo menginginkan jawaban yang pasti.
“Tidak, tidak…, heii tenangkan dirimu… Aku sama sekali tidak menyentuhmu…,”
“Aku tidak takut kau menyentuhku, tapi aku justru takut aku yang menyentuhmu…,” Keluh Eylaria mendudukkan dirinya di sofa di mana tadi Papa Arlo duduk.
Ada rasa lega saat tahu tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Arlo. Lagipula, Arlo tidak akan mau dengan wanita sepertinya.
“Bagaimana aku bisa ikut denganmu? Apa aku yang merengek padamu?” Tanya Eylaria.
“Tidak…, Nicole yang mendorongmu padaku dan ingin kau pulang denganku.”
“Arghh, Nicoleee, awas saja dia, aku akan buat perhitungan dengannya. Sengaja membuat ku mabuk dan memaksamu membawaku, sungguh memalukan.”
“Sahabat baikmu itu memang gila…,”
“Yah, tapi ia tidak pernah melakukannya padaku. Entah demi apapun, dia sangat ingin menjodohkanmu denganku. Ku rasa kau juga mengetahuinya…,” Ujar Eylaria dengan jujur, ya, dia memang tidak suka berbasa basi dan juga tidak ingin Arlo salah paham dengannya.
Arlo terkesan dengan kejujuran wanita di depannya, sejak awal Eylaria tidak pernah sedikitpun untuk berusaha mendekatinya seperti wanita lain yang berusaha menggodanya. Jika wanita lain sangat berharap ditiduri olehnya, Eylaria justru terlihat tidak mengharapkan apa-apa darinya.
“Kau ingin membalasnya?”
“Apa? Membalas Nicole? Jika aku tahu caranya, aku sudah melakukannya…,” Jawab Elyaria geram. Arlo tertawa kecil menanggapinya, wanita ini lucu.
“Aku akan pulang sekarang. Terima kasih untuk semua bantuanmu dan maaf merepotkanmu. You helped me a lot…,” Pamit Elyaria dengan tulus.
“It’s Ok…” Jawab Arlo santai.
“Aku akan mengantarkanmu ke bawah…,” Lanjut Arlo saat akan membukakan pintu apartemennya.
“Tidak usah…,” Jawab Eylaria dengan cepat.
“Kenapa?” Tanya Arlo bingung.
“Aku bisa turun sendiri…,” Jawaban Eylaria membuat Arlo tersenyum kecil lalu ia mengeluarkan kartu apartemennya, membuat wanita di hadapannya mengerti dalam diam jika ia hanya bisa turun dari sana jika ada akses.
Arlo mengantarkan Eylaria hingga ke lobby apartemen, beberapa penghuni yang berlalu lalang, khususnya kaum hawa terlihat memperhatikan mereka. Eylaria merapikan rambutnya dengan canggung, apa penampilannya seburuk itu?
“Kau naik saja, terima kasih sudah mengantarku…,” Ucap Eylaria tidak enak hati karena Arlo akan ikut berjalan menemaninya ke depan lobby untuk mencari taksi.
“Hmm… aku berubah pikiran, aku akan mengantarmu pulang…, Ayo…,” Jawaban Arlo membuat Eylaria membelalakan matanya.
“Heii… tidak usah, aku bisa pulang sendiri…,” Jawab Eylaria terlihat tidak suka.
“Ayooo,” Ajak Arlo menarik tangan Eylaria tanpa izin.
Sebenarnya sejak awal Nicole mendekatkan mereka berdua, Arlo bertanya-tanya, apa yang istimewa dari Eylaria, karena secara penampilan wanita itu adalah wanita biasa yang berwajah manis. Tapi sejak pertemuan pertama mereka kemarin, sikap Eylaria yang seakan menolak dan menjauhi dirinya, membuat semakin besar rasa penasaran Arlo pada sahabat baik sepupunya itu.
Eylaria menyilangkan tangannya di dalam mobil mewah milik Arlo. Jujur ia kagum dengan mobil keren itu, tapi ia sama sekali tidak berharap Arlo akan mengantarnya pulang.
“Apa kau tidak sibuk?” Tanya Eylaria menatap bingung pada Arlo.
“Aku sibuk, tapi ini hari Minggu.”
“Kau pasti sangat sibuk meskipun hari libur, jadwalmu juga pasti padat. Jadi, kau bisa turunkan aku di halte bus depan, oke?”
“Apa kau tidak suka padaku?” Tanya Arlo heran, mengernyitkan keningnya.
“Tidak, maksudku aku tidak membencimu. Tapi, sungguh kau tidak usah repot-repot.”
“Hmm, kalau begitu, anggap saja aku mengantarmu karena kau teman baik Nicole.” Jawab Arlo mencari alasan.
“Apa Nicole yang menyuruhmu?” Tanya Eylaria curiga.
“Tidak…,” Jawab Arlo dengan cepat dan tegas.
“Kau tidak usah bersikap baik padaku hanya karena aku teman baik Nicole. Aku tidak akan mengadu padanya dan mengatakan hal buruk tentangmu, tenang saja…,” Sepertinya Eylaria salah paham dengan niat baik Arlo.
“Well…, kau belum makan sejak pagi kan? Ini juga sudah pukul 11 siang, mau sekalian mampir?” Tanya Arlo yang sekilas melihat jam tangannya, ia rasa ia perlu tempat dan waktu untuk berbicara lebih dengan wanita di sampingnya ini.
“Terserah kau saja…,” Jawab Eylaria kesal dan tidak peduli, tapi perutnya memang lapar. Eylaria berpikir sejenak, sepertinya benar kata orang-orang, orang kaya suka bertindak dan mengambil keputusan seenaknya.
Eylaria duduk dengan manyun meskipun Arlo membawanya ke restaurant bintang 4. Jika biasanya wanita akan kegirangan dengan kemewahan dan pelayanan seperti itu, wanita itu justru kesal dan mengerutu dalam hati.
“Kau mau pesan apa?” Tanya Arlo sopan, duduk di kursi di depannya, seorang waitress yang menuntun mereka masuk memberikan buku menu dan menunggu di samping meja mereka.
“Terserah, steak jika ada…,” Jawab Eylaria asal tanpa melihat menu.
“Beef or chicken?”
“Beef and orange juice…,” Lanjutnya lagi kemudian tiba-tiba berdiri dan meninggalkan Arlo bersama dengan waitress tadi di sana tanpa permisi, terlihat tidak sopan, tapi Eylaria tidak peduli.
Eylaria berjalan menuju ke toilet dan setibanya di dalam sana ia mengeluarkan wajah kesal seutuhnya yang sudah ia tahan sejak tadi.
“Apa-apaan dia? Pemaksa sekali! Sesuka hati menarik tanganku dan membawa ku ke sana ke mari. Apa aku terlihat semudah itu? Dasar pria kaya arogan!” Umpat Eylaria dalam hati.
Eylaria berdiri di depan kaca wastafel, melihat wajahnya yang masih pucat dan berantakan, apalagi ia belum mandi sejak semalam, bajunya pun sudah kusut.
“Apa maksudnya? Membawaku ke restaurant padahal aku sedang berpenampilan seperti ini?? Mau mempermalukanku heh??” Umpatnya lagi lalu menyisirkan rambut dengan jarinya, menepuk sedikit bedak pada wajahnya dan memoleskan lipstick di bibirnya, sekarang ia terlihat lebih hidup.
Arlo menunggu dengan sabar di mejanya, ia tahu Eylaria merasa kesal padanya, tapi anehnya ia justru menikmatinya. Jika selama ini ia selalu dipuja ke mana pun ia melangkah dan berada, kali ini ia bisa bertemu dengan wanita yang terang-terangan tidak suka padanya. Ia penasaran, Eylaria hanya gengsi atau benar-benar tidak menyukainya.
Arlo tersenyum kecil saat melihat Eylaria berjalan menuju meja mereka, wajah wanita itu terlihat lebih segar dengan polesan makeup tipisnya. Eylaria memilih untuk diam, tidak bertanya atau berbicara dengan Arlo sama sekali, ia masih kesal. Ia sibuk membalas pesan Dave dan wajahnya berubah panik saat tertera panggilan masuk di layar handphonenya.
“Hallo Dave…,” Jawab Eylaria berusaha tenang.
“Ahh yaaa, aku sedang makan siang.”
“Yaa, masih bersama Nicole dan ada sepupunya juga…, hmm, yaa, baiklah, byebye…,” Eylaria melihat Arlo saat mengucapkan kata “sepupunya”, yang juga sedang memperhatikannya.
“Kenapa? Apa yang ingin kau katakan?” Tanya Eylaria menatap galak pada Arlo.
Pria itu tersenyum kecil, sepertinya ia sudah terbiasa dengan keketusan Eylaria.
“Kau berbohong padanya, tidak ada Nicole di sini.”
“Lalu, apa masalahmu? Itu bukan urusanmu.”
“Kenapa tidak jujur saja?”
“Apa kau gila? Aku harus mengatakan jika aku menginap di rumah seorang pria dan makan siang dengan pria itu berdua. Apa yang akan pacarmu pikirkan? Apa dia akan percaya jika aku mengatakan tidak terjadi apa-apa, walaupun faktanya memang tidak ada apapun yang terjadi?” Ada nada kesal saat Eylaria mengutarakan pendapatnya.
“Tapi aku sepupu Nicole.”
“Dan kau tetap seorang pria…, walaupun kau tak akan tertarik padaku.”
“Tahu dari mana aku tidak tertarik padamu?”
Eylaria tertawa sinis, dia mulai muak dengan pria tampan di hadapannya itu. Eylaria tentu saja juga menyukai pria tampan, tapi pria sekelas Arlo, tentu saja jauh dari jangkauannya, apalagi ia sudah memiliki Dave, dia tidak terpikirkan untuk mencari yang lain.
“Tuan muda Arlo, aku cukup tahu diri seberapa cantik dan bagusnya diriku sendiri. Pria sehebat dan setampan anda, tidak mungkin tertarik pada wanita biasa sepertiku.”
“Permisi…,” Arlo baru akan membuka mulut menyela ucapan Eylaria saat waitress mendekat untuk mengantarkan makanan.
Hanya dentingan alat makan yang terdengar dari meja nomor 5 itu. Arlo sesekali memperhatikan Eylaria yang makan dengan lahap, jelas wanita itu kelaparan, pantas saja galak. Arlo tidak jadi melanjutkan pendapatnya tentang Eylaria, menurutnya itu terlalu awal untuk mengutarakan penilaiannya tentang sahabat sepupunya itu.
.
.
.
.
.
To Be Continue~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Silvi Aulia
semangat untuk author 🤗🫰
2023-09-12
0
Ayleela
semangat thor
2023-08-22
1