Arum merenungi nasibnya di kamar berukuran 4 x 5 meter. Kamar itu memang lebih besar dari kamarnya di kampung. Tetapi kamar ini akan menjadi saksi betapa menyedihkan hidupnya.
Arum tidak tau apa yang akan di lakukan. Hatinya saat ini sedang remuk sekali. Dia hanya ingin menikah seumur hidup tapi malah di permainkan oleh lelaki yang bernama El Zaidan Faeyza.
"Ya Allah apa salahku sehingga nasibku seperti ini, apa yang akan aku lakukan ya Allah saat ini." ucapnya saat ini.
Air matanya berurai mengingat betapa sedihnya ibunya jika tau bahwa El tidak serius menikahinya. Dia tidak tau bagaimana caranya menjelaskan kepada ibunya.
Karena lelah akhirnya Arum merebahkan tubuhnya di kasur empuknya. Otaknya sudah tidak bisa bekerja lagi. Dia hanya butuh istirahat malam ini agar besok bisa berpikir jernih.
Esok paginya Arum sudah bangun pagi-pagi. Dia nampak sedang berjibaku di dapur. Dia hanya terduduk lemas karena tidak menemukan apa-apa di dalam kulkas yang bisa di olah pagi ini.
Akhirnya dia hanya memanggang roti serta membuat kopi untuk El. Dia tau bahwa El suka ngopi di pagi hari.
Sejak pagi ini Arum sudah bertekad akan mencoba mempertahankan rumah tangganya. Dia hanya ingin menikah satu kali dalam hidupnya. Dia yakin bahwa dia bisa membuat El jatuh cinta kepadanya.
"Oke katanya lelaki akan tunduk kepada perempuan jika bisa membuat perutnya selalu kenyang." ucapnya bersemangat.
Arum sudah nampak rapi pagi ini menunggu El keluar dari kamarnya. El baru keluar pukul 7 pagi. Dia melihat sekilas ke arah meja makan yang sudah berisi roti bakar dan kopi.
Arum tersenyum melihat El keluar dari kamarnya. Namun senyumnya menghilang ketika El tidak nampak tertarik dengan sarapan yang dia buat.
"Aa nggak sarapan dulu? Aku udah buatkan AA sarapan." ucap Arum berdiri menghampiri El.
"Aku sarapannya di kantor aja." jawab El berlalu.
Arum hanya menggigit bibirnya ketika El sudah berlalu meninggalkan apartemen. Dia sangat sedih karena El sama sekali tidak melirik sarapan yang ia buat.
Akhirnya Arum duduk di meja makan. Dia menyantap roti bakar itu dengan air mata yang berlinang.
"Nggak apa-apa semangat, mungkin Aa El butuh waktu untuk menyesuaikan diri sebagai suami." ucapnya menyenangkan dirinya.
Dia tidak ingin berpikiran negatif kepada suaminya.
Hari ini Arum memutuskan untuk beres - beres menata kamarnya. Setelah selesai beberes kamar, dia ingin membereskan area luar. Namun dia mendengar suara pintu terbuka. Dia berjalan menuju pintu dengan senyum sumringah karena mengira El sudah kembali.
Dia terkejut melihat seorang wanita yang sedang membuka pintu apartemennya. Dan wanita itu juga nampak kaget setelah melihat Arum.
"Mbak ini siapa? kenapa ada di sini?" tanya wanita itu kepada Arum.
"Ibu sendiri siapa? kenapa bisa masuk ke apartemen milik suami saya?" tanya Arum balik.
"Suami?" tanya wanita itu penuh tanda tanya.
"Iya, ini milik suami saya El Zaidan Faeyza."
"Jadi mbak istri tuan El? Tapi kan..."
"Tapi apa buk?" tanya Arum penasaran dengan apa yang akan di sampaikan oleh wanita itu.
"Bukan apa-apa nona, saya tidak tau bahwa tuan El sudah menikah, maafkan saya, saya ke sini tujuannya adalah untuk bebersih, saya setiap hari ke sini setelah tuan berangkat."
"Ohw begitu, baik buk."
Setelah mengenalkan diri, akhirnya ibu itu masuk ke dalam. Dia nampak sudah mulai bebersih. Sedangkan Arum mulai suntuk karena ia tidak tau apa yang akan dia kerjakan.
Tidak butuh lama untuk ibu Sri membersihkan apartemen El. Karena sejatinya apartemen milik lelaki itu tidak terlalu kotor.
Setelah ibu Sri selesai membersihkan apartemen, dia pamit sambil membawa baju kotor milik El. Awalnya ibu Sri menanyakan baju kotor milik Arum. Namun Arum sendiri sudah mencucinya.
Siang harinya, Arum mulai merasa lapar. Dia tidak punya makanan untuk di makan. Dia hanya punya sedikit uang. Namun dia ragu untuk bepergian karena tidak ada izin dari sang suami.
"Tidur aja kali, mana tau bisa hilangin lapar." ucapnya sambil mengelus perutnya.
Hari ini El pulang lebih cepat dari biasanya. Dia pulang hanya ingin membuat kontrak perjanjian untuk Arum.
Dia tidak menemukan wanita itu ketika membuka pintu. Dia tau bahwa wanita itu sedang di kamarnya. El mengetuk pintu kamar Arum.
Tidak lama kemudian nampak wanita itu di balik pintu dengan rambut sedikit berantakan, menggunakan baju kaos dan celana pendek. Kulit kuning langsat terekspos sehingga nampak cantik sekali.
"Cantik." puji El dalam hatinya.
"Aa udah pulang?" tanyanya Arum dengan suara parau.
"Duduklah, aku mau bicara dengan kamu." ucap El lansung berjalan meninggalkan pintu kamar Arum berjalan ke ruang tamu.
"Silahkan kamu baca dan tanda tangani surat ini." perintah El ketika Arum sudah duduk di sebelahnya.
"Apa ini aa?"
"Baca saja."
Arum sedikit kaget ketika membaca apa yang tertera di kertas itu. Dia tau apa tujuan El melakukan hal seperti itu.
"Ini apa aa? kenapa harus pakai surat kontrak Aa?"
"Karena aku menikah dengan kamu hanya terpaksa, kamu bukan wanita yang aku inginkan Arum, aku nggak ingin kamu tersakiti, makanya aku buat ini."
Arum membaca isi surat perjanjian tersebut.
Menikah dalam waktu setahun, setelah itu bercerai dengan baik - baik maka apartemen ini akan jadi milik nona Arumi Mumtaza.
Kedua belah pihak tidak boleh mencampuri privasi masing-masing.
Tetap bersandiwara jika di depan keluarga besar.
Pihak kedua boleh kuliah dengan biaya di tanggung oleh pihak pertama.
Arum merasakan sakit yang luar biasa. Namun dia mencoba menahan agar air matanya tidak jatuh di pipinya.
Arum lansung menandatangani kontrak perjanjian pernikahan itu. El agak terkejut karena wanita itu tanpa banyak bertanya kepadanya.
"Mungkin ini langkah awal untuk mendapatkan pendidikan yang baik, sehingga nanti setelah berpisah aku masih bisa menyenangkan Ambu." ucapnya dalam hati.
"Sudah selesai bukan? Berarti aku bisa kembali ke kamar?" tanya Arum kepada El.
El kaget dengan pertanyaan wanita itu. Wanita itu tidak banyak menuntut apapun dari dirinya.
"Syukurlah jika kamu tidak banyak tuntutan." ucap El.
"Saya tau diri kok Aa, permisi aa saya lelah." ucap gadis itu berpamitan.
El memandang punggung wanita itu ketika masuk ke kamar. Dia tidak tau kenapa wanita itu tidak marah sama sekali kepadanya. Biasanya wanita akan menangis jika tau bahwa dia di permainkan. Tetapi tidak dengan wanita itu.
"Ah kenapa aku malah memikirkan dia, mau menangis atau tidak yang penting semua berjalan dengan lancar." ucap El senang.
"Tapi walau bagaimanapun aku akan memperlakukan dia dengan baik, karena selama ini hubungan kami cukup baik." ucap El lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments