Bab 3 El POV

Akhirnya aku bisa berpikir dengan tenang setelah meminta Vivian datang ke kampungku. Setelah berkali-kali menelponnya, akhirnya dia mencari ku.

Aku ingin membuktikan apakah wanita ini mencintai atau tidak sama sekali.

Benar seperti yang aku mau. Setelah aku pura - pura ngambek, akhirnya wanita itu memutuskan untuk datang ke rumah bersilahturahmi.

Kedatangannya membuat aku semakin bersemangat menunggu kehadirannya. Ku akui, aku sangat merindukan dirinya.

Sebuah mobil hitam masuk ke pekarangan rumah. Aku tau bahwa itu adalah mobil Vivian. Aku tersenyum saat wanita itu keluar dari mobilnya. Aku pangling melihatnya karena begitu cantik sekali. Dan pakaian yang dia pakai begitu modis dan aku menyukainya.

"Sayang kamu kok lama banget di sini, aku kangen tau." ucapnya dengan manja.

"Aku juga kangen." ucapku lansung memeluknya.

Aku tidak peduli bahwa tindakanku bisa saja menimbulkan pembicaraan warga sekitar. Rasa rindu yang membuncah membuatku tidak sadar tempat lagi. Jika bukan di halaman rumah, mungkin sudah ku cium bibirnya yang merah itu.

"Hmmmmmmm."

Aku lansung tersadar ketika mendengar deheman ayah dan kakek bersamaan. Ku liat wajah ibu juga masam melihat ke arah Vivian.

"Vivian ayo masuk, ku kenalkan kamu sama keluarga aku." ucapku menarik tangannya.

"Halo semua, aku Vivian." sapa Vivian dengan sopan.

"Assalamualaikum." ucap ibu dengan ketus.

Baru kali ini aku melihat ibu seketus itu sama orang lain. Dan aku tau dari wajah ibu, dia tidak menyukai Vivian. Sedangkan kakek dan ayah masih tersenyum.

"Maaf Tante, aku nggak bisa."

"Nggak di ajari orang tuamu sampai nggak bisa."

"Bukk." tegur ayah.

"Maaf om, saya memang nggak bisa karena memang tidak di ajarkan orang tua saya, saya ini bukan muslim." ucap Vivian.

Nampak semua orang agak terkejut mendengar jawaban Vivian. Tapi ayah dan kakek nampak bisa mengendalikan dirinya lagi dari keterkejutannya.

"Ayo masuk dulu." ucap Ayah masih ramah.

Aku menggandeng tangan Vivian masuk ke ruang tamu. Itu aku lakukan untuk memberinya semangat untuk menghadapi keluargaku.

Tidak lama kemudian Lastri datang membawakan minuman dan beberapa cemilan.

"Silakan di cicip mbak." ucap Lastri.

"Kamu mencintai cucu saya?" tanya sang kakek.

"Iya kek." jawab Vivian.

"Kamu tau saat ini dia sudah di jodohkan dengan wanita lain?"

Vivian menggelengkan kepalanya. Yah dia memang belum tau karena aku memang belum bicara dengannya soal itu.

"Tapi saya dan El saling mencintai kek."

"Kami tau, tapi kami sangat ingin cepat - cepat melihat El menikah, apakah kamu siap menikah dengan El dalam waktu dekat?" tanya kakek.

"Tapi dia tidak muslim bah." ucap ibu nampak begitu kuatir.

Ah ibu begitu memikirkan agama Vivian. Aku yakin itu bisa di pertimbangkan nanti. Bagiku bersama dengan Vivian sudah membuat aku sangat bahagia.

"Yah dengan syarat, dia harus masuk agama kita, lalu baru bisa menikah dengan El." kali ini ayah yang bicara.

Aku agak kaget mendengar ucapan ayah. Selama ini kamu tidak pernah memikirkan perbedaan keyakinan kami. Kami hanya menikmati hidup dengan melaluinya tanpa berpikir ke arah sana.

"Tapi itu mendesak sekali." jawab Vivian.

"Karena kalian tidak akan bisa menikah jika kalian tidak satu keyakinan, kami tidak memaksa, tapi kami memberikan jalan untuk hubungan kalian berdua." ucap sang kakek.

Vivian nampak berpikir keras. Aku berharap agar Vivian menerima syarat yang di berikan oleh keluarga aku.

"Maaf sepertinya aku tidak bisa menggadaikan keyakinan aku." jawab Vivian tiba-tiba membuat ku shock.

"Jadi kamu memutuskan mundur?" tanya kakekku.

"Iya, aku tidak siap kehilangan keyakinan aku." ucapnya membuat aku sedikit kecewa.

"Maafkan aku jika aku mengecewakan kamu, tapi ini memang tidak bisa di tukar, jika keluarga kamu ingin kamu menikah secepat mungkin, mungkin memang bukan aku jodoh kamu, karena sampai kapanpun aku tidak akan bisa memenuhi syarat dia dari keluarga kamu." ucap Vivian lagi.

"Jika sudah tidak ada lagi yang di bicarakan, maka saya pamit dulu." ucap Vivian berdiri lalu melangkahkan kakinya.

Aku berusaha mengejar wanita itu.Namun wanita itu malah menyuruh aku untuk menikah saja dengan pilihan keluarga ku. Mendengar hal itu membuat aku semakin kecewa.

Akhirnya aku membiarkan wanita itu pergi meninggalkan rumahku. Aku hanya menatap mobilnya yang semakin jauh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!