“Sayang, makan dulu dong. Dari pagi kamu belum makan, Mami nggak mau kamu sakit,” ujar Naya pada putrinya.
“Aku nggak lapar Mih” Olivia berbaring miring membelakangi Naya yang duduk di tepi ranjang.
“Oliv, Mami tahu apa yang kamu alami bukan hal sepele tapi ….”
“Mih, tolong kasih aku waktu. Aku hanya ingin sendiri, tidak akan macam-macam.”
Naya menghela nafasnya lalu meninggalkan Olivia. Memberi waktu pada putrinya untuk merenungi dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah terjadi. Belum ada informasi dan bukti yang mengatakan kalau Olivia dijebak, semua petunjuk mengarah pada Olivia secara sadar menuju dan berada di tempat yang salah.
Rencana keluarga Olivia adalah menuntut pria bernama Bima yang terciduk bersama Olivia. Mereka seakan gelap mata untuk melihat kejadian ini dari sudut berbeda. Tujuannya hanya satu, Bima harus mendapatkan hukuman karena menggagalkan pertunangan, membuat keluarga besar Emilio malu dan merusak Olivia.
Ternyata semesta tidak mendukung rencana mereka. Bima tidak sadarkan diri setelah Alan kembali memberikan pukulan dan harus dilarikan ke rumah sakit.
“Saran saya, Pak Tristan cabut tuntutan Bapak. Bima bisa menuntut balik karena kondisinya sekarang.”
“Atas dasar apa, si brengsek itu menuntut balik?” tanya Alan dengan nada tinggi. Dia tidak terima kalau Bima akhirnya bebas.
“Penganiayaan dan kamu yang akan menjadi tersangka.Hasil pemeriksaan dokter, ada retak tulang rusuk dan lebam-lebam di wajah cukup parah.”
“Kita bicarakan besok. Setelah dia sadar, hubungi kami,” titah Tristan.
***
Bima merintih saat dia terjaga dan merasakan sakit di wajahnya. Pria itu mengerjapkan mata menyesuaikan pandangan dengan cahaya ruangan.
“Selamat pagi, Mas Bima.”
Bima terkesiap lalu menoleh ke samping. Perempuan dengan seragam putih sedang memperbaiki botol berisi cairan infus. Menyadari kalau perempuan itu perawat dan tangannya tersambung dengan jarum dan selang infusan.
“Ada keluhan?” tanya perawat sambil tersenyum menatap Bima.
Bima bahkan harus berdehem dan mengalihkan pandangannya. Menyadari ada sakit di bagian dada dan wajahnya, Bima menyampaikan keluhan tersebut juga menanyakan sejak kapan dia dirawat.
“Mas Bima masuk perawatan semalam. Ini sarapan dan obat minumnya, dihabiskan ya. Kalau butuh sesuatu tinggal tekan tombol ini.” Bima hanya mengangguk pelan.
“Mas Bima! Kayak yang udah dekat aja panggil gue Mas Bima,” gumam pria itu setelah perawat pergi.
Tidak mengingat mengapa dia berada di rumah sakit. Ingatan terakhir ketika bertemu dengan keluarga Olivia, bahkan ada pengacara juga lalu pria bernama Alan kembali memukulnya.
“Orang kaya bisa seenaknya, udah bikin muka gue hancur dan badan remuk.”
Bima dikejutkan lagi dengan kehadiran pengacara keluarga Tristan Emilio, berbeda dengan yang menemuinya semalam. Setelah basa basi busuk menanyakan kondisinya, Bima to the point bicara pada pria yang terlihat rapi dan perlente.
“Saya tidak terima dengan perbuatan Saudara Alan. Mereka tuntut saya karena masalah Olivia dan saya akan tuntut balik dengan pasal penganiayaan.”
“Saudara Bima, sebaiknya fokus saja dengan kesembuhan Anda. Biaya perawat ditanggung oleh Tuan Tristan, tuntutan terkait Olivia sudah kami cabut dan Tuan Tristan akan mengadakan pertemuan dengan Anda setelah sehat. Pertemuan yang akan memastikan kedua belah pihak tidak akan saling menuntut di kemudian hari.”
Bima tahu dia berhadapan dengan siapa, pengacara Beni Nasution yang sudah dikenal di negara ini selalu memenangkan kasus yang ditangani dan pengacara yang disegani oleh lawannya.
“Jadi, jangan putuskan apapun saat ini. Kamu lihat, tidak ada petugas kepolisian yang menunggu di sini. Artinya kamu sudah bebas, keluarga kamu bisa menjenguk.”
Bima memandang langit-langit kamar setelah kepergian Beni dan asistennya. Lebih lega karena sudah terbebas dari tuntutan yang dilayangkan oleh keluarga Olivia, tapi ada hal lain yang menjadi pikirannya yaitu Olivia.
Jika Olivia tidak ingat bagaimana bisa berada di ruangan itu dan terbangun bersama seorang pria yang bahkan tidak dia kenal, beda dengan Bima. Bima secara sadar mendekati Olivia, walaupun dia dalam pengaruh obat.
“Ya ampun Bima, kamu kenapa?”
Bima terkejut dengan kedatangan Ibu dan Yudis.
“Ibu, aku ….”
“Emang bener kamu dipenjara terus dipukuli. Kamu bikin salah apa sih sampai kayak gini.”
Bima memaksa tubuhnya untuk beranjak duduk dan meraih tangan Ibunya. “Bu maafin Bima.”
“Kamu maling?” tanya Ibu.
“Nggak.”
“Korupsi?”
“Nggak Bu, Bima cuma housekeeping apa yang mau dikorup.”
“Terus kenapa?”
Bima menundukkan wajahnya.
“Sudah Bu, duduk dulu sini. Kita dengarkan pelan-pelan ceritanya dari Bima. Jangan pikirin kata tetangga, yang ada darah tinggi Ibu naik lagi ‘kan?”
“Gimana nggak dipikirin, dia nggak pulang-pulang. Taunya terkapar di sini,” tutur Salamah -- ibu Bima -- lalu menatap keliling kamar di mana Bima di rawat. “Ini kamar lega amat mana sejuk, pasti mahal.”
Saat Salamah mengagumi kamar tempat Bima dirawat, Yudis dan Bima saling memberi kode dengan lirik mata.
“Ayo Bu, kita pulang aja. Biar Bima istirahat,” ajak Yudis.
“Eh, nanti dulu. Bima lagi sakit, masa Ibu malah pulang. Ibu tunggu di sini sampai Bima sehat dan kamu belum cerita kenapa bisa sampai begini? Terus kenapa juga para tetangga pada julid sama kamu, Ibu belum tenang kalau belum tahu kejadian sebenarnya.”
“Nanti Bima akan cerita, tapi nggak sekarang Bu. Lihat nih, muka Bima bonyok kayak pepaya kematengan. Buat bicara juga sakit, Ibu pulang aja ya,” pinta Bima.
Dengan rayuan maut Bima, akhirnya Ibu Salamah pulang. Bima khawatir perwakilan keluarga Olivia datang ketika masih ada Ibu. Dia berencana mengatakan setelah keputusan dari kedua belah pihak sudah jelas.
Sedangkan di tempat berbeda, tepatnya di kediaman Tristan. Olivia yang masih setia dengan bantal dan selimutnya, dikejutkan dengan kehadiran Haris.
“Serius Bik, Kak Haris datang cari aku?”
“Bener Non, itu lagi nunggu di bawah.”
“Papi sama Mami sudah bertemu Kak Haris?”
“Tuan Tristan sudah berangkat dari pagi, Ibu Naya kayaknya di kamar.”
Olivia bergegas menuju meja rias dan memastikan penampilannya tidak berantakan. Dengan wajah tersenyum dan penuh semangat dia menemui Haris. Wanita itu yakin kalau Haris akan memaafkan kejadian kemarin dan melanjutkan hubungan mereka. Haris begitu mencintai dirinya, masalah keperawanan tentu saja bukan sebuah alasan untuk meninggalkannya, begitu yang ada dibenak Olivia.
“Kak Haris,” sapa Olivia.
Haris menoleh lalu berdiri. Pria itu menatap Olivia dengan wajah datar, padahal yang ditatap menampilkan wajah berseri seakan kejadian bersama pria asing bernama Bima tidak dialami.
“Oliv, kedatanganku ingin menyampaikan ….”
“Kak Haris ingin melanjutkan hubungan kita ‘kan? Tentu saja aku setuju. Tidak usah acara mewah seperti kemarin, cukup keluarga dekat saja,” tutur Olivia.
“Kamu salah, kedatanganku bukan untuk melanjutkan hubungan kita.”
Deg.
Wajah Olivia mendadak muram dan jantungnya berdetak lebih kencang karena ucapan Haris membuatnya menebak-nebak tujuan kedatangan Haris.
“Maksud Kak Haris?”
“Kamu sudah membuat malu keluargaku juga keluargamu. Bagaimana mungkin aku akan meneruskan hubungan ini. Lagi pula kamu sudah ….” Haris menjeda kalimatnya dan menatap jijik pada wanita di hadapannya. “Kamu sudah ternoda. Setiap melihatmu, aku terbayang kejadian kalian telan jang di bawah selimut yang sama.”
Mata Olivia sudah berkaca-kaca dan tanganya meremas dress yang dia kenakan. Lehernya terasa tercekat karena tangis yang tertahan.
“Jangan harap kita akan duduk bersama membicarakan lagi masalah ini. Semua sudah selesai. Kamu tidak pantas untukku. Walaupun kamu ingin berkhianat paling tidak jangan di malam itu saat kita akan bertunangan.”
Haris berjalan mendekat dan berkata, “Aku terlalu mahal, untuk kamu yang … murahan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Siti Amanah
AQ punya gak mau sama kamu ris,mungkin ini karma yg harus di jalani Oliv atas dosa ayah ny di masa lalu yg kelewat nakalnya.sukuri aj dan perpikirlah Tristan jangan menyalakan orang lain.
2024-08-23
0
Qaisaa Nazarudin
Ckk mana ada pria yg mau memaafkan wanita yg udah terang2an sudah melalui mlm panas dgn pria lain disaat mlm pertungannya,gila aja,Apapun alesannya,,
2024-02-29
0
Qaisaa Nazarudin
Wkwkwkwk Orang kaya dan sombong, Ternyata tau juga TAKUT,,Takut di tuntut balik,Ckk Lemah..😏😏😏👎👎👎
2024-02-29
0