Minho menyipitkan matanya, tangan kanannya mengenggam ponsel dengan erat, sudah lebih dari satu jam ia berdiri di sebrang jalan kafe Brown coffe tanpa memperdulikan salju turun serta orang-orang yang berlalu lalang di antaranya.
Rambutnya yang klimis di penuhi salju, coat hitamnya menjadi sedikit berhias warna putih di bagian bahu, wajah yang mulai membeku begitu salju tanpa henti turun diatas kepalanya.
Memerhatikan orang-orang di dalam kafe tertawa riuh, saling bertukar cerita, bersulang dengan gelas bir besar dan denting gelas wine, itu membuatnya muak.
Terlebih, matanya tertuju pada Winter yang duduk didalam kafe Browncoffe, senyumnya bahkan skinship yang di lakukan Winter kepada Chan membuatnya semakin kesal.
Cemburu? Ya, aku cemburu. Bahkan telponku diabaikan, batinya kesal.
Ia mengirim pesan dan menunggu respon dengan tetap memerhatikan dari sebrang jalan, matanya terus tertuju pada cafe itu, Tetapi, Ponselnya sama sekali tidak berdering.
Minho mengosok hidung yang mulai merasakan dingin dan kakinya yang membeku, dengan tersenyum kesal ia membuka pintu mobil, ia menelan ludah seraya menatap layar ponselnya.
"Mari tunggu 15 menit lagi," ucapnya dan terus melihat layar ponsel.
15 menit berlalu, tidak satupun telpon dan pesannya di respon oleh Winter, "****!" makinya.
Ia melempar ponselnya ke kursi samping kemudi dan memukul setirnya berkali-kali, Ia menurunkan kaca jendela mobil kembali memerhatikan ke jendela cafe, matanya bergetar pandangan yang perlahan membuat hatinya hancur mempengaruhi pikirannya.
"Winter," gumamnya sembari mencengkram setir mobil.
Keduanya tersenyum manis, itu yang membuat Presdir muda galeri gundi kesal.
Mungkin, pandangan orang tentangnya adalah dia diantara hubungan Winter dan kekasihnya, tetapi menurutnya ia selalu ada di belakang Winter, mengikuti bayangan Winter kemanapun.
Semua berawal dari perkenalanya dengan Chan saat mereka kuliah, selanjutnya Minho, Winter dan Chan menjalin persahabatan yang tidak biasa, karena di usia muda ketiganya telah sukses membuat perusahaan yang di inginkan mereka inginkan
Minho yang memang anak dari grup cheonsang, memilih Winter untuk menjadi seniman di galeri Cheonsang yang didirikan Minho, sedangkan Chan memilih membuka toko pengerajin logam dan akhirnya menjadi desainer perhiasan dengan brandnya sendiri.
Namun, Minho selama ini sama sekali tidak menganggap Chan sahabatnya, karena ia mencintai Winter sedari sekolah menengah pertama dan kehadiran Chan sangat mengusik dirinya.
"Minho, you and me ... Just best freinds, okey?"
Itu kata terakhir yang di dengarnya sebagai sahabat Winter, setelah itu hanya ada perbincangan tentang pameran lalu galeri. Ia sangat sadar kalau Winter menghindarinya.
"Winter, apa kau menghindari ku?"
"Tidak, apa aku terlihat seperti itu, presdir?"
Minho hanya menatap Winter datar, "apa aku terlihat sangat buruk?"
"Apa maksud mu?" Winter menghindari kontak mata dengannya.
"Kau tahu perasaan ku, tapi... kenapa kau mengabaikannya?"
Winter menarik napas panjang, ia menatap Minho tajam, "presdir, aku dan Chan telah bertunangan, meski tidak resmi di hadapan orang banyak. Ku harap anda mengerti."
Lee Minho kembali menginjak pedal gas mobilnya sekencang mungkin, tanpa peduli jalan yang licin oleh salju. Langit yang mulai gelap serta salju yang mulai mengeras mobilnya melaju lebih kencang dari sebelumnya. Hatinya terasa membeku dengan pikirannya saat ini. Sesak, itu yang di rasakannya.
Rumah tradisional korea dengan ukiran yang indah serta lampu yang menghiasi setiap sudut membuatnya terpaku sesaat, bukan lampu yang membuatnya terpaku melainkan kenangan yang membuatnya seperti itu.
"Nek," panggil Minho sambil melepas sepatunya sebelum melangkah masuk kedalam.
Ia membuka pintu dan melihat Nenek berumur 70 tahun duduk menghadap meja penuh makanan, Minho melepas mantolnya lalu duduk berhadapan dengan Nenek.
"Nenek, menyiapkan ini sendiri lagi?"
"Ya."
"Apa, Winter, belum datang?"
"dia akan datang malam natal besok, hari ini masih tanggal 23, kau tidurlah disini."
"Aku?" Minho tidak percaya Nenek menyuruhnya untuk menginap.
"Ya, Nenek, akan membuatkan mu sarapan roti lapis, teh madu dan."
"Aigo, Chagiya. Kalau setiap natal dan tahun baru aku bersama, Nenek, orang-orang akan mengira kalau aku pacar brondong, Nenek," candanya sambil menyuap sup ke mulutnya.
"Ish, kau tidak mau punya pacar seperti, Nenek?"
Minho hanya terkikik.
"Dan juga, biarkan, Winter, menjalin hubungan dengan laki-laki yang di cintainya."
Minho kembali meletakan pajeon yang disumpitnya, dengan sedikit tertunduk Minho menghabiskan kunyahan makanannya.
"Minho-a, jangan menarik benang simpul terlalu kuat, benang itu akan putus. Hem?"
Makanan dikerongkongannya terasa sangat menganjal, ia mengangguk, "Ya, Nek."
"Sudahlah, ayo makan, kita habiskan lalu lanjutkan dengan soju?"
"Oke, Chuah," ucapnya sembari mengangkat gelas sojunya.
"Dan, Minho-a, berhenti menyalahkan dirimu apa yang terjadi di masa lalu. Kau juga tahu, bagaimana sifat mendiang Presdir kan? Apa yang terjadi dengan orang tua, Winter, itu masalah mereka para orang tua."
Minho menuang soju kedalam gelas, ia menenggaknya dan mengernyit, "akh, sojunya tidak enak."
"Benarkah?"
"Nek, haruskah aku membeli beberapa botol lagi?"
"Em, baiklah. Pergilah, Nenek, akan buat pajeon daun bawang kesukaan mu."
"Kalau begitu, aku keluar dulu," pamitnya sembari memakai mantol, ia membuka pintu dan menutupnya dengan pelan.
Nenek Shin menghela napas, "malangnya, Rapunzel, seharusnya punya akhir yang bahagia, ck, ck, ck."
Minho berjalan santai menuruni jalan yang aspal yang menurun, sesekali ia melihat ke pohon ek yang terselimut salju dan melihat lampu warna-warni dari tangga jalan, angin yang pelan-pelan meniup rambut halus dan wajahnya, Minho berdecih lalu berteriak keras.
"Aish, syibal! takdir macam apa ini?"
Takdir yang selalu dibicarakan orang, takdir yang telah di gariskan sejak lahir, takdir seperti inikah kehidupannya? sendiri, dengan asap rokok yang di hembuskannya.
"Aish," ia kembali memaki lalu segera menuju toserba sambil mengirim pesan kepada Winter.
Winter-a,
aku di rumah Nenek.
tanpa mengharapkan balasan pesannya, Minho segera mematikan ponselnya.
...****************...
Chan menggandeng tangan Winter menyelusuri jalan menuju rumah mereka, malam yang semakin merangkak malam malah semakin ramai di beberap kafe dan bar. Winter menghentikan langkahnya begitu ponselnya bergetar, satu pesan dari Minho.
"Apa, Minho?" tanya Chan sembari ikut melihat layar ponsel Winter.
"Ya, di bilang dia di rumah, Nenek."
"Bagus bukan?"
"Tapi, apa kita harus kesana malam ini?"
"kita janji di malam natal, lagi pula besok kita masih harus mempersiapkan pameran."
Winter mengangguk pelan.
"Kalau kau khawatir dengannya, telpon saja."
"Siapa?"
"Rapunzel mu."
Winter memukul bahu Chan, "sebentar, oke."
"Hem, em," Chan mengangguk.
Begitu Winter melakukan panggilan, Chan lebih dulu menelpon Nenek Shin.
"Halo, Nek. Bagaimana kabarmu?"
Suara disebrang terdengar sangat bersemangat, "Baik, kau mengkhawatirkan, Minho? Tenanglah dia di sini, dia banyak minum, apa bahasa gaulnya?"
Suara lirih Minho terdengar, "hang-over, hang ... over. Oh, apa itu, Winter? Nek, berikan padaku."
"Hei, brengsek. Kau mabuk?"
"Chan-ah, kau bersama, Winter?"
"Ya."
"Berikan ponselnya padanya, cepat, em ... Tidak. Chan-ah, dengarkan aku, kau jangan menarik simpul benang terlalu kuat, benangnya akan putus. Nenek, mengatakan itu padaku."
"Lalu?"
"Aku tidak akan menariknya lagi, tetapi akan membuka simpulnya dan mengikatnya dengan benang merah ku, otte?"
"Sudahlah, aku tutup telponnya!"
Chan mematikan telponnya lalu melihat Winter yang menatapnya.
"Ada apa?"
"Apa, Minho, baik-baik saja?"
"Tidak, dia gila seperti biasanya. Tampaknya dia banyak makan pajeon dan minum."
"Hem."
"berhentilah, khawatir, Minho Omma," ledek Chan sambil merengkuh tubuh Winter kedalam pelukannya.
Winter terkikik.
...****************...
terimakasih atas dukungannya, saya harap pembaca menikmati novel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
💜Balqish H😻
keren alurnya
2023-10-27
2
Aimi.。*♡🌸
cari gadis lain ajalah minho 😥 jangan jadi sad boy
2023-09-16
0
Aimi.。*♡🌸
denger tuh minho apa kata nenek
2023-09-16
0