snowdrop

Musim dingin di negri ginseng mulai terasa, itu terlihat dari mereka yang mulai memakai pakaian yang lebih tebal dan hangat, syal warna-warni dan jaket hangat, tapi yang mencolok di sini adalah saat musim dingin para wanita tetap memakai rok pendek diatas lutut. Itu fashionble untuk sebagian wanita.

Salju belum turun, walau penyiar berita cuaca mengatakan akan turun hari ini, nyatanya belum turun juga, ia menggedikan bahu, mengeratkan coat coklat yang di kenakannya, wajahnya memerah karena musim dingin mencapai puncaknya.

Bukan tanpa alasan ia keluar rumah saat dingin seperti ini, karena ini hari spesial setiap tahunnya. Menunggu salju pertama turun bersama kekasihnya, Chan mengulum senyum, calon istri nantinya, batinnya.

Rambut hitam, coat coklat, celana gombrong, tas ransel, siapa sangka kalau yang berdiri di sana adalah desainer perhiasan terkenal, Chan Kim dari CK jewelry.

Ia berdiri di sebrang trotoar membiarkan lampu bergantian dan orang lalu lalang dengan berpegangan tangan itu membuatnya tersenyum dari balik syal yang menutupi sebagian wajahnya.

pemandangan yang luar biasa, batinnya.

"Wah," Ia melihat salju mulai turun di hadapannya. ia mengeluarkan tangannya dari saku coat dan membiarkan salju berjatuhan di telapak tangannya.

"Chan!" teriak seseorang di sebrang trotoar dan melambaikan tangan kearahnya. "Tunggu di sana," teriaknya lagi.

Chan mengangguk.

Wanita dengan coat berwarna brown sugar, rambut yang selalu tergerai, tubuh semampainya berlari mendekati Chan, sepatu flat hitam yang dikenakannya menarik perhatian Chan.

"Ugh, dingin," keluhnya begitu sampai di sebrang.

"Wajar, salju turun."

"Aku tidak suka salju," acuhnya berjalan lebih dulu.

Chan menyelaraskan langkahnya, "why?"

"So cool."

"And you, Winter."

Ia menghentikan langkahnya, mengernyit menatap Chan.

"Winter choi," ledeknya.

Ia menghela napas, "ya karena namaku adalah musim dingin, jadi aku merindukan musim panas dengan segelas smotie semangka, indahkan?"

"Okey," jawabnya seraya berjalan mundur, "setiap musim salju turun, kau selalu memakai sepatu itu."

Winter melihat sepatu flatnya, ia mengangguk, " ini mengingatkan ku, kalau kau satu-satunya keluarga ku dan menungguku di rumah," jelasnya, lalu mengulurkan tangan. "dingin," ucapnya sembari memberi isyarat agar mereka berjalan bergandengan.

Jelas, Chan menyambutnya dengan senang. Ia mengenggam tangan Winter dengan erat dan memasukan ke saku coatnya.

Tangan Winter menyentuh benda logam dan dingin, ia mencoba menarik benda tersebut tetapi, Chan menahannya.

"Apa ini?" tanyanya heran dengan melihat wajah Chan yang hanya tersenyum.

"Secret," jawabnya.

"Aish," Winter kesal.

"Haruskah kita minum yang hangat?" tanya Chan menunjuk cafe yang hampir penuh.

"Yap, ku rasa ide bagus. ruang kerja ku terlalu dingin akhir-akhir ini."

"Benarkah, mau ku buatkan pabrik tembikar sendiri?" tawar Chan.

"Ssst."

"Aku bisa membuatnya, aku, Kim Chanyeong, desainer serta pemilik lebel perhiasan CK serta kekasihmu."

"Ya, aku tahu, sajang-nim, aigo, aigo, sombongnya."

Chan merangkul Winter dan keduanya masuk bersamaan.

"Duduklah, aku akan mengantre," Chan menarik bangku untuk Winter.

Winter meletakan tas ranselnya lalu membuka sedikit syalnya, mengecek ponsel dan ada satu pesan serta 3 panggilan yang tidak terjawab.

Tuan Lee, batinnya.

Ponselnya bergetar. Chan yang mengantre mengiriminya pesan, hanya emoticon senyum, tetapi membuatnya sangat di perhatikan. Winter melihat dengan tersenyum kearah Chan yang hampir menyelesaikan antreannya.

Beberapa menit, Chan datang dengan timer untuk pesanan kopinya. Ia meletakannya di meja dan meraih tangan Winter.

"Berapa lama kita tidak bertemu ?" tanyanya dengan senyum terus bersinar di wajah.

Winter memutar bola matanya, "4 jam 12 menit ?"

"Ah," Chan tersenyum malu.

"Berapa lama kita sudah bersama ?" kali ini Winter melontarkan pertanyaan yang membuat Chan memutar bola matanya.

Winter tertawa.

"Why?"

Ia menggeleng.

"Ah, aku membuat sesuatu untuk mu," ia mengeluarkan sesuatu dari saku coatnya, lalu memakaikan di pergelangan tangan Winter, "selamat untuk pameran mu."

"Wah," Winter mengangkat tangannya, ia memamerkannya dan bertanya kepada pelanggan cafe yang duduk di belakangnya. "bagaimana menurut kalian?"

"Gelang yang cantik," jawab mereka.

" Cantik kan? Kekasih ku yang membuatnya," pamernya dengan bangga sembari melirik Chan.

"Waah, so sweet."

"Dia desainer perhiasan CK dan pemiliknya, datanglah ... ke tokonya."

"Winter, sudahlah," pinta Chan sembari menarik lengan Winter, wajahnya memerah.

"Wajah mu merah, apa kau malu? Apakah malam ini aku harus menginap di rumah mu?"

"Menginap?" tanyanya heran, "bukankah rumah ku adalah rumah mu dan rumah mu adalah rumah ku?"

"Ku pikir, kau akan bosan dan pergi ke rumah yang lain, kau miliader sekarang."

 "Winter-shi, dengar ya ... kau itu tempat aku pulang, percayalah, kemanapun aku pergi akan selalu kembali padamu."

Winter tertawa.

"Ah, kau menggoda ku," Chan mengedipkan sebelah matanya.

"Dua coklat hangat, siap!" teriak waiters di kasir.

"Ya," Winter berlari menerima pesanan.

Chan menoleh kearah jendela, salju turun dengan lebat.

"Apa salju semanis ini?" gumamnya.

Winter meletakan secangkir coklat hangat di depan Chan.

"Thank you," ucapnya.

"Chan, 15 hari kedepan sepertinya kita akan sulit bertemu."

Chan mengangguk, "kau sibuk dengan pameran keramik dan tembikar mu, aku sibuk dengan pameran perhiasan toko ku."

"Yah, semua ini demi."

"Haruskah aku batalkan pameran ku?" Chan menyela perkataan Winter.

"Uang!" lanjutnya dengan menggesekan kedua telapak tangannya seakan mengeluarkan uang, wajahnya berubah serius.

"Aku tersadar satu hal."

"Apa?"

"Kekasih ku sangat, sangat matrealistis."

Winter menjentikan jarinya, "itu aku, bukan?"

Chan tersenyum geli.

"Wah, salju benar-benar turun," gumam Winter.

Chan ikut melihat keluar jendela cafe, salju turun dengan lebat seperti sebelumnya. Ini bukan pertama kalinya mereka menyaksikan salju pertama bersama, mereka telah melakukan hal ini selama 5 tahun dan tidak ada yang berubah, tetap hangat dan mendebarkan acap kali mata mereka melihat salju pertama turun.

"Apa musim dingin yang akan datang, aku bisa melihat salju juga?" ujar Winter.

"Apa yang kau katakan, kita pasti bisa menikmati salju dengan secangkir coklat hangat. Seperti sekarang."

Winter tersenyum.

Chan mengenggam tangan Winter dan memainkan gelang yang melingkar di pergelangannya. Gelang dengan bentuk patrikal es yang di susun dengan hati-hati dan satu kuncup bunga snowdrop, Chan ingin tetap melihat Winter di depan matanya.

"Chagiya, kau tahu arti bunga snowdrop dan musim dingin?"

"Tidak."

"Aku membuat ini karena ingin mengingatmu sebagai musim dingin, seperti namamu dan kau seperti bunga snowdrop bagiku."

"Kenapa?"

"Kau memberi harapan baru seperti bunga snowdrop yang tumbuh setelah salju mencair begitu musim semi tiba. Winter, mau hidup bersamaku?"

Winter tersenyum kecil, "itu yang kau katakan setiap tahun dan setiap salju pertama turun di musim dingin."

Chan menunduk.

"Chan, selepas pameran kita selesai mari kita menikah," Winter menepuk punggung tangan Chan lembut.

"Oke, mari kita selesaikan pameran tahun ini dengan baik dan dapatkan uang," Chan tiba-tiba bersemangat, atmosfer kembali berubah begitu Chan tertawa menyipitkan mata.

Winter tersenyum, apa aku bisa menjadi bunga snowdorp seperti yang kau maksud, Chan? Sesak rasanya kau begini, batin Winter.

Salju masih turun dengan lebat, natal yang sebentar lagi tiba, banyak toko dengan ornamen berwarna merah hijau dan lampu-lampu kelap kelip yang indah mulai menyala, bersinar gemerlap diantara riuhnya orang-orang yang menikmati musim dingin.

...****...

Seorang laki-laki dengan setelan jas berwarna donker mengeluarkan bebeapa gundi dari tungku pembakar tepat di depan studio minimalis dengan pohon pinus yang hampir tertutup salju.

Tangan yang memakai sarung tangan terus mengenggam gundi panas, membiarkan beberapa dari mereka tergeletak di tanah, Ia menunduk menenggelamkan wajahnya diantar kedua dengkulnya dan melempar gundi tersebut hingga pecah berserakan.

Hangat perapian dari tungku, matanya yang basah membuat wajah putihnya memerah.

Namun, tangisnya mengisi kesepian sore itu, sekali lagi ia memecahkan gundi-gundi tersebut dengan martil di tangannya.

*********

Ia meletakan satu kotak kalung dengan liontin bintang di depan wanita yang berusaha mengeluarkan tembikar dari dalam tungku.

Wanita itu melirik dan tersenyum paksa.

"Apa ini?"

"Hadiah."

"Aku tidak berulang tahun," ia kembali menarik ke perapian.

"Tetaplah bersama ku."

"..."

"Menikahlah dengan ku."

"..."

"Aku melamar mu."

Ia berdiri, "maaf, presdir."

Ia tersenyum sedih.

"Bisakah kita hentikan ini? Aku ingin merubah kecanggungan selama ini. Kau juga sahabat ku, kita sahabat tapi, haruskah berakhir saling membenci?"

"..., kenapa harus dia?"

"Apa?"

"Antara aku dan dia, kenapa harus dia?" tanyanya menatap wanita di depannya dengan dalam.

"Minhoo!" bentaknya.

Ia melempar kotak berisi cincin tersebut ke dalam tungku api.

Wanita itu menutup mulutnya shock. ia segera membuka sarung tangan serta apron lalu meraih mantol, tas dan syalnya, ia meninggalkan Minho yang terpaku sendiri di depan tungku api.

                               *****

Tolong dukungannya ><.

Terpopuler

Comments

Aimi.。*♡🌸

Aimi.。*♡🌸

yang namanya minho pasti ganteng banget

2023-08-25

1

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

so sweet

2023-08-18

1

Alpri prastuti

Alpri prastuti

💖

2023-08-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!