Rapunzel

2007.

Rumah dengan pagar berwarna hitam bermotif kuda emas menjulang tinggi di depan seorang anak perempuan dengan sweter dan syal warna peach senada dengan jepit rambut yang menghiasi sisi kanan rambutnya. Ya, Winter menatap takjub rumah bak kastil di cerita dongeng yang sering ia baca dan hayalkan sebelum tidur.

"Woah, apa seorang pangeran juga tinggal di dalam sana?" gumamnya sembari menyungingkan senyum takjub.

Setelah hari itu, Winter lebih sering berdiri di sana sekedar memainkan kelopak bunga plum yang gugur di depan gerbang di saat musim semi dan memainkan salju di saat musim dingin.

Namun, ia belum juga melihat pangeran keluar dari sana.

Hari ini saat ia memainkan salju suara derit gerbang membuatnya berdiri, sebuah mobil mewah dengan hiasan kuda di knap depan, membuatnya semakin takjub.

Dari jendela mobil ia melihat seorang anak laki-laki yang duduk di kursi penumpang dengan tatapan tajam ke depan.

"Apa itu pangerannya? Yah, tidak buruk," ia kembali bermain salju dan membuat bulatan besar yang di susun menjadi bagian tubuh boneka salju kecil, "yeah, olf."

"Nak."

Ia menoleh.

"Apa tidak dingin?" tanya laki-laki dengan setelan hitam putih dan dasi kupu-kupu.

"Tidak."

"Dimana rumah mu?"

Winter menunjuk rumah flat minimalis di dekat pohon akasia yang tidak berdaun lagi.

"Ah, kau anak dari sutradara Choi?"

"Ya,na ... Choi winterimida," ia memerkenalkan diri dengan membungkuk.

"Aigo, hippone. Winter-a, besok mau main ke rumah paman?"

"Eum, any, Ahjussi. Ibu bilang jangan main ke rumah orang asing," jelasnya dengan gaya orang dewasa.

Hal tersebut justru mengundang tawa bagi laki-laki tersebut.

"Wae?"

"Katakan kepada sutradara Choi, keluarga Lee dari galeri cheonsang, mengundang untuk makan malam," katanya sembari mengelus kepala Winter.

"Geureh, arasho, Ahjussi," Winter berbalik dan berjalan pelan menendangi salju, tetapi ia kembali menoleh, "Ahjussi, apa pangeran yang tinggal di sana baik hati?"

Laki-laki tersebut tersenyum dan menganguk.

"Lalu, siapa nama, Ahjussi?"

"Panggil saja, Yul samchon."

Winter mengangguk.

...****************...

keluarga Choi yang memenuhi panggilan undangan keluarga Winter berdiri di tengah megahnya mansion milik keluarga Lee, lukisan besar yang terpampang di dinding membuat Winter terkagum, bagaimana tidak, lukisan tersebut adalah karya kedua orang tuanya.

Ayahnya memegang tangan Winter dengan erat agar putrinya tidak berlarian kemanapun, Winter yang hanya menggoyangkan tangan ibunya terheran melihat wajah tegang dari kedua orang tuanya.

"Omma, apa kita pulang saja?"

Ibunya hanya meletakan jari telunjuknya di jari dan memintanya untuk diam.

"Itu, Paman Yul," teriak Winter sembari melepaskan genggaman kedua orang tuanya.

"Winter, oh ... Pelukis Choi, selamat datang, mari duduk," ia mempersilahkan mereka untuk duduk.

"Maaf, Pak Yul. ada apa Tuan Lee, mengundang kami?" tanya Choi Min hyuk, Ayah Winter dengan panik.

"Bukan, Tuan Lee, tapi Tuan Muda Lee Minho, sebentar lagi dia akan turun setelah pembelajaran bisnisnya selesai."

Kedua orang tua Winter mengangguk.

"Samchon, apa makan malam sudah siap? Aku tidak ingin makanan yang berminyak."

Suara yang terdengar seperti anak berusia sepuluh tahun, tetapi terdengan bijak dan cukup dingin, terlebih ia berjalan dengan bahu tegap lurus meskipun menuruni tangga, rambut yang sangat tertara rapi sesuai dengan kemeja cream yang dikenakannya.

Winter menatapnya setalah memberi hormat kepadanya, mata keduanya bertemu seakan Winter dapat menembus manik coklat yang terlihat kesepian, tidak ada senyuman bahkan sangat menderita.

Winter mendekatinya, "halo, Aku Choi Winter, apa kita seumuran?"

"tidak."

Winter yang merasa diabaikan memegang tangan Minho sambil menjabatnya. "mulai sekarang aku adalah teman mu," ucapnya dengan tersenyum.

Minho berdecih melepaskan jabatan tangan Winter.

Kedua orang tua Winter membungkuk, "maaf, Tuan Lee. Anak kami."

"tidak apa-apa, lagi pula dia hanya mengasihani diriku yang terkurung di rumah terkutuk ini."

"Em?" Winter menatap Minho dengan heran.

Minho segera meninggalkan mereka menuju ruang makan, diikuti oleh Paman Yul yang mengajak keluarga Choi untuk makan malam bersama.

Winter yang betul-betul menikmati makanan yang terhidang membuat Minho lupa kalau sudah waktunya ia kembali ke ruang belajarnya, hingga guru privat bisnisnya menghampiri mereka yang sedang bercengkrama.

"Tuan Lee, mari selesaikan pembelajaran malam ini."

Minho menghela napas sambil meletakan garpu dan pisaunya hingga berdenting. "kalau aku melawanmu, kau pasti akan mengadu ke monster itu, bukan?"

"Maaf, Tuan Lee," ucap guru privatnya.

"Minho, kau belajar di jam delapan malam?" tanya Winter terheran.

Minho tidak menjawab, ia hanya me-lap mulut dan tangannya lalu bangkit dari duduknya.

"Minho-a, lain kali ayo bermain, di rumah ku."

Minho tersenyum, "baiklah."

"Bermain di taman."

Minho mengangguk, "siapa namamu?"

"Winter Choi."

"Baiklah, Winter. Hari itu aku yang akan mentraktir mu."

Minho berjalan cepat menuju ruang belajarnya, Winter menghela napas panjang, "menyusahkan menjadi Chaebol."

...****************...

2009

Winter mengencangkan jaketnya dengan erat, sesekali meniup tangannya agar hangat. Musim dingin tahun ini berada di suhu 3 derajat celcius, salju yang turun juga agak lebat. Ia menunggu Minho di gerbang mansionnya, sebab malam ini ia akan bermain di rumah Winter.

Winter mengeluarkan ponselnya dan menelpon Minho.

"Minho-ya, kau dimana?"

"Pulanglah, aku terjebak di ruanganku."

"kau belajar? "

"Ya, aku harus mempelajari ini, sebab perusahaan LH akan mengakuisisi perusahaan Alangga."

"Ah, masa bodoh. Minho-ya, kau tahu dongeng Rapunzel yang disekap oleh penyihir?"

"Ish, lalu?"

"Aku akan menjadi Flynn Rider. Jadi, Rapunzel, kau tunggu aba-aba ku."

Winter mematikan telponnya, setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku, ia berbalik arah kembali ke rumahnya.

Minhyuk yang sedang duduk menghadap jendela segera menyusul anaknya yang berlari kearah gudang rumah.

"Appa, apa kita punya tali panjang?"

"Untuk apa?"

"yap, ketemu," Winter mengangkat gulungan tali, ia segera mengalungkannya dipundak dan hampir menutupi separuh tubuhnya.

"Kau mau kemana, apa yang akan kau lakukan?" teriak Ayahnya sambil tergesa mengejarnya.

"Menculik Rapunzel."

"Apa-apaan dia?" heran Ayahnya.

"Yeobo, ada apa?"

"Ah, tidak. Dia ingin menculik, Rapunzel."

"Apa, Ra-punzel?"

Choi Minhyuk mengankat bahu.

 winter mulai memperkirakan ketinggian gerbang mansion Lee Minho kemudian berputar ke belakang mansion. Ya, tembok tinggi yang menutupi mansion, tetapi ada pohon ekaliptus yang sangat rindang tepat menghadap kamar Minho.

"sepertinya, dahan ekaliptus bisa menopang tubuh ku," gumamnya sembari naik perlahan ke pohon ekaliptus, begitu sampai di dahan yang tinggi, Winter segera menelpon Minho.

"Ya, kau sudah menyipkan seprai, selimut, apapun yang bisa di pakai untuk turun dari jendela?"

"Iya, aku sudah mengikat ujungnya di kaki ranjang."

"Cepat turun, kau melihat ku di pohon ekaliptus?"

"Apa?"

"Cepatlah!"

"Oke."

Winter melihat Minho yang melempar seprai yang telah di disambung dengan kain separai lainya lewat jendela, Minho mulai turun perlahan. Winter sendiri mengikat tali yang dibawanya dengan kencang dan melempar kedalam pagar tembok mansion Minho.

Dari atas pohon, Winter melihat Minho lari secepat mungkin, "Minho, naik ke tembok dengan tali itu, oke?"

Minho mengangguk lalu meraih tali tersebut dan berhasil melompati pagar tembok rumahnya.

Winter yang sudah turun dari pohon segera menarik tangan Minho, "kita tidak jadi main di rumah ku."

"Em, kita mau kemana?"

Winter hanya tersenyum kearah Minho dan menarik tangannya kedalam genggamannya, "Minho-a, jangan lepas tangan, Noona, oke."

"Ya, Noona."

Winter segera berlari bersama menuju halte bis, ia melihat rute ke tujuannya dengan seksama di papan pengumuman halte bus.

"Winter-a, apa kita tidak akan kesasar?"

"Hem, tidak. kau percaya padaku?"

"Tidak."

"Wae?" Winter mulai kesal.

"Mana mungkin aku percaya dengan orang yang menculikku, ish."

"Aish," Winter memukul bahu Minho keras, "ayo, naik. Mulai sekarang kau harus menuruti perkataan, kakak perempuan mu ini, Arasho?"

"Nee, Noonim," ucap Minho sembari membungkuk.

...****************...

Minho menatap rumah tradisional dengan segala ornamen kuno, keasriannya masih sangat terjaga terlebih ia melihat jajaran tembikar dari ukuran kecil hingga besar di sudut halaman rumah tersebut. Ada kolam bunga teratai yang membeku hanya terlihat salju diatasnya, jalan bebatuan yang berselimut salju membuat Minho terpeleset.

"Omo," Winter menutup mulut begitu Minho meringis sembari memegangi bokongnya, "apa sakit?"

Minho menggeleng.

"Bagus, Minho, kau keren," Winter mengacungkan jari jempolnya.

"Ish, kau pikir aku anak SD, kita sudah 14 tahun."

Winter terkikik.

Pintu di hadapan mereka berderit pelan, seorang wanita dengan syal yang menggelantung, rambut yang sudah putih, mendekati Winter dan memeluknya.

"Kau berhasil menculik, Rapunzel?"

"Ya, Nek," Winter menunjuk Minho yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Omo, Rapunzel yang sangat tampan. Rapunzel, kemarilah."

Minho membungkuk sambil melirik Winter yang terkikik.

"Rapunzel, ayo, hangatkan tubuhmu."

"Ya, Haelmoni."

Minho mengikuti Nenek Winter yang berjalan menuju ruang makan, sementara Winter sibuk melihat ponselnya dengan gelisah membaca setiap pesannya.

"Winter-a, ada apa?" tanya Minho yang melihat perubahan pada wajah Winter.

"Ah, tidak ada. Bagaimana pelariannya?"

"Sangat seru, aku juga jadi merasakan memiliki Nenek."

"Minho-a, kau bisa kabur kemari kapanpun itu, baik bersamaku atau tidak, rumah Nenek tetap akan menerima kehadiranmu."

Minho hanya mengangguk, lalu melihat salju yang turun dengan lebat. Ia mengunyah biskuit dengan sangat lembut , entah perasaan sedih mulai membuat dada dan matanya panas. Ia mulai menangis.

"Minho-a, kau menangis?"

"Tidak," elaknya dengan menghapus air matanya cepat.

Winter segera memeluk Minho dan menepuk punggungnya lembut, "tidak apa-apa, kau punya aku yang akan mendukungmu."

...****************...

->Noona: kakak perempuan (sebutan untuk perempuan yang lebih tua dari laki-laki)

Terimakasih dukungannya, Aku harap novel ini terus dibaca oleh pembaca, terimakasih ;)

Terpopuler

Comments

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

winter siap beraksi😅

2023-08-18

1

Nilaaa🍒

Nilaaa🍒

Yups, apalagi tuntutan orang tua/keluarga yang harus dewasa sebelum waktunya😌

2023-08-18

0

Alpri prastuti

Alpri prastuti

lariiii

2023-08-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!