Part 05

Setelah jam pelajaran selesai, semua mahasiswa langsung berhamburan keluar. Pulang kuliah adalah waktu yang sangat menyenangkan bagi mereka setelah melewati pelajaran yang begitu memusingkan pikiran mereka. Begitu juga dengan Aska dan kedua sahabatnya, tetapi beda dengan mahasiswa lainnya yang langsung pulang ke rumah untuk untuk bertemu dengan keluarga. Namun, Aska dan teman-temannya malah sibuk mencari tempat untuk berkeliaran untuk menyenangkan hati mereka. Karena mereka pulang ke rumah mereka hanya untuk istirahat saja.

"Kita nongkrong dimana? apa lo tau tempat tongkrongan yang lebih asik? gue bosan di tempat biasa," ucap Aska sambil menghidupkan rokoknya dan meletakkan kakinya di atas meja.

"Gue tau tempat tongkrongan baru. Bahkan tempat ini sarangnya para bidadari," ucap Rico.

"Sarang bidadari? bidadari apaan?" tanya Bimo tidak percaya.

"Lo nggak percaya?"

"Sudahlah! kita akan kesana, nanti malam," ucap Aska setuju.

Mendengar percakapan para brandal itu, Almira yang masih mengerjakan tugasnya hanya diam sambil mengenakan handset di telinganya. Melihat Almira yang belum pulang, Aska sesekali mencuri pandangannya sambil bercanda gurau dengan kedua sahabatnya.

"Lo sepertinya naksir sama tu cewek," ucap Bimo melihat jika sahabatnya itu selalu memperhatikan Almira.

"Dia itu beda! hal itulah yang membuat gue jadi penasaran kepadanya," ucap Aska tersenyum sinis.

"Penasaran apa penasaran? jangan sampai lo terkena pelet bucin," ucap Rico mengejek.

"Bucin apaan? lo kira gue segila itu bisa percaya dengan cinta? apalagi yang namanya ikatan," ucap Aska tersenyum kecil.

"Awas jika di antara kita bertiga lo yang memiliki pacar terlebih dulu," ucap Bimo.

"Tidak akan. Gue benci yang namanya cinta, apalagi wanita," ucap Aska.

Sadar dirinya sedang jadi bahan gosip oleh ketiga pria itu, Almira langsung melirik ketiganya mengunakan ekor matanya. Dia heran, kenapa ketiga pria itu bisa menjadi pria terpopuler di kampus. Bahkan begitu banyak gadis yang tergila-gila kepada mereka. Padahal mereka hanyalah mahasiswa nakal yang selalu membuat onar di kampus.

"Pria bajingan seperti mereka bisa menjadi pria terpopuler. Memang semua gadis yang belajar di kampus ini pada rabun," gumam Almira menggeleng pelan.

Melihat Almira yang belum pulang, Aska dan kedua sahabatnya juga memilih untuk tetap di kelas. Mereka bercanda gurau bersama sehingga membuat keadaan kelas menjadi begitu heboh. Padahal seluruh mahasiswa yang belajar di kelas itu sudah pulang semua. Tentu saja suara berisik mereka membuat suasana hati Almira mencari hancur.

"Apa kalian tidak bisa diam?" tanya Almira menatap kesal ketiga sahabat yang sejak tadi membuat kelas itu seperti pajak pagi. Mendengar itu, ketiga sahabat itu hanya diam sambil menatap bengong gadis itu.

"Tidak!" ucap Aska santai tanpa dosa sedikitpun.

Tentu saja hal itu membuat api amarah Almira langsung menyala. Wajahnya yang putih bersih berubah menjadi merah padam, bahkan tatapannya begitu tajam siap menerkam ketiga pria itu sekaligus. Melihat kemarahan Almira, ketiga sahabat itu langsung saling cubit satu sama lain.

"Lo sih! dari tadi di ajak pulang. Tapi lo tetap nggak mau," ucap Bimo dan Rico menyalahkan Aska.

"Kenapa kalian malah nyalahin gue? tadi gue 'kan sudah bilang jangan ribut," ucap Aska membela diri.

Melihat perdebatan ketiganya, Almira langsung menyimpan semua bukunya ke dalam tasnya dengan penuh kekesalan. Padahal tugasnya tinggal sedikit lagi sudah selesai, tetapi karena keributan yang di ciptakan ketiga pria itu membuat konsentrasinya langsung hilang seketika.

"Lo mau kemana?" tanya Aska melihat Almira keluar dari kelas itu.

"Bukan urusan lo!" ucap Almira singkat lalu meningalkan ketiga pria itu.

Dia keluar dari kampus itu dengan penuh kekesalan. Memang nasib apes telah mendatanginya, sehingga dia bisa satu kelas dengan pria yang begitu menyebalkan seperti Aska dan kedua sahabatnya itu.

"Mimpi apa gue datang ke kota ini? sehingga gue bisa bertemu dengan pria yang begitu menyebalkan seperti dia," gumam Almira berjalan dengan penuh kekesalan.

Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ponselnya berbunyi. Dengan cepat Almira mengambil benda pipih itu dan melihat nama Alea terpajang di layar. Dia langsung menekan tombol hijau dan meletakkan benda pipih itu di telinganya.

"Hallo! ada apa lo menghubungi gue?" tanya Almira kepada Alea sang adik sepupunya yang ada di seberang sana.

"Kakak judes amat sih? pantas saja gak laku-laku," ucap Alea kesal.

"Jika lo menghubungi gue hanya mau ngeledek gue, lebih baik gue matiin aja,"

"Eh, jangan! sahabat Alea punya swalayan mini, katanya orang tuanya sedang mencari penjaga kasir. Kakak mau tidak? jika tidak! maka Alea akan bilang agar dia cari orang lain saja,"

"Jangan! kakak mau. Kirimkan alamatnya, kakak akan kesana sekarang," ucap Almira dengan cepat.

"Tadi aja, juteknya minta ampun,"

"Jangan banyak gaya lo. Nanti kakak terakhir makan cilok,"

"Arghh! kalau gitu Alea akan kirim alamatnya ke WA kakak. Bye,"

"Dasar bocah! giliran teraktiran saja, langsung semangat empat lima," gumam Almira tersenyum kecil lalu mencari angkot untuk menuju alamat yang telah di kirimkan Alea.

Almira memang harus bekerja keras untuk mengejutkan cita-citanya sebagai sarjana dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Memang dia mendapatkan beasiswa atas prestasinya, tetapi dia juga harus membiayai sekolah adik dan juga kebutuhan kedua orang tuanya. Bahkan dia juga harus pindah ke kota ini karena adiknya yang ingin sekolah di sekolah Alea.

Suatu kebetulan, dia juga mendapatkan undangan beasiswa di tempat kuliahnya saat ini, sehingga dia tidak perlu repot-repot mencari fakultas yang menyediakan beasiswa untuknya. Walaupun dia harus mencari pekerjaan baru, dan menempuh jarak yang cukup jauh dari rumah menuju kampus. Namun, Almira tidak pernah mengeluh dan terus berjuang untuk menggujutkan keinginannya.

Setelah melewati lima belas menit perjalanan, akhirnya dia sampai di swalayan yang di katakan Alea. Dia melihat Alea yang sedang menunggunya di depan pintu, dengan cepat Almira menghampiri adik sepupunya itu dan berharap pemilik swalayan itu bisa menerimanya.

"Kakak lama sekali, ayo cepat," ucap Alea langsung menarik Almira masuk ke swalayan itu.

Dia memperkenalkan Almira kepada orang tua sahabatnya, dan mengatakan jika kakaknya itu ingin melamar kerja di sana. Melihat penampilan Almira, pemilik swalayan itu langsung menerima Almira sebagai karyawannya. Selain cantik, Almira juga sangat jujur, sehingga membuat pemilik toko itu langsung menyukainya.

"Baiklah! kamu boleh bekerja mulai hari ini," ucap pemilik swalayan itu.

"Benarkah! Terima kasih, Tante. Aku berjanji akan bekerja dengan baik," ucap Almira tersenyum.

"Tante pegang janjimu. Tante dengar kamu masih kuliah,"

"Ia, Tante. Tapi aku akan mengatur jadwal kuliah dan juga jam bekerja dengan baik. Jadi tante tidak perlu khawatir,"

"Tidak apa-apa. Lagian yang berkerja di sini memiliki dua shift. Jadi tante akan meletakkanmu di shift sore. Agar tidak terganggu dengan kuliahmu,"

"Baik, Tante! sekali lagi terima kasih," ucap Almira tersenyum.

Pemilik swalayan itu hanya tersenyum lalu pergi meninggalkan Almira bersama putrinya. Almira hanya bisa mengucapkan syukur karena akhirnya dia memiliki pekerjaan lagi. Jadi dia sudah bisa memberikan uang bulanan kepada ibunya lagi.

"Ingat! gaji pertama, harus terakhir cilok," ucap Alea sambil menjauhi Almira.

"Ok!" ucap Almira mengacungkan kedua jempolnya.

"Akhirnya aku memiliki pekerjaan juga. Jadi aku tidak membutuhkan headset lagi saat pulang," batin Almira tersenyum kecil.

Bersambung......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!