Prak....
Suara pecahan kaca terdengar di salah satu ruang dosen. Mendengar suara itu, para mahasiswa dan juga dosen langsung berhamburan keluar untuk melihat sumber suara itu. Melihat keadaan di sana, semua orang langsung bisa menebak siapa penyebab pecahnya kaca jendela ruangan dosen itu.
"Aska Alfrenda! datang ke ruangan saja sekarang," ucap Pak Bento, Dekan di kampus itu.
"Tepat sasaran! di skors berapa minggu ya?" tanya Aska kepada kedua sahabatnya tanpa ada rasa penyesalan sedikitpun.
"Mungkin seminggu adat dua minggu," ucap Bimo tersenyum puas.
"Itu terlalu sedikit, mungkin kita harus memecahkan sesuatu lagi agar bisa bisa bebas selama sebulan," ucap Rico tersenyum sinis.
"Kalian tunggu apa lagi?" tanya Bu Erna menatap kesal ketiga pemuda yang masih betah pada tempatnya itu.
"He... he... Ia, Bu!" ucap ketiganya terkekeh kecil lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan Pak Bento.
Sesampainya di ruangan, mereka bertiga langsung duduk di sofa tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Mendapatkan hukuman, sudah seperti makan obat untuk ketiga brandal kampus itu. Bahkan mereka merasa kekurangan sesuatu, jika tidak membuat ulah sebentar saja.
"Kira-kira berapa minggu kami di skors, Pak? satu minggu, dua minggu, kalau bisa yang lama ya," ucap Aska tanpa beban.
Melihat kelakuan mahasiswanya itu, Pak Bento dan Bu Erna hanya bisa membuang napasnya kasar. Menskors ketiga mahasiswanya itu tidak akan ada gunanya, mereka harus memikirkan hukuman lain agar ketiga mahasiswanya itu ada efek jera.
"Tidak ada yang di skors!" ucap Pak Bento tegas.
"Jadi kami harus ganti rugi? Katakan berapa yang harus kami ganti?" tanya Rico.
"Tidak ada yang akan ganti rugi," sambung Bu Erna.
"Jadi kami harus mengerjakan tugas tambahan?" tanya Bimo.
"Tidak!" ucap Bu Erna dan Pak Bento serentak, sehingga membuat ketiga pemuda itu saling bertatapan.
"Jadi kami tidak mendapatkan hukuman?" tanya ketiganya serentak.
"Ikut ibu sekarang," ucap Bu Erna tidak mau basa-basi lagi.
Tanpa banyak bertanya, Aska dan kedua sahabatnya langsung mengikuti Bu Erna tanpa banyak pertanyaan. Hingga akhirnya mereka sampai di lapangan kampus, di sana sudah tersedia alat untuk membersihkan lapangan. Melihat itu, Aska dan kedua sahabatnya langsung saling menatap kebingungan.
"Petugas kebersihan sedang cuti untuk hari ini. Jadi ibu minta kalian yang mengantikannya," ucap Bu Erna tidak tau harus memberikan hukuman apalagi kepada ketiga mahasiswanya yang super nakal itu.
"Apa! Tidak. Aku tidak mau." Tolak Aska dengan tegas.
"Baiklah! Jika kalian tidak mau. Maka, ibu akan memanggil orang tua kalian," ucap Bu Erna.
"Anda tidak perlu memanggil tua bangka itu. Aku bisa memberikan seluruh kampus ini," ucap Aska penuh kekesalan.
"Bagus kalau begitu. Kalian tidak boleh pulang jika belum menyelesaikan semuanya," ucap Bu Erna melangkahkan kakinya meninggalkan para mahasiswanya itu.
"Lo gila! masak kita harus membersihkan seluruh kampus ini. Lagipula kita sudah kuliah, bukan anak SMA lagi," ucap Bimo penuh kekesalan.
"Padahal gue sudah mengunakan parfum andalan gue," ucap Rico penuh kekesalan.
"Sudah! Lakukan saja. Dari pada Bu Erna menghubungi tua bangka itu, lebih baik gue membersihkan seluruh kampus ini," ucap Aska mengambil plastik untuk tempat sampah, dan mulai mengutip sampah itu satu persatu.
"Wau! Ada bidadari kesasar. Cocok untuk menjadi mangsa malam ini," ucap Rico merapikan pakaiannya setelah melihat seorang gadis berjalan mendekati mereka.
"Pria mata keranjang seperti lo, melihat kucing betina saja pasti lo bilang cantik," ucap Bimo terkekeh kecil.
"Gila, Lo! Walaupun mata keranjang, tapi penglihatan gue masih normal. Coba lo lihat saja," ucap Rico kesal kesal.
"Co! Gue lagi mimpi apa? Kenapa tiba-tiba ada bidadari di depan gua?" tanya Bimo ikut terpesona dengan kecantikan gadis itu.
Sedangkan Rico sudah duluan menghampiri gadis yang berhasil membuatnya terpesona seketika. Tentu saja dia tidak mau kehilangan kesempatan untuk mendapatkan gadis itu. Melihat Rico yang sudah bergerak duluan, Bimo juga tidak mau kalah. Dia berlari kecil mengejar sahabatnya itu dan bersiap untuk mengoda gadis itu.
"Hai, cantik! Mau kemana?" tanya Rico menghampiri gadis itu.
"Ternyata di sini ada bidadari. Bidadarinya mau ke mana?" tanya Bimo ikut-ikutan.
Mendengar pertanyaan kedua pria itu, gadis itu hanya diam tidak memperdulikannya. Dia terus melangkahkan kakinya tanpa mengiraukan pertanyaan para pemuda yang terlihat menyebalkan di matanya.
"Hai, biar aku antar. Di sini tidak boleh gadis cantik berkeliaran seorang diri," ucap Bimo memegang tangan gadis itu.
Bugh....
Tanpa banyak bicara, satu bugeman mentah langsung mendarat di wajah Bimo. Melihat sahabatnya terlah terjatuh dengan wajah yang membiru, Rico mencoba untuk membantunya.
Bugh...
Namun, sangat di sayangkan, dia juga mendapatkan tanda perkenalan dari gadis itu. Sehingga, kedua pemuda tampan itu sama-sama jatuh di tanah dengan luka lembam di wajah mereka.
Melihat itu, gadis itu hanya tersenyum tipis lalu kembali melangkahkan kakinya. Melihat kedua sahabatnya di hajar oleh gadis itu, Aska hanya bisa diam terpaku. Dia tidak tau harus melakukan apa, selain diam melogo seperti patung.
"Gila tu cewek! Makan apaan sih?" tanya Bimo memegang wajahnya yang terasa perih.
"Hei!" ucap Aska memberanikan diri.
Mendengar teriakan Aska, gadis itu langsung menghentikan langkahnya dan melemparkan tatapan tajamnya.
"Tidak jadi!" ucap Aska menunduk lalu menghampiri kedua sahabatnya.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments