Aku Bukan Dewa

Aku Bukan Dewa

Awal

Di era kekacauan, di mana semuanya hidup dalam penuh penyiksaan, dunia benar-benar kejam.

Manusia menjadi budak, dewa menguasai dunia, dan dunia yang kacau terus dipermainkan oleh dewa.

Di keadaan dunia yang kacau, tidak ada sama sekali harapan yang ada di sana.

Dewa yang dapat menciptakan lagi peradaban dan planet di mana kekuatan mereka sama sekali tak terbatas dan benar-benar kuat menjadi pemimpin di atas semua ras.

Manusia sebagai ras terlemah di era kekacauan selalu menjadi budak, wanita dijadikan alat pemuas nafsu, laki-laki dijadikan pekerja, mereka bahkan tidak layak hidup, di mana semua manusia hanyalah boneka dan alat di mana kehidupan yang bagaikan neraka tidak kunjung berakhir.

Entah itu ratusan, ribuan tahun, manusia selalu menjadi yang terlemah di antara semua ras.

Takdir mereka dipermainkan di hadapan kekuatan tak terbatas itu, tidak ada harapan sama sekali yang pernah ada menanti mereka.

Dunia terus kacau, peradaban terus menghilang, tapi di mata dewa waktu hanyalah sebuah manifestasi manusia akan suatu kondisi dan di mata dewa waktu tidak ada apa-apanya.

Berapa lamapun mereka menunggu, manusia akan menjadi alat dan dalam sejarah yang kelam. Ribuan, ratusan, dan bahkan puluhan manusia terus mati, mati dan mati.

Mereka dilahirkan hanya untuk mati, dilahirkan untuk melihat kekejaman dunia yang tanpa ada akhirnya itu.

Bagaikan neraka yang tidak kunjung berakhir, bahkan kata bahagia tidak pernah ada dalam kamus manusia.

Entah di peradaban lama, peradaban yang telah hilang atau peradaban yang baru, semua hal di era kekacauan selalu menjadi yang terburuk.

Apa itu bahagia?……

Apa itu memakan makanan lezat?…..

Semua orang tidak mengerti. Bahkan ketika mereka melihat sosok dewa yang selalu menyiksa mereka, mereka hanya bisa bersujud menanti di mana saat kematian mereka menjemput mereka.

Hanya ada satu harapan mereka.

Yaitu berharap bahwa kematian mereka akan jauh lebih cepat.

Di mata mereka, kehidupan yang bagaikan surga dan melihat bagaimana para ras lain dan dewa hidup sudah menjadi harapan terbesar mereka.

Kapan mereka akan hidup seperti itu?…..

Tidak ada harapan mereka untuk hidup seperti itu.

Bahkan di mana semua orang hanyalah alat, di mata semua makhluk lainnya manusia hanyalah alat.

Tidak lebih dan tidak kurang.

Mereka hanya akan menjadi alat. Selama-lamanya akan menjadi alat untuk para dewa.

Dewa yang selalu berada di puncak dunia.

Bagaimana mereka bisa melawan sosok seperti itu jika mereka tercipta dari sosok yang tinggi bagaikan langit itu?…..

Semua orang terus menunduk.

Ratusan tahun terus dilewati tapi yang ada hanyalah tundukan, tundukan dan terus bertunduk untuk menghormati sosok dewa yang mereka layani

Entah itu ras manusia atau ras lainnya semuanya tidak jauh beda.

Hanya saja ras manusia yang di mana mereka adalah yang terlemah menjadi begitu menyedihkan karena mereka selalu berada di urutan terbawah dalam kasta ras dari seluruh dunia.

Apa yang indah dari hidup ini?…..

Semua orang terus berpikir tetapi entah berapa lama waktu mereka berlalu kata-kata itu terus berputar seperti menjadi sebuah pertanyaan terbesar.

“Untuk apa kita hidup?….”

Tidak pernah ada jawaban untuk itu

“Apa itu untuk melayani dewa yang menciptakan kita?……”

“Atau untuk melihat keagungan sosok dewa?”

Beberapa orang bertanya dan berkata di mana mereka saling memandang ke langit yang tinggi.

Di mana era kekacauan akan terus terselubung sosok pria tinggi dengan rambut hitam dan mata birunya terlihat.

“Apakah hidup adalah untuk melayani?” tanya sosok pria muda itu.

“Bukankah itu adalah pertanyaan yang jelas? Kita harus menghormati dewa! Dewa yang menciptakan kita! Kita harus melayaninya bahkan jika kita harus mati!” ungkap sosok pria tua.

“Jika Anda berbicara begitu, maka saya menolak dengan tegas jawaban Anda” kata pria itu yang menatap dengan anggun

“Apa! Apa kau tidak memahami dan menghormati dewa?” tanya pria tua.

“Yang melahirkan saya adalah ibu saya, saya tidak akan pernah lupa ketika saya melihat ibu saya mati karena dewa itu, lalu Anda bilang dengan begitu bodoh bahwa dewa yang melahirkan saya? Omong kosong!” bantah pria itu.

“A-apa?!” teriak kesal pria tua itu yang merasa tidak senang.

“Manusia telah menjadi alat dengan kebodohan mereka untuk terus melayani dewa, manusia dilahirkan oleh dewa? Hahahaha itu lucu!” tawa pria muda itu yang tampak anggun.

“Saya menolak bahwa manusia dilahirkan oleh dewa, bahkan jika Anda kesal dan ingin membunuh saya, saya akan selalu menghargai pendirian saya bahwa saya dilahirkan oleh ibu saya, saya akan berdiri dan saya akan membunuh dewa itu dengan kedua tangan saya!” tegas pria muda itu yang beraut serius.

“K-kau! Tidak menghormati dewa! Apa kau ingin mati! Manusia itu dilahirkan oleh dewa! Kita harus melayaninya, dan Anda bilang bahwa sekarang Anda ingin membunuh dewa? Itu lancang!” kata pria tua itu.

Pria yang tampak muda itu tertawa ketika mendengarnya dan dia terus tertawa.

“Ibu saya mati, ayah saya mati, dan mereka mati karena dewa itu yang terus menyiksa kedua orang tua saya, bagaimana saya bisa bodoh melihat dewa adalah sosok yang agung?” kata pria itu.

“Di mata saya, dewa hanyalah sekumpulan kotoran yang pantas untuk dibunuh!” kata pria muda itu.

“K-kau! Lancang! Beraninya Anda menghina dewa!” teriak pria tua.

“Saya tidak akan pernah berhenti, percayalah bahwa saya akan membunuh mereka semua, pasti, dan ketika semua kepala mereka jatuh di tangan saya, saya akan membakarnya tepat di depan mata Anda!” kata pria muda itu.

“Keterlaluan! K-kau!” pak tua itu berteriak sangat kencang mencekik leher pria muda itu yang terkapar di tanah menatap pria tua itu.

“Siapapun yang menghalangi saya akan saya bunuh, entah itu manusia, atau bahkan dewa itu sendiri” kata pria muda itu sebelum kepala pria tua itu jatuh ke atas tanah.

Wajah putih bernoda darahnya terlihat dengan mata biru terang.

Rambut hitamnya berkibar di bawah cahaya rembulan malam itu dengan ratusan bintang.

“Hahahaha, dewa kah?….. sial aku akan membunuh kalian!” tetesan air mata mengalir di wajah penuh darahnya itu dan ketika pisau pendek kecilnya sedikit bercahaya dengan beberapa noda darah, dia berjalan di hutan yang gelap itu seperti sesosok pria muda yang tampak putus asa.

Era kekacauan di mana semua manusia menjadi budak, di mana kehidupan tanpa adanya arti bagi mereka.

Semua ini karena dewa!

Dewa yang kejam itu!

Pria muda itu yang berjalan tampak diliputi air mata dan amarah.

Ini adalah kisah dari perjalanan panjang Vins Field!

Terpopuler

Comments

Derajat

Derajat

Shiiiip 👍

2023-09-15

0

Dimas Setiawan

Dimas Setiawan

gass

2023-08-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!