Di era kekacauan, di mana semuanya hidup dalam penuh penyiksaan, dunia benar-benar kejam.
Manusia menjadi budak, dewa menguasai dunia, dan dunia yang kacau terus dipermainkan oleh dewa.
Di keadaan dunia yang kacau, tidak ada sama sekali harapan yang ada di sana.
Dewa yang dapat menciptakan lagi peradaban dan planet di mana kekuatan mereka sama sekali tak terbatas dan benar-benar kuat menjadi pemimpin di atas semua ras.
Manusia sebagai ras terlemah di era kekacauan selalu menjadi budak, wanita dijadikan alat pemuas nafsu, laki-laki dijadikan pekerja, mereka bahkan tidak layak hidup, di mana semua manusia hanyalah boneka dan alat di mana kehidupan yang bagaikan neraka tidak kunjung berakhir.
Entah itu ratusan, ribuan tahun, manusia selalu menjadi yang terlemah di antara semua ras.
Takdir mereka dipermainkan di hadapan kekuatan tak terbatas itu, tidak ada harapan sama sekali yang pernah ada menanti mereka.
Dunia terus kacau, peradaban terus menghilang, tapi di mata dewa waktu hanyalah sebuah manifestasi manusia akan suatu kondisi dan di mata dewa waktu tidak ada apa-apanya.
Berapa lamapun mereka menunggu, manusia akan menjadi alat dan dalam sejarah yang kelam. Ribuan, ratusan, dan bahkan puluhan manusia terus mati, mati dan mati.
Mereka dilahirkan hanya untuk mati, dilahirkan untuk melihat kekejaman dunia yang tanpa ada akhirnya itu.
Bagaikan neraka yang tidak kunjung berakhir, bahkan kata bahagia tidak pernah ada dalam kamus manusia.
Entah di peradaban lama, peradaban yang telah hilang atau peradaban yang baru, semua hal di era kekacauan selalu menjadi yang terburuk.
Apa itu bahagia?……
Apa itu memakan makanan lezat?…..
Semua orang tidak mengerti. Bahkan ketika mereka melihat sosok dewa yang selalu menyiksa mereka, mereka hanya bisa bersujud menanti di mana saat kematian mereka menjemput mereka.
Hanya ada satu harapan mereka.
Yaitu berharap bahwa kematian mereka akan jauh lebih cepat.
Di mata mereka, kehidupan yang bagaikan surga dan melihat bagaimana para ras lain dan dewa hidup sudah menjadi harapan terbesar mereka.
Kapan mereka akan hidup seperti itu?…..
Tidak ada harapan mereka untuk hidup seperti itu.
Bahkan di mana semua orang hanyalah alat, di mata semua makhluk lainnya manusia hanyalah alat.
Tidak lebih dan tidak kurang.
Mereka hanya akan menjadi alat. Selama-lamanya akan menjadi alat untuk para dewa.
Dewa yang selalu berada di puncak dunia.
Bagaimana mereka bisa melawan sosok seperti itu jika mereka tercipta dari sosok yang tinggi bagaikan langit itu?…..
Semua orang terus menunduk.
Ratusan tahun terus dilewati tapi yang ada hanyalah tundukan, tundukan dan terus bertunduk untuk menghormati sosok dewa yang mereka layani
Entah itu ras manusia atau ras lainnya semuanya tidak jauh beda.
Hanya saja ras manusia yang di mana mereka adalah yang terlemah menjadi begitu menyedihkan karena mereka selalu berada di urutan terbawah dalam kasta ras dari seluruh dunia.
Apa yang indah dari hidup ini?…..
Semua orang terus berpikir tetapi entah berapa lama waktu mereka berlalu kata-kata itu terus berputar seperti menjadi sebuah pertanyaan terbesar.
“Untuk apa kita hidup?….”
Tidak pernah ada jawaban untuk itu
“Apa itu untuk melayani dewa yang menciptakan kita?……”
“Atau untuk melihat keagungan sosok dewa?”
Beberapa orang bertanya dan berkata di mana mereka saling memandang ke langit yang tinggi.
Di mana era kekacauan akan terus terselubung sosok pria tinggi dengan rambut hitam dan mata birunya terlihat.
“Apakah hidup adalah untuk melayani?” tanya sosok pria muda itu.
“Bukankah itu adalah pertanyaan yang jelas? Kita harus menghormati dewa! Dewa yang menciptakan kita! Kita harus melayaninya bahkan jika kita harus mati!” ungkap sosok pria tua.
“Jika Anda berbicara begitu, maka saya menolak dengan tegas jawaban Anda” kata pria itu yang menatap dengan anggun
“Apa! Apa kau tidak memahami dan menghormati dewa?” tanya pria tua.
“Yang melahirkan saya adalah ibu saya, saya tidak akan pernah lupa ketika saya melihat ibu saya mati karena dewa itu, lalu Anda bilang dengan begitu bodoh bahwa dewa yang melahirkan saya? Omong kosong!” bantah pria itu.
“A-apa?!” teriak kesal pria tua itu yang merasa tidak senang.
“Manusia telah menjadi alat dengan kebodohan mereka untuk terus melayani dewa, manusia dilahirkan oleh dewa? Hahahaha itu lucu!” tawa pria muda itu yang tampak anggun.
“Saya menolak bahwa manusia dilahirkan oleh dewa, bahkan jika Anda kesal dan ingin membunuh saya, saya akan selalu menghargai pendirian saya bahwa saya dilahirkan oleh ibu saya, saya akan berdiri dan saya akan membunuh dewa itu dengan kedua tangan saya!” tegas pria muda itu yang beraut serius.
“K-kau! Tidak menghormati dewa! Apa kau ingin mati! Manusia itu dilahirkan oleh dewa! Kita harus melayaninya, dan Anda bilang bahwa sekarang Anda ingin membunuh dewa? Itu lancang!” kata pria tua itu.
Pria yang tampak muda itu tertawa ketika mendengarnya dan dia terus tertawa.
“Ibu saya mati, ayah saya mati, dan mereka mati karena dewa itu yang terus menyiksa kedua orang tua saya, bagaimana saya bisa bodoh melihat dewa adalah sosok yang agung?” kata pria itu.
“Di mata saya, dewa hanyalah sekumpulan kotoran yang pantas untuk dibunuh!” kata pria muda itu.
“K-kau! Lancang! Beraninya Anda menghina dewa!” teriak pria tua.
“Saya tidak akan pernah berhenti, percayalah bahwa saya akan membunuh mereka semua, pasti, dan ketika semua kepala mereka jatuh di tangan saya, saya akan membakarnya tepat di depan mata Anda!” kata pria muda itu.
“Keterlaluan! K-kau!” pak tua itu berteriak sangat kencang mencekik leher pria muda itu yang terkapar di tanah menatap pria tua itu.
“Siapapun yang menghalangi saya akan saya bunuh, entah itu manusia, atau bahkan dewa itu sendiri” kata pria muda itu sebelum kepala pria tua itu jatuh ke atas tanah.
Wajah putih bernoda darahnya terlihat dengan mata biru terang.
Rambut hitamnya berkibar di bawah cahaya rembulan malam itu dengan ratusan bintang.
“Hahahaha, dewa kah?….. sial aku akan membunuh kalian!” tetesan air mata mengalir di wajah penuh darahnya itu dan ketika pisau pendek kecilnya sedikit bercahaya dengan beberapa noda darah, dia berjalan di hutan yang gelap itu seperti sesosok pria muda yang tampak putus asa.
Era kekacauan di mana semua manusia menjadi budak, di mana kehidupan tanpa adanya arti bagi mereka.
Semua ini karena dewa!
Dewa yang kejam itu!
Pria muda itu yang berjalan tampak diliputi air mata dan amarah.
Ini adalah kisah dari perjalanan panjang Vins Field!
Di dalam penjara yang gelap, ruang tak terbatas, banyak rantai mengikat tubuh pria muda. Rantai yang panjang, di mana langit berbintang luas dengan banyak lingkaran sihir terlihat.
Pria yang tampak muda itu diikat dengan lingkaran sihir yang sangat besar di bawahnya. Bukan hanya itu, rantai yang mengikatnya juga sangat kuat dan tiang penopang rantai itu juga sangat besar.
Seperti berada di ruang angkasa yang luas, dia bertekuk lutut di ruang itu dan wajahnya yang tertidur itu menunduk dengan wajah yang sangat anggun. Rambut hitamnya pendek dan paras wajahnya sangat anggun dengan kedua tangan terikat dengan sangat kuat.
Tidak ada apa pun di sini kecuali banyaknya lingkaran sihir yang rumit yang tidak bisa dilihat dengan jelas.
“Field…” gumaman kecil yang aneh itu berbisik ke telinga pria itu ketika dia sedikit membuka matanya.
Ruang yang luas masih terlihat, meski dia sangat kesal dan sangat ingin keluar, dia tidak bisa keluar karena pengikatan yang sangat kuat.
“Sial! Aku akan membunuh kalian, dasar brengsek!” Teriak pria muda itu yang terikat dan meronta ketika seluruh ruang tampak bergetar dengan sangat kuat.
Pria itu melihat sekelilingnya dengan heran dengan raut marah ketika dia memastikan tidak ada suara aneh lagi yang datang.
Dia kembali sedikit santai menahan amarahnya ketika suara yang lembut datang lagi.
“Field…” ungkap suara itu yang sangat halus dan merdu.
“Siapa itu! Siapa kau!” tanya pria itu yang bernama Vins Field.
Field yang telah hampir menghabisi banyak waktunya di sini, hampir tidak pernah mendengar suara apa pun kecuali bagian-bagian ingatan yang terus membayanginya dengan amarahnya.
Semuanya benar-benar terkuak di matanya, amarahnya terhadap dewa yang selama ini menindas manusia itu telah menghabisi ratusan, ribuan, bahkan jutaan nyawa mati hanya untuk para dewa bodoh itu.
Mengingat kenangan demi kenangan yang rasanya menyakitkan itu, Field sangat marah dan wajahnya kembali geram.
“Siapa kau!” ungkap Field dengan marah.
Meski dia meronta dan menghancurkan rantai yang mengikat tangannya, rantai lain muncul kembali dengan sangat cepat, bagaikan regenerasi tanpa batas. Itu benar-benar menjengkelkan, dan bukan hanya itu, kekuatan yang paling menyita adalah karena rantai ini mengunci kekuatannya itu yang membuatnya tidak bisa menggunakan kekuatannya.
“Field… Sayangku, Field…” suara itu sangat kabur, tapi meski begitu, Field yang membuka matanya dan mendengarkan dengan seksama itu menatap ke langit-langit dengan serius.
“Apa yang kau bicarakan? Siapa kau!” tanya Field lagi.
Meski dia tidak dengan jelas mendengarnya, dia bisa memahami sebagian kalimatnya, tetapi dia bahkan tidak pernah mendengar suara yang berbicara itu.
Selama lebih dari ribuan tahun hidupnya untuk melawan dewa, dia ingat dengan jelas suara-suara setiap orang yang dia ingat dan dia kenal.
Jadi dia bisa setidaknya memahami dan mengetahui siapa orang itu, tetapi suara yang dia barusan dengar sangat asing.
Mungkin bukan terasa asing, itu lebih seperti ruangan yang menyegelnyalah yang tidak membuat apa pun dari dunia luar terdengar jelas.
“Field… Bebaslah…” suara itu sangat kabur, bukan hanya sangat kabur, tetapi ketika suara yang aneh itu bergema, ruangan yang aneh itu berguncang.
Field yang menatap itu melihat pilar demi pilar hancur, ruangan tak terbatas terkoyak, dan bahkan yang lebih mengejutkan, sihir demi sihir yang terangkai dengan sangat rumit hancur satu demi satu seperti serangkaian struktur yang kacau.
Bintang bergetar, seperti bintang yang ditarik, setiap energi menyebar menjadi kekuatan yang sangat tak terbatas.
Cahaya bintang di langit terus menyebar, dan banyak energi bintang yang datang untuk merestorasi semua ruangan dan sihir di sekitar.
Ketika bintang yang sangat banyak itu menyebarkan cahayanya, semua langit terasa jauh lebih terang.
Tetapi rantai yang telah hancur juga lama-lama tergenerasi ketika semua ruangan terus diperbaiki.
Tetapi ketika energi yang aneh terus menyebar, ruangan sekali lagi hancur, bintang yang padat menjadi satu kumpulan energi, dan lingkaran sihir yang polanya aneh muncul.
Bintang yang banyak menjadi satu ketika semua langit menjadi sangat terang seakan-akan diterangi oleh cahaya matahari.
Energi menjadi sangat kuat dan ruangan mulai diperbaiki kembali. Ketika susunan ruangan itu terkoyak, beberapa pola yang ada di setiap ruangan itu juga menjadi terkoyak dan hancur berkeping-keping.
Field yang melihat itu menyeringai dan tersenyum.
“Bagus! Aku akan kembali! Aku pasti akan membunuh kalian, para dewa!” teriak Field dengan sangat keras.
Pola rangkaian sihir yang disusun di setiap ruangan hancur ketika pola itu digantikan dan digambar dengan pola baru yang aneh.
Persis dengan pola sihir sebelumnya yang berangkaian, tetapi pola sihir yang dibuat Field saling terangkai dengan rumit, membuat banyak susunan dan rangkaian seperti cabang yang terus tersusun dan saling melengkapi.
Cabang demi cabang terbentuk hingga hampir 100 pola sihir menutupi sekitar ruangan itu.
Energi bintang yang deras itu terserap ke dalam sihir yang dibuat itu ketika energi yang hebat itu menciptakan struktur ruang yang baru.
Pola demi pola itu menjadi terangkai menjadi satu bagian, ketika struktur baru muncul menggantikan pilar rantai yang pernah mengikat dirinya.
Dia menatap ketika sebuah bola cahaya hitam itu terlihat di putari dua lingkaran putih keemasan yang sangat aneh.
Bintang-bintang kecil terlihat dan energi berwarna-warni itu memutari sekitar bola itu.
Bintang-bintang yang terlihat itu saling terangkai seperti konstelasi, dan ketika semua energi menyebar, banyak bola-bola aneh yang diikuti garis seperti tempat untuk memutar itu terlihat.
Bola-bola yang tampak seperti sebuah planet itu saling terlihat mengitari orbit.
Mereka memiliki banyak cahaya aneh yang ada di bola-bola itu.
Bola-bola itu sangat terang dengan total tiga bola yang memutari bola cahaya hitam dengan dua garis keemasan itu.
Bola pertama berwarna biru seperti laut terang yang mirip dengan matanya.
Sedangkan bola kedua berwarna oranye cerah keputihan yang sedikit terlihat indah.
Sedangkan yang terakhir untuk bola ketiga dia berwarna ungu yang cerah dan terang.
Tidak ada apapun yang lain di antara bola-bola itu, tetapi setiap energi yang mengalir sangat deras dari bintang besar itu terus terserap ke sebuah struktur mekanikal baru yang tercipta di dimensi itu.
Field yang melayang dan berdiri itu melihat ke struktur aneh yang memutari bola hitam di pusatnya itu dan merasakan dia bisa mengendalikan tempat yang sebelumnya menjadi tempat dia disegel itu.
Ruangan hancur lagi ketika energi yang meledak deras itu menghancurkannya.
Field sedikit kaget, tetapi dia tenang dan keluar dari ruangan itu melalui celah yang telah dibuat oleh retakan dimensi itu.
Dia membiarkan dimensi itu yang menjadi penjara baginya dulu, tetapi sekarang dia bahkan bisa mengendalikannya seperti seakan-akan dia memiliki kendali akan dimensi itu sendiri.
Field menyeringai dengan jahat ketika suara yang jahat itu menggetarkan seisi lintas dimensi itu.
“Aku akan membunuh kalian! Pasti!” ungkap Field dengan amarahnya yang meluap itu dan mengepalkan tangannya dengan kuat.
Hutan sangat luas, langit berbintang, dan semua bintang yang berada di langit jauh berbeda dengan pemandangan yang ada di ruang yang sebelumnya Field tempatkan.
Jika di tempat penyegelannya, bintang terasa begitu dekat hingga rasanya hampir seperti melihat bintang dengan jarak yang dekat.
Pemandangan yang ada di sini adalah pemandangan langit luas hitam dengan sedikit bintik-bintik cahaya putih redup yang menghiasi langit. Seperti sebuah pemandangan yang sangat membuatnya bernostalgia, Field yang berada di hutan lebat menatap ke langit tinggi melihat bulan indah yang bagaikan pemandangan tak terbayangkan baginya.
Rasanya seperti mimpi, tapi itu adalah mimpi yang sangat indah baginya. Angin bertiup meniup daun dan berbagai macam hal di sekitar hutan yang lebat itu.
Field memandang langit dengan heran ketika dia mengepal tangannya dengan sangat kuat. “Aku benar-benar kembali…” ungkap histeris Field, tangan dan tubuhnya terasa bergetar.
Itu menjadi perjalanan panjang. Meski dia adalah manusia, dia telah melawan dewa selama ribuan tahun dengan bakat sihirnya, dia bisa hidup sangat lama hingga bahkan rasanya dia akan abadi dengan apa yang dia capai dan dia lakukan dengan sihirnya.
Meski begitu, itu bukanlah hal yang ingin dia capai. Pencapaiannya, ilmunya, dan bahkan kekuatannya selalu dia gunakan untuk melawan para dewa. Menaikkan derajat ras manusia dan membebaskan pembudakan ke seluruh ras yang menjadi budak korup dari para dewa itu.
Dia menatap langit dengan ekspresi lelahnya itu dan kembali mengernyit ketika dia memikirkan apa yang terjadi di ruang penyegelan sebelumnya.
Meski dia telah lama di ruang itu, dia hampir tidak tahu berapa lama dia berada di sana. Satu hal yang pasti dia yakin, itu telah mencapai ratusan tahun.
Karena aliran dan perasaan yang dirasakan berbeda tentang waktu di dunia ini dan tempat penyegelannya, dia tidak yakin telah berapa lama waktu terlewati.
“Yah, itu tidak penting, tapi sesuai mantra yang telah kuanalisis, semua yang menjadi ancaman sekarang menjadi kekuatanku. Bahkan rasanya saya bisa merasakan kekuatan saya jauh lebih kuat dari sebelumnya. Tetapi bola hitam itu apa? Apa itu semacam sihir jenis baru?” Field berkerut dengan penasaran ketika dia berjalan sebentar, melihat dia menyentuh sesuatu yang aneh di bawah kakinya.
“Ah….” Suara yang lembut seperti bisikan itu terdengar, membuat seluruh tubuh Field merinding dengan cara yang sangat aneh. “Apa itu?”
Mengintip ke bawah, Field yang melihat wanita kecil yang tampak aneh tertidur di bawah kakinya terkejut dengan bingung, lalu dia menjauh dengan sangat kaget.
Meski dia telah bertarung melawan dewa, dia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan kaget seperti ini. “Siapa kau? Muncul begitu saja, bagaimana bisa ada anak kecil di hutan?” ungkap Field yang terkapar dengan terkejut dan membuka matanya sembari membersihkan sedikit kotoran dan debu di bajunya.
“Ehm….” Bocah itu sedikit mendengus dengan erangan kecil dan meronta seakan-akan seluruh tubuhnya penuh dengan rasa pegal. Dia bangun dengan imut membuka matanya dan mengusap matanya dengan tangan imutnya.
Warna rambut biru muda Ketuaan itu benar-benar sangat indah dengan mata biru cerahnya yang bersinar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, dia berusia kisaran 10-12 tahun dengan tubuh setengah matang yang ingin beranjak dewasa.
Meski begitu, karena tubuh wanita jauh lebih pendek, tubuh bocah itu tampak pendek seperti anak kecil yang imut. Bajunya bersih, tidak menandakan dia adalah anak orang miskin, dan dengan kecantikan itu, Field bisa tahu dia adalah manusia yang tampak cantik.
“Bagaimana ada bocah di tempat ini?” Meski di zaman dia hidup dulu tidak ada perkembangan zaman apapun, kecuali kasta perbudakan yang tanpa batas itu, kehidupan manusia bahkan tidak teratur. Itu wajar jika ada anak kecil di mana-mana, tergeletak hampir mati.
Meski begitu, ini mengejutkan menyadari hutan bersih dan terdapat anak kecil, yang bisa dikatakan terlalu kebetulan bertemu dengannya. Di zamannya dulu, bukan hanya makanan yang mengerikan, bahkan manusia hidup di jalanan, dan tidak ada apapun yang indah.
Dewa tinggal di tempat mewah, memakan makanan yang sangat mewah yang bahkan manusia tidak akan pernah rasakan.
Meski dia tidak tahu bagaimana keadaan dunia setelah ratusan tahun menghilang, dia masih tetap yakin. Sangat yakin, jika para dewa masih terus melakukan perbudakan yang mengerikan.
“Hei, apa kau baik-baik saja?” tanya Field yang bertanya lagi dengan tegas. Dia tidak tertarik dengan anak kecil, bahkan di zamannya dulu, entah itu orang dewasa atau anak kecil yang menghalanginya, akan dia bunuh. Jika manusia sendiri tidak ingin berubah, maka dia hanya perlu membunuh dan membangun peradaban yang lebih baik tanpa campur tangan para dewa.
Meski perjalanan yang berat telah dia lewati, manusia jelas telah berjuang, tetapi bahkan setelah perjuangan yang panjang, mereka masih kalah dari para dewa yang biadab itu.
Field yang mengingat kenangan buruk sedikit berkedut ketika dia mengangkat alisnya dengan
gemetar, menatap wajah bocah itu.
“K-kau….” Field sedikit gemetar melihat anak kecil itu menatap Field dengan tatapan bingung.
Field yang gemetar itu menatap wajah bocah itu dan mencengkeramnya dengan serius.
“Siapa kau! Apa kau orang suruhan para dewa?” Field sangat serius sekarang. Wajah bocah itu bukanlah hal yang bisa dimaafkan oleh Field, jika para dewa itu bermain-main dengannya.
Dia menatap lagi ke wajah bocah itu dengan serius, dia yakin wajah bocah itu sangat mirip dengan sesuatu yang mengingatkannya dari dalam kenangan dan ingatannya.
Bocah itu jelas sangat mirip dengan seseorang! Dia adalah Caera Elish, satu-satunya wanita yang dia cintai sekaligus istrinya.
Ketika dia yang gemetar itu mendekap dan mencekik leher wanita itu, dia menatap lagi dengan serius dengan tatapan tajam.
“Siapa kau!” tanya Field dengan sangat serius, menggetarkan seisi hutan dengan angin yang kencang.
“Ugh… t-tuan,” suara itu mengerang dengan sakit, berusaha melepas cengkeraman Field.
Field yang menatap ketidakberdayaan bocah itu mulai menciptakan pola sihir di kepala bocah itu. Pola sihir itu dengan cepat menampilkan percikan seperti kilat yang masuk ke otak bocah itu, dan dengan sangat cepat, Field menatap lagi dengan serius.
\[Origin Reader\]
Kemampuan sihir tingkat tinggi untuk mengetahui asal-usul yang biasa disebut dengan singkat adalah 'Pembaca Asal-Usul'. Sihir yang telah sulit diciptakan oleh Field sendiri untuk mengetahui jejak asal-usul seseorang, untuk lebih baik mengenali siapa dia.
Origin Reader adalah sihir yang tidak akan pernah bisa ditipu, karena mau bagaimanapun, bukan hanya melihat dari ingatan, tetapi dari jejak asal-usul, jejak kehidupan, jejak waktu, dan bahkan garis keturunan yang diperiksa dengan cermat. Selain itu, jejak konstelasi, dan juga tanggal lahir semuanya diperiksa oleh kemampuan itu yang membuatnya hampir tidak pernah memberikan informasi yang tidak akurat.
Karena setiap kehidupan tercatat bagaikan cabang yang tidak ada habisnya, bintang menjadi saksi dari semua kehidupan manusia dan makhluk di Bumi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!