...❝Jangan jadi sempurna karena cinta, tapi biarkan cinta yang menjadikanmu sempurna.❞...
...—My Bilo—...
...Senyumannya selalu sehangat mentari, dan tatapan matanya selalu menyentuh hati.—Bianca Gibella....
...💫...
Persis seperti semut mengerubungi gula. Begitu lah ungkapan yang menggambarkan keadaan Starmoon pagi ini.
Bukan karena kebetulan, melainkan memang sudah menjadi rutinitas. Mereka berbondong-bondong keluar kelas sekadar ingin melihat para pengemudi motor sport yang terdiri dari tiga pemuda dengan tiga warna motor yang berbeda. Biru tua, hitam, dan merah muda.
Tentu, jika keberadaan mereka seberpengaruh itu terutama bagi para perempuan, itu artinya mereka punya daya tarik yang kuat bukan? Mereka adalah anak-anak dari band The Star. Tiga dari ratusan siswa yang mengharumkan sekolah lewat bakat bermusiknya.
Bintang Milano, Adnan Galio, dan Brian Anggara, namanya. Tentu, seperti kebanyakan cerita masa SMA yang lainnya, pasti di antara idola sekolah ada yang memiliki pengagum terbanyak dari yang sangat banyak.
Dan di sini, Bintang Milano lah orangnya. Pemuda jangkung yang disukai-selain karena fisiknya yang menawan juga karena sikapnya yang rupawan.
Terbukti dengan saat Bintang melepas helmnya dia mendapat sorotan paling banyak, dan pemandangan yang akan terjadi selanjutnya ialah sapaan yang dialokasikan lewat senyuman, yang mana tidak perlu diragukan lagi kadar kemanisannya.
Sedangkan dua pemuda lainnya; dia, si pemuda berwajah datar tampak berlalu lebih dulu. Adnan memang tipe orang yang tidak suka keramaian, dan satu lagi si pengemudi motor merah muda yang terlihat bersemangat melayangkan kerlingan menggoda yang kerap di sapa Brian memang masih bisa dikatagorikan memiliki banyak penggemar, tapi tidak sebanyak Bintang.
Bintang ikut berlalu. Seperti biasa, dirinya selalu meluangkan waktu sekadar untuk membalas sapaan para siswi yang dengan terang-terangan bertanya walaupun hanya ia balas dengan anggukan dan senyuman kecil saja. Tentunya, senyuman yang selalu memberikan efek luar bisa bagi siapa saja yang melihatnya.
Senyuman berkadar madu, tapi mengandung racun itu selalu sukses membuat mereka kelojotan. Bisa dikatakan, senyuman merupakan senjata paling ampuh yang dimiliki Bintang.
Lain dengan Adnan yang terlihat paling tidak peduli dengan sekitar. Pandangannya benar-benar hanya lurus ke depan. Bahkan dengan sengaja Adnan menyumpal telinganya dengan earphone putih tanpa kabel.
Sedangkan Brian, sudah jangan ditanya. Dia sedang menjalankan aksinya. Apalagi kalau bukan sedang bersiul manja menggoda para siswa perempuan seraya mengeluarkan gombalan pantun recehnya yang sialnya sangat ampuh dan anehnya ... sudah tahu itu hanya modal dusta masih saja banyak perempuan yang cekikikan salah tingkah.
"Kupu-kupu terbang melayang
I love you sayang."
"Satu titik dua koma
Kalian cantik Brian yang punya."
Begitulah kira-kira gombalan ala Brian yang mampu menobatkan dirinya sebagai King of Playboy Starmoon. Parahnya, dia bangga akan gelar yang disandangnya itu.
...💫...
"Udah yuk masuk kelas! Lo nggak pada geli apa lihat debu-debu pada berterbangan disini! Menjijikan!" komentar gadis berkulit kuning langsat pemilik wajah datar yang sudah sering kali dilayangkan kala menemani ke dua sahabatnya yang tengah melakukan aksi bodohnya. Sialnya, dia tidak bisa tidak ikut. Layaknya Bianca yang hanya punya mereka, begitu juga dengan Kinar. Tapi kalau Gitta mau menemaninya di kelas, mungkin lain cerita.
"Kin elo itu belum pernah jatuh cinta sih. Nih, ya kalau udah jatuh cinta boro-boro debu yang punya ukuran sebesar 0,1 hingga 0,3 mikron, yang mana 1 mikron itu setara dengan 1/25000 inci. Bahkan, Gunung Puncak Jaya yang menjadi gunung tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 MDPL alias Meter Di atas Permukaan Laut pun bakal lo daki. Percaya deh sama gue!" sahut Bianca hiperbola, gadis itu mulai menggunakan kemampuan otaknya.
"Setuju! Kayak gue, gue dulu enggak suka drama korea tapi karena Adnan suka yang gue mencoba suka juga. Dan ternyata emang nggak buruk juga. Makannya jatuh cinta dong Kin! Biar lo merasakan apa yang gue dan Bianca rasain," timpal Lolita menggebu-gebu "Tapi kalau lo penasaran, gue kasih tau deh, kira-kira rasanya itu kayak makan martabak telor ayam campur tai ayam ... Nano-nano."
"Kok ada yang mau ya makan martabak itu, kamu sendiri udah pernah makan?" celetuk Gitta. Gitta itu tidak bodoh, hanya bolot saja.
"Itu perumpamaan bego!" desis Lolita menjitak samping kepala Gitta yang dihadiai ringisan.
"Gak. Nyusahin!" desis Kinar.
"Coba dulu aja, jatuh cinta itu rasanya menyenangkan kali," tutur Lolita.
Kinar berdecak. "Nyusahin!" ujarnya masih menggunakan kata andalannya.
...💫...
Kantin, yang pada akhirnya menjadi persinggahan Bianca beserta para sahabatnya. Mereka terlihat sedang menyantap makanannya di tempat yang pastinya aman dari pengamatan guru piket yang tengah berkeliling.
Tidak! Mereka tidak sedang sengaja membolos. Mereka sedang dihukum tidak boleh masuk kelas karena Lolita yang lupa mengerjakan PR gara-gara keasyikan nonton Drama Korea. Bianca, Kinar, dan Gitta tentu saja hanya ikut-ikutan berdalih tak mengerjakan. Merasa tak tega kalau Lolita dihukum sendirian, akhirnya mereka pun mencetuskan ide gilanya itu.
"Jus jeruk kesukaan Bianca, Jus jambu kesukaan Kinar, jus mangga kesukaan gue dan Gitta," absen Lolita seraya meletakan cup berisi minuman di depan masing-masing sahabatnya dengan empat mangkuk berisi bakso yang menyusul di bawakan salah satu petugas kantin.
"Makasih Loli," ujar Gitta.
"Sama-sama Gitta, sahabat gue paling berhati malaikat. Yang dua kayak dakjal emang, bilang makasih kek!"
Kinar tentu tidak terprovokasi.
"Makasih Loli, kalau lo lupa gue yang bayar. Jadi dakjalan siapa?" serang Bianca sambil menaikan sebelah alisnya puas.
"Ehem, Gitt yang kalau memberi tapi diungkit-ungkit dapat dosa, 'kan ya?"
"Kayaknya dapet deh Lol, aku pernah denger kata guru ngajiku kalau memberi itu harusnya ibarat membuang kotoran, enggak perlu diingat-ingat lagi."
Bianca menatap Lolita tajam. "Licik ya lo! Pake bikin partai."
"Suka-suka gue do—"
Tring!
Mereka sama-sama langsung memfokuskan pada ponsel Bianca yang baru saja berdentang, kemudian berlanjut saling tatap, lalu mereka tersenyum penuh arti.
"Mr. Lucky?" tebak ke empatnya serempak.
Bianca buru-buru membukanya dengan Lolita dan Gitta yang mencondongkan tubuhnya, dan Kinar yang hanya menatap lewat lirikan.
Mr. Lucky
Kamu bolos?
Bukan hanya Bianca yang membelalakkan mata, Lolita dan Gitta pun sama, sedangkan Kinar hanya berekspresi biasa saja, selalu tenang.
"Kok dia tau sih, Bi?" tanya Gitta yang mewakili Lolita dan Kinar.
"Gue juga enggak tau."
"Kalau kayak gini, gue makin yakin kalau Mr. Lucky itu emang seumuran sama kita, dan bisa jadi dia satu sekolah sama kita," tutur Lolita yang sejak awal meyakini bahwa Mr. Lucky ialah sesosok pemuda tampan yang sebenarnya menaruh hati pada Bianca sejak lama.
"Coba balas dulu, Bi!" suruh Gitta.
Bianca pun lekas mengetikan pesan balasan.
...Mr. Lucky...
^^^Kok kamu tahu?^^^
Aku penjagamu, pasti aku tahu. Jadi kenapa kamu bolos Dear?💙
^^^Aku enggak bolos, hanya saja tadi sahabatku lupa mengerjakan PR jadi aku ikutan, soalnya di kelas pun enggak ada temen^^^
"Harus banget ya, lo menjatuhkan harga diri otak gue," desis Lolita tak habis pikir.
"Mohon maaf ya Loli, gue ngga kasih tau merek ya, gue gak sebut nama lo!" balas Bianca sengit.
Mr. Lucky
Begitu ya. Yasudah kamu jangan makan sembarangan, kurangin pedasnya. Enggak baik buat lambung-mu💙
...💫...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments