My Bilo

My Bilo

Si Langit Malam

...❝Ketika kamu memilih mencintai seseorang dalam diam, itu artinya kamu sedang menggali luka yang begitu dalam.❞...

...—MY BILO—...

...Cinta itu sederhana, sesederhana lihat kamu senyum dan aku yang bahagia.—Bianca Gibella...

...💫...

"Mati atau hidup dengan jiwa yang tiada? Pilihan ada di tanganmu!" tanyanya disertai seringai mengerikan.

"Awsh!" Pisau berujung runcing itu berhasil tertancap tepat diperut si korban. Tawa si pelaku terdengar menggelegar.

Sret!

Bunyi gesekan pisau yang ditarik tanpa perasaan itu semakin membuat raungan sesosok wanita semakin keras dengan keadaan fisik juga mental yang mengenaskan. Kepuasaan semakin jelas terpatri di wajah si pelaku.

Bahkan kebahagiaan si pelaku tampak kian memuncak kala melihat darah berhamburan dari dalam tubuh sang korban—yang merupakan suami dari wanita yang sekarang tengah menjerit memintanya untuk berhenti.

"Bagaimana, boleh minta testimoninya? Pisau ini saya buat khusus untuk menusuk perut Anda. Bukankah Anda sangat istimewa? Sekali tusuk, ginjal Anda melayang. Tusukannya dalam sekali, 'kan?" bisiknya seraya mencolek darah yang menggenang lalu menghirupnya penuh penghayatan.

Tak ada yang menyadari bahwa dibalik tragedi itu, terdapat sosok lain yang ikut melihat dan mendengar semua yang terjadi dengan keadaan tubuh meringkuk juga menggigil ketakutan. Dia berusaha menahan isakan yang semakin lama semakin mencekik paru-parunya. Perlahan-lahan mata yang biasanya memancarkan binar cerah itu mulai meredup ... nyaris untuk selamanya.

...💫...

Tingg!

Mr. Lucky

Ada banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dimiliki, termasuk senyuman dia yang mungkin saja diciptakan olehmu, tapi tidak apa, kerena sebentar lagi semua itu akan berlalu. Pagi, tetap tersenyum ya!💙

Bunyi notifikasi yang sudah bisa ditebak dari siapa pengirimnya membuat gadis yang sudah siap dengan seragam sekolahnya itu tersenyum lebar. Tangannya meraih benda berbentuk pipih itu antusias.

Senyuman langsung menghiasi biarinya.

"Aku harap begitu, karena jika hari itu benar-benar datang, maka Bianca Gibella akan sangat bahagia," ujarnya dengan jemari yang bergerak lincah mengetikan pesan balasan untuk kontak yang diberi nama Mr. Lucky olehnya.

^^^Aku akan selalu nunggu waktu itu tiba^^^

^^^Pagi juga💙^^^

^^^Oh iya tadi malam aku mimpi lagi, lagi-lagi mimpi yang sama. Aku takut^^^

Jangan takut! Kamu tidak sendiri, ada aku💙

Bianca semakin menyunggingkan senyumannya. Seperti nama yang disematkan disana, seperti itu pula Bianca merasa beruntung bisa mengenal Mr. Lucky hampir 5 tahun lamanya.

Awalnya pesan yang dikirimkan sebatas lewat note kecil yang kerap ditemuinya di gerbang rumah, dua tahun kemudian beralih ke pesan email dengan username; mr.lucky00@gmail.com yang hanya berlangsung selama dua bulan saja. Satu bulan dia sempat menghilang, lalu muncul kembali dengan beralih ke media yang lebih modern; Line. Tepatnya hampir tiga tahun yang lalu. Masa-masa dimana dirinya baru menginjak bangku jenjang Sekolah Menengah Atas.

Dengan semangat Bianca mengambil tasnya yang tergeletak di atas ranjang, melangkah ke arah kaca full body untuk kembali memindai penampilannya. Tampak lah sesosok gadis dengan tinggi badan 155 centimeter di sana. Gadis pemilik kulit putih bersih yang kontras sekali dengan warna rambut hitam legam bergelombang miliknya. Jepitan berbentuk persegi panjang bermotif kepala tokoh kartun Doraemon terlihat tersampir di surai lurusnya.

Sebelum benar-benar beranjak, Bianca sempat menarik laci meja di sampingnya, mengambil sebuah pin kecil yang juga berbentuk tokoh kartun yang sama. Setelahnya, dia menyematkannya di dasi.

"Sempurna."

...💫...

SMA Starmoon merupakan salah satu sekolah yang termasuk ke dalam jajaran sekolah favorit di daerah Jakarta, yang juga sudah menjadi tempat Bianca menuntut ilmu selama hampir tiga tahun lamanya.

Bianca mulai memasuki sekolah tercinta yang banyak sekali menyimpan cerita. Cerita di mana hidupnya menjadi lebih berwarna dan menyenangkan.

"Bi!" panggil salah satu gadis dari tiga orang yang terlihat sudah menunggu disudut koridor.

Mereka salah satu ceritanya. Para sahabatnya yang ikut berperan penting dalam cerita perjalanan masa sekolahnya.

Yang baru saja memanggilnya ialah si gadis berambut sebahu yang bernama Lolita Ayunda. Sedangkan gadis yang terlihat cuek, namanya Kinara Anjani dan satu lagi, gadis yang memiliki tampang paling lugu, dia bernama Argitta Ariana yang kini tengah menyambutnya dengan senyuman lebar.

Hanya mereka. Bianca tidak punya teman dekat lainnya. Meskipun kepribadian mereka sangat kontras, tapi masih tetap tidak memengaruhi Bianca untuk mencari sahabat baru. Mereka sudah sangat cukup untuk mengisi kekosongan hidupnya.

"Oh hai! Babu-babuku!" seru Bianca ikut melambaikan tangannya seraya membungkukkan setengah badan seolah memberi penghormatan selepas sampai.

"Perasaan kita yang lo bilang babu, kenapa elo yang hormat!" ejek Lolita.

"Inilah dia, Bianca Gibella majikan paling budiman sepanjang masa, dan kalian adalah babu-babu ter beruntung sepanjang sejarah," timpal Bianca.

Kinar hanya memandang Bianca sekilas sedangkan Gitta memilih diam seraya senyum-senyum tidak jelas.

"Emang masalah di perusahaan udah beres?" Lolita mengabaikan celotehan gadis itu.

"Kalau belum beres, ngapain gue ada disini Loli Milky? Pertanyaan nggak bermutu! Lagian lo bertiga emang nggak kangen sama gue apa? Secara, kan, gue orangnya ngangenin parah," papar Bianca disertai kedipan mata manja.

"Ihhh Bi kok kamu tau sih, aku kangen banget. Sini peluk! Padahal cuma tiga hari doang, tapi berasa lama banget." Dan si polos Gitta lah yang akan selalu meladeni apa saja ucapan Bianca, dia merentangkan tangannya memeluk Bianca dramatis.

"Uhh ... aku suka sama wanginya tubuh kamu Bi." Tanpa sadar Gitta menghidu bau Bianca dalam-dalam.

Bianca langsung melepaskan pelukan Gitta kasar, "Gue beneran takut lo suka gue Gitt!" imbuhnya pura-pura bergidik ngeri.

Gitta terkikik. "Aku emang suka kamu, kamu wangi, cantik lagi," aku Gitta yang tentunya memiliki arti kata suka yang seperti halnya lawan jenis.

Lanjut pada Lolita yang dengan senang hati membalas pelukan pelepasan rindu. Peluk memeluk merupakan rutinitas yang akan dilakukan kala mereka tak berjumpa cukup lama.

"Lo Kin, kangen gue nggak?" tanya Bianca pada Kinar yang masih diam di tempat, terlihat tidak ada niatan untuk merentangkan tangannya.

Saat Bianca berinisiatif untuk memeluk gadis cuek itu terlebih dahulu. Kinar lebih dulu mundur satu langkah berusaha menjaga jarak ... Apalagi kalau bukan karena alasan kebersihan yang menjadi pemicunya.

"Bentar! Lo kotor. Keringat lo banjir banget. Lagian kenapa musti lari-lari, sih?" tukasnya kemudian mulai sibuk mencari botol antiseptik di dalam tasnya, lalu menyemprotkannya ke seluruh tubuh Bianca.

Setelah dirasanya sudah bersih, barulah Kinar berani memeluk Bianca.

"Lain kali kalau mau lari-lari, mandinya harus 3 jam biar keringat yang keluar gak ada kumannya. Lo tau, 'kan seanti apa gue sama kuman?" papar Kinar tanpa dosa setelah selesai berpelukan. Padahal keringat yang dimaksudnya tak lebih dari beberapa bulir yang besarnya hanya sebutir beras.

"Itu mah elunya yang kurang sehat! Gila aja gue mandi durasinya harus selama itu. Bayangin! 3 jam itu sama dengan 180 menit. Dan dalam satu hari gue mandi dua kali. 180 dikali 2 sama dengan 360 menit atau setara dengan 6 jam, 360 dikali 30 hari sama dengan 10.800 menit. Bisa-bisa kulit gue mengelupas kalau durasi mandi gue sebulan kayak gitu," protes Bianca amat-sangat ribet.

"Ribet amat, sih, lo! Tinggal sebutin hitungan jamnya! Udah tau gue bego!" sentak Lolita.

"Maaf gue pinter sejak lahir, sih, jadi enggak bisa ngerasain jadi orang bego," beo Bianca sukses membuat Lolita mendelik.

"Otak cerdas lo tanpa otak bego kayak gue enggak ada apa-apanya ya!" tandas Lolita.

"Iya iya deh, maafin otak pinter, ya, otak bego," ucap Bianca dengan raut memelas dibuat-buat.Lolita mendengus sebagai balasan.

Kinar tidak peduli dengan perdebatan yang menurutnya tidak berfaedah itu, sedangkan Gitta hanya ikut menyumbang tawa kecil.

Dan tentang cerita lainnya; di sana pula Bianca merasakan rasa yang kerap membuat orang lupa diri untuk pertama kalinya; jatuh cinta.

Namun sampai saat ini, Bianca hanya bisa mengenangnya dalam hati tanpa berniat mengukir cerita sendiri.

Bianca ingat betul pertemuan pertama mereka, yang juga merupakan momen di mana dia merasakan hatinya berdebar-debar hanya karena sebuah senyuman. Senyuman yang semanis madu, tapi mampu meracuninya. Meskipun belum punya pengalaman dalam hal percintaan, untuk ukuran gadis sepintar dia, Bianca tidak butuh waktu lama untuk menyadari maksud hatinya bahwa dirinya sedang jatuh cinta.

...💫...

Hari ini adalah hari ke tiga Bianca masuk sekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas, tapi betapa sialnya Bianca, dia kesiangan tepat di hari terakhir ia melaksanakan Masa Orientasi Siswa. Pagi ini sepertinya dia sudah resmi menjadi santapan kakak kelasnya.

Dan benar saja, dari kejauhan Bianca bisa melihat para siswa sudah berbaris rapi mengikuti acara. Bianca terlambat untuk melarikan diri, karena dari tengah lapangan mata dari salah satu kakak kelasnya sudah menatapnya dengan tatapan bak elang mengintai mangsa, jika Bianca memilih kabur pun sudah pasti tidak bisa alhasil dia akan tetap masuk dalam drama omelan serta hukuman yang lebih alot setelahnya.

Dengan keberanian setipis kapas Bianca menghampiri kakak kelas yang sedang memandu acara. Terlihat ke tiga teman yang baru dikenalnya dua hari terakhir itu menatapnya tak tega ke arahnya. Mungkin ingin membantu tapi tidak bisa.

"Aduh dek, udah dibilangin jangan telat. Malah sengaja datang jam 8. Kamu itu bagaimana sih? Kamu harus tahu, kalau Starmoon anti dengan murid yang melanggar aturan seperti kamu. Untung kamu masih baru, toleransi masih berlaku, lain kali jangan kayak gini lagi!" cerocosnya panjang lebar, yang mana hanya Bianca angguki dengan wajah penuh penyesalan.

Bianca kini hanya bisa merutuki kecerobohannya yang tadi pagi terlambat bangun.

"Anterin dia ke lapangan basket sama yang tadi!" perintah si kakak kelas yang terlihat judes itu sambil menunjuk salah satu kakak kelas yang lainnya untuk mengantar dia ke lapangan.

Bianca pun mengikuti langkah kakak kelas tersebut. Sesampainya di sana, Bianca dapat melihat seorang pemuda yang sedang berdiri mengenakan baju hitam putih seperti dirinya lengkap dengan topi bola setengah lingkaran di kepala dan tas karung yang tersemat di punggung pemuda itu. Ternyata Bianca tidak sendirian. Dalam hati gadis itu bersyukur karena ada temannya.

Bianca pun ikut berdiri di samping pemuda itu, pemuda itu terlihat meliriknya dengan dirinya yang ikut mengintai lewat juru mata, karena itu Bianca pun jadi tahu bahwa pemuda itu sangat lah tampan.

Menit telah berlalu. Tapi masih belum ada obrolan salam perkenalan di antara ke duanya, mereka benar-benar hanya berdiri bak patung pertunjukan.

Namun, saat di tengah-tengang menjalankan hukuman, si pemuda itu tiba-tiba beranjak meninggalkan lapangan tanpa kata. Dua menit kemudian dia kembali dengan tangan yang menggenggam sebotol minuman.

"Minum!" kata cowok tampan itu, menyerahkan botol itu ke arah Bianca.

Bianca mendongak ke arah si pemuda yang punya tinggi badan 177 centimeter itu. Bianca merasa kecil sekali, meskipun keuntungannya, dirinya jadi terlindungi dari paparan matahari sekarang. Tubuh mungilnya cukup terlindungi oleh badan tegap pemuda yang kini berdiri di depannya.

"Makasih." Bianca lekas menegaknya sampai sisa setengah.

"Sama-sama," balas pemuda tampan itu disertai senyuman yang membuat Bianca tercenung.

Lengkungan yang tercipta dibibir pemuda itu pun kian melebar yang mana membuat Bianca mati kutu, dan saat itu pula dia tidak mampu mengendalikan detak jantungnya yang mulai berdegup kencang.

"Kalau gak kuat duduk aja," saran pemuda tampan itu terkesan perhatian lengkap dengan tatapan yang sulit Bianca artikan.

"Enggak, kuat kok," ujar Bianca meyakinkan.

Setelahnya mereka kembali terdiam, dan pemuda itu kembali berdiri di tempat semula. Bianca tampak mengembuskan napasnya, dia bersyukur karena detak jantungnya telah kembali normal.

"Datang terlambat?" tanya Bianca mencoba mengusir kecanggungan yang sempat menderanya.

"Enggak, lupa bawa papan nama."

"Oh gitu."

"Nama?" tanya si pemuda tampan itu tanpa mengulurkan tangannya, tapi dengan mata yang tak pernah lepas dari manik Bianca.

"Nama aku?" tanya Bianca memastikan.

Bintang mengangguk.

Bianca menunjukan papan namanya.

...Bianca Gibella...

...Kelompok Putri Salju...

Tepat saat Bianca ingin bertanya nama si pemuda itu, bel berbunyi, tanda semua siswa harus segera masuk ke ruangan kelas yang juga merupakan tanda hukuman mereka telah berakhir.

Si pemuda itu pun langsung beranjak pergi, setelah sebelumnya dia memberikan sebuah sapu tangan berwarna hitam pada Bianca. Setelah cukup jauh, pemuda itu menoleh.

"Buat lap keringatnya!" teriaknya.

Dan ucapan si pemuda yang belum diketahui namanya itu pun kontan menerbitkan senyuman gadis yang untuk pertama kalinya merasakan debaran yang menggila.

Mungkin itu hanya hal biasa bagi sebagian orang, tapi bagi seorang Bianca Gibella tak banyak orang yang bisa melakukan hal biasa itu. Populasi orang tampan dan baik hati itu sudah cukup langka.

Sambil memandangi sapu tangan itu, Bianca berjalan dengan sesekali mencium wangi yang terdapat disapu tangan itu. Baunya seperti parfum remaja laki-laki pada umumnya, hanya saja punya pemuda itu tercium lebih bikin nyaman.

...💫...

Dan setelah hari itu jantung Bianca tak lagi sepenurut sebelumnya. Bahkan sampai kini jantungnya kerap kali berdebar-debar tanpa perlu olahraga berat terlebih dahulu, cukup menatap pemuda itu saja, maka jantungnya akan berulah dengan lincah.

Sungguh, dirinya dibuat sejatuh-jatuhnya oleh senyumannya.

Hingga terciptalah selogan yang ia jabarkan akan senyuman pemuda tampan yang dua bulan kemudian ia ketahui namanya—Bintang Milano, anak baru yang sudah menjadi idola sekolah juga rebutan teman satu angkatannya dan puluhan kakak kelas di SMA Starmoon.

Bahagia itu sederhana, sesederhana lihat kamu senyum, dan aku yang bahagia. Itulah selogan khusus yang di buatnya.

Namun sayang, gadis yang hanya memiliki lesung pipi disebelah kiri itu tidak pernah punya keinginan untuk menyampaikan rasanya.

Terlalu rumit untuk berharap memiliki. Namun, rasanya juga sakit jika memilih pergi.

Biarlah, untuk kisah cintanya, Bianca akan memilih untuk mencintai pemuda itu dalam diam. Bintang-nya pantas mendapatkan yang lebih baik darinya. Bintang harus bersinar, dan untuk bersinar Bintang butuh cahayanya, bukan seperti dirinya yang penuh dengan kegelapan bak langit malam.

Saat ini, cerita ini masih menjadi kisah Bianca Gibella si Langit Malam, yang memutuskan untuk menjatuhkan hati pada Bintang Milano, Sang Bintang. Namun, tak pernah sedikit pun berharap untuk bisa memiliki.

...💫...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!