"Kau mungkin masih bingung sekarang," ujar Kim Joon-ho dengan lembut. "Tapi aku akan menjelaskannya padamu. Kita memiliki banyak hal yang harus dibicarakan."
Alan merasa dadanya berdesir keras. Dia tidak dapat mempercayai kata-kata pria ini begitu saja. Namun, ada kehadiran yang menggelitik ingatannya, suara-suara yang meresap dari masa lalu yang kabur.
"Namaku Min-jun," gumamnya, mencoba mengingat.
Joon-ho mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ya, Min-jun. Kamu mengalami kecelakaan mobil seminggu yang lalu. Kamu tidak sadarkan diri selama seminggu. Kamu membuat Ayah dan Ibu takut setangah mati. Ibumu sedang dalam perjalanan ke sini."
Alan merenung dalam kata-kata Joon-ho. Kecelakaan mobil? Seminggu tidak sadarkan diri? Semua itu seperti potongan-potongan informasi yang datang dari dunia lain. Dia merasa seolah-olah ada sesuatu yang hilang dari ingatannya, sebuah rentetan peristiwa yang belum bisa dia rekonstruksi sepenuhnya.
"Aku... Aku tidak ingat kecelakaan itu," bisiknya, bibirnya gemetar.
Joon-ho menatap Alan dengan penuh pengertian. "Kamu sedang dalam proses pemulihan, dan ingatanmu mungkin masih kacau. Tapi jangan khawatir, dengan waktu, semuanya akan kembali seperti semula."
Alan merasa seperti dia tenggelam dalam lautan ketidakpastian. Namun, kehadiran Joon-ho memberinya sedikit kedamaian. Ada rasa nyaman dalam kehangatan sorot mata ayahnya.
Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka lagi. Seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam dan sorot mata yang penuh kegelisahan masuk ke dalam ruangan. Dia berjalan cepat mendekati tempat tidur Min-jun.
"Min-jun!" serunya, suara yang penuh campuran antara kelegaan dan kekhawatiran. "Akhirnya kau sadar."
Alan memandang wanita itu, merasa ada sesuatu yang aneh. Dia merasakan ketidaknyamanan, seakan-akan ada semacam perasaan yang terpendam dalam benaknya.
"Ibu?," gumamnya, mencoba merangkul ingatan yang kabur.
Wanita itu duduk di sisi tempat tidur Alan, tangannya meraih tangan Alan dengan penuh kasih sayang. "Kau membuat kami sangat khawatir, Nak."
Alan merasa perasaan aneh itu semakin kuat. Ada yang tidak klop dalam ingatannya. Dia mencoba merasakan hubungan antara dirinya dan wanita ini, tapi rasanya seakan ada jarak yang tak terjangkau.
"Dokter Lee mengatakan bahwa ingatannya mungkin belum kembali sepenuhnya," ujar Joon-ho, memberi penjelasan.
Wanita itu menatap Alan dengan penuh perhatian. "Jika itu masalahnya, maka aku bersedia menunggu. Yang penting, kau kembali ke sini dengan selamat."
Alan merasakan dirinya terombang-ambing di antara kenyataan dan teka-teki yang belum terpecahkan. Meskipun dia merasa hangat dalam kehadiran orang-orang ini, tetapi ada bagian dari dirinya yang belum mengaitkan diri dengan mereka sepenuhnya.
Saat mata Alan bertemu dengan mata wanita itu, tiba-tiba dia merasa seperti ada sesuatu yang menyentuh pikirannya. Kilatan memori muncul, sejenak melihat wajah wanita ini dalam konteks yang berbeda.
"Ibu..." bisiknya, berusaha meraih potongan memori yang muncul begitu singkat.
Wanita itu terkejut, tampaknya merasakan bahwa ada perubahan dalam ekspresi Alan. "Apa yang kau rasakan, Nak?"
Alan menggigit bibirnya, mencoba menggambarkan kata-kata yang hampir saja menyentuh lidahnya. "Aku merasa... seperti kita pernah bertemu sebelumnya. Tapi tidak dalam konteks ini."
Wanita itu menatap Alan dengan mata yang penuh harap. "Apakah itu benar, Min-jun?"
Alan mengangguk perlahan, meskipun dia sendiri tidak sepenuhnya memahami arti dari kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ada benang merah yang menghubungkan dirinya dengan wanita ini, dan dia merasa semakin dekat dengan memori yang belum terungkap.
Joon-ho tersenyum, penuh harapan. "Sepertinya ingatanmu mulai kembali, Alan. Kita akan bersama-sama merangkai potongan-potongan yang hilang ini."
Saat perasaan aneh itu semakin kuat, Alan merasa seperti dia telah memulai perjalanan menuju jejak masa lalu yang tersembunyi. Di dalam kegelapan yang membingungkan, ada cahaya yang merayap pelan-pelan, siap untuk menerangi rahasia yang belum terungkap sepenuhnya.
***
Dalam sebulan berlalu, Alan Kim merasakan suatu perubahan yang perlahan-lahan merayap ke dalam dirinya. Ingatan-ingatan tubuhnya yang asli mulai kembali dengan gemerlap yang redup, seperti bintang-bintang yang muncul satu per satu di langit malam. Dia merasa seperti menemukan bagian dari dirinya yang telah tersembunyi jauh di dalam alam bawah sadarnya.
Saat dia berjalan-jalan di sekitar taman rumah, aroma bunga-bunga dan dedaunan membawa dia pada sensasi yang dulu begitu akrab. Suara burung-burung bernyanyi mengisi udara, dan semuanya terasa seperti kilas balik pada sesuatu yang pernah dia alami. Namun, bagian yang lebih besar masih tersembunyi dalam kegelapan.
Dalam sebuah momen, Alan menemukan dirinya berdiri di depan sebuah lukisan tua yang tergantung di dinding rumah. Lukisan itu menggambarkan pemandangan alam yang indah, dan di sudut bawah lukisan, ada tanda tangan yang tak asing baginya. Dia merasa getaran aneh saat melihat tanda tangan itu, seperti getaran jauh yang datang dari dalam dirinya.
"Dulu, kau selalu menyukai lukisan-lukisan ini," kata Joon-ho, yang tiba-tiba muncul di sampingnya.
Alan memandang tanda tangan itu, berusaha mengaitkan dirinya dengan lukisan-lukisan itu. Namun, dia masih merasa seperti ada sesuatu yang terlewatkan, potongan-potongan yang belum saling berhubungan.
"Kadang-kadang, ada saat-saat di mana aku merasa seperti ada kenangan yang menghampiri, tapi segera menghilang begitu saja," ucap Alan dengan raut wajah bingung.
Joon-ho tersenyum penuh pengertian. "Ingatan itu bisa datang secara perlahan, seperti bayangan di balik tirai yang sedang terbuka."
Hari demi hari berlalu, dan Alan terus mencoba merangkai ingatan-ingatannya yang kembali secara perlahan. Dia mengunjungi tempat-tempat yang pernah dia kunjungi, melihat foto-foto keluarga yang menghiasi rumah. Dia merasakan semakin dekatnya dirinya dengan masa lalu yang seolah terlupakan.
Saat dia berjalan-jalan di sekitar taman rumah pada suatu sore, kilatan gambaran yang lebih jelas tiba-tiba muncul di pikirannya. Suara tawa anak-anak, gemerlap cahaya matahari terbenam, dan wajah-wajah yang dulu begitu dikenal. Semuanya seperti muncul begitu saja, membawa dia pada nostalgia yang mendalam.
Saat Alan melangkah lebih jauh, dia menemukan gazebo kecil yang tersembunyi di balik semak-semak. Sebuah perasaan hangat menyelubunginya, seolah dia pernah berada di tempat ini dalam momen-momen indah.
Ini adalah tempat di mana aku sering bermain dengan seseorang, pikirnya, semakin mendekati ingatan yang telah lama terkubur.
Dan tiba-tiba, dalam kilatan cahaya yang terpancar dari matahari terbenam, ingatan yang hilang itu datang padanya. Dia melihat gambaran seorang anak kecil perempuan yang tertawa riang, merangkulnya di tempat ini. Senyuman itu begitu akrab, begitu hangat. Dan saat dia meraih tangan anak kecil itu, segalanya menjadi lebih jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Aster
namanya kim minjun apa munjin thor?
2023-09-01
1
Aerik_chan
Apa dia jangan2???
2023-08-15
1