Leo menyesali perbuatannya dan mencari keberadaan Andira. Setelah dua bulan sang istri pergi dari rumah, rasanya sunyi mencekam rumah.
Leo sudah mendapatkan alamat rumah sang istri. Lalu beranjak menuju kota yang dituju dengan alamat yang diberikan mata-mata Leo kepadanya.
Sesampai di sana Leo menatap rumah kontrakan petak tersebut. Terasa berdenyut hatinya, ikut prihatin. Karena ulahnya anak dan istri harus berada di rumah kontrakan kecil tersebut.
Bergetar kaki Leo saat melangkahkan kaki menuju rumah kontrakan tersebut. Lalu memberanikan diri, untuk bertemu dengan anak dan istrinya. Lalu Leo mengetuk pintu tersebut.
Tok Tok Tok Tok
"Siapa ...?" tanya Andira bertanya-tanya saat malam hari ada yang mengetuk pintu rumahnya.
Dengan sengaja Leo tak menyahut Andira takut sang istri mengenal suaranya dan tak akan membukakan pintu untuknya. Sebab tak ada pintu maaf lagi untuk Leo.
Tidak ada jawaban dari orang yang bersangkutan. Namun berulang kali suara ketukan pintu, membuat Andira risih dan segera membuka pintu.
Betapa terkejutnya Andira, saat membuka pintu ternyata Leo. Andira menutup kembali pintu, Leo langsung menahan pintu tersebut supaya tidak ditutup.
"Mau ngapain kamu kesini ...?" tanya Andira merasa sakit hati, traumanya sampai saat ini belum sembuh seutuhnya. Saat suaminya melakukan kekerasan dalam rumah tangga pada saat itu.
"Sayang, buka pintunya. Jangan tutup dan berikan kesempatan untuk berbicara lagi kepadamu," kata Leo.
"Apa suami? Kamu bukan suamiku lagi saat ini! Sudah cukup penderitaan yang kamu berikan padaku, selama kita menikah sudah berapa kali, kamu goreskan luka dalam rumah tangga kita!" bentak Andira, mengapa suaminya menggangu kebahagiaannya lagi dengan anak-anak.
Melihat istrinya sudah tidak memandang dirinya lagi. Bahkan sudah sangat muak pada dirinya, lalu Leo bersimpuh dihadapan sang istri untuk meminta maaf. Atas luka yang selama ini Leo goreskan dalam rumah tangga mereka.
"Sayang aku sudah capek mencari, pada akhirnya aku menemukan alamat rumah kamu," kata Leo.
"Terus jika kamu sudah tahu rumahku? Kamu mau apa?" tanya Andira tidak memandang kearah Leo dan membuang jauh-jauh pandangannya sambil berbicara.
Leo berdiri hendak memeluk istrinya, tetapi Andira menolak untuk dipeluk. Rasanya tidak sudi dipeluk kembali, oleh pria yang sudah menyakiti hatinya terlalu dalam.
Saat ini Andira menyakinkan diri, bisa mengurus anak. Walaupun kelak menjadi seorang janda. Andira tidak takut menyandang status janda, bahwa Andira juga sedang menyakinkan diri mampu berdiri sendiri tanpa suami.
"Sayang ayo kembali ke rumah kita," kata Leo mengajak istrinya balik.
"Apa? Kembali kerumah ...?" kata Andira terkejut.
"Iya, Sayang. Mari kita buang ego kita demi anak-anak." Leo merayu Andira supaya mau pulang ke rumah serta takut istrinya akan menceraikannya.
Andira tidak mau kembali lagi ke rumah mereka. Sudah cukup penderitaan yang diberikan Leo. Selama 10 tahun membina rumah tangga, rasanya Andira tidak tahan berhadapan dengan pria kasar dan suka main tangan.
Andira masih trauma dengan luka lebam dan lemparan yang diberikan suami. Trauma tersebut, sampai mati pun akan berbekas dan tidak akan lupa rasa sakitnya.
"Dengan gampangnya kamu mengajakku kembali! Namun kamu tidak pernah bertanya dengan luka yang telah kamu berikan untuk aku selama ini?" kata Andira begitu gampang suaminya mengajak balik.
"Sayang aku sadar, bahwa aku yang bersalah selama ini," ucap Leo bersimpuh dihadapan istri.
Pada saat itu anak mereka sedang tidur mendengar suara ribut. Yuna dan Yuni terbangun, menghampiri mamanya di teras dan mendengar ada suara pria. Sepertinya mereka mengenal suara itu.
"Ayah ...," panggil anak-anak dari ruang tamu dan berlari menghampiri ayah mereka.
"Sayangku ...." Leo memeluk anaknya dengan erat.
Walau pun Leo salah, tetapi perasaaan rindu dengan anak-anaknya tidak bisa diungkapkan lagi. Leo membujuk anaknya untuk mau balik ke rumah dan berjanji, bahwa ayah mereka akan berubah.
"Ayah kami rindu ...," kata anak-anak Leo menahan kerinduan. Namun takut melukai hati mamanya.
"Ayah juga rindu, bagaimana jika Yuna dan Yuni pulang ke rumah. Ajak Mama pulang saja, Nak." Leo merayu anak-anaknya untuk mengajak sang istri pulang ke rumah.
Betapa marah Andira saat Leo membujuk anaknya. Untuk merayu dirinya supaya kembali ke rumah, siapa yang memberi luka selama ini. Mengapa kembali mengajak pulang, cukup sudah derita yang telah diberikan Leo kepadanya.
"Hei kamu jangan macam-macam, lihatlah anak-anak ini tidak mau kembali lagi pulang ke rumah itu," teriak Andira dengan lantang pada saat itu.
Yuna dan Yuni menatap mamanya, mencoba merayu mama mereka, bahwa kasihan sang ayah yang meminta untuk balikan lagi dan mereka juga tidak mau kedua Orang tuanya bercerai.
"Ma ... tolong maafkan kesalahan ayah selama ini. Memang ayah bersalah, apakah lantas mama tidak memaafkan ayah?" kata kedua putrinya, memohon kepada dirinya untuk kembali.
Andira terdiam sesaat tidak menjawab pertanyaan putrinya. Namun menatap dengan sinis ke arah Leo, bahkan Leo juga berani menatap mata istrinya tersebut. Dengan harapan mereka bisa kembali lagi.
"Sudah puas kamu sekarang, apakah dengan cara membujuk anak? Kamu bisa membuat aku berbelas kasihan kepada kamu?" kata Andira berusaha untuk tegar.
"Maafkan aku Andira, aku memang salah dan aku mohon maafkan aku." Hanya kata maaf dan tidak banyak ngomong yang bisa dilontarkan Leo kepada Andira.
Andira tetap tidak mau kembali, merasa sudah kecewa berat. Andira mengingat pada saat Leo menguncinya di gudang dan melemparkannya dengan gosokan, masih sangat terasa sakit hati itu.
Andira juga masih mengingat dimana suaminya menampar dengan kencang dan memukulnya sampai lebam. Andira merasa air mata setiap harinya membasahi wajah Andira.
Andira juga mengingat pada saat suami mengucapkan kalimat kasar dan menghinanya pada malam itu. Bercampur aduk rasa sakit dan ingin mengundurkan diri menjadi istri dari seorang Leo.
"Aku tidak mau kembali, aku mengundurkan diri menjadi istrimu." Berulang kali Andira mengucapkan kata-kata itu.
"Mengundurkan diri ...?" tanya Leo menatap tajam ke arah Andira, tidak terima bahwa suatu saat nanti Andira akan menjadi milik orang lain jika mereka bercerai.
"Tidak Andira! Tidak segampang itu kita bercerai, coba deh pikirkan anak-anak kita saat ini! Kamu mau mereka menjadi Broken home?" kata Leo menunjuk kearah putri mereka berdua.
"Begitu pilu kisahku menikah dengan seorang pria tempramen, kasar dan suka main tangan terhadap istrinya," jawab Andira.
Andira menyesali telah salah memilih suami selama ini. Air mata apalagi yang akan dia terima, jika menerima ajakan Leo untuk kembali ke rumah mereka.
"Air mata apalagi yang akan aku terima? Jika kembali ke rumah?" tanya Andira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments