Mini Market Tempat Kerja Zara
"Pak Pramudya, tapi saya tidak paham etiket berada di lingkungan orang kaya ... Macam table manner, alat makan apa saja yang dipakai setiap menu..." Ucap Zara teringat drama-drama Korea yang gadis miskin dihina karena tidak bisa mengikuti tata cara orang-orang berduit.
"Kamu takut jika akan mempermalukan saya?" Tanya Pramudya.
"Iya pak. Saya memang hanya sebagai pendamping sementara tapi saya juga tidak mau membuat anda malu pak. Bagaimana pun saya menyadari bahwa saya bukan siapa-siapa..." Jawab Zara.
Pramudya menyadari bahwa gadis di hadapannya memiliki tingkat percaya diri yang rendah dan itu wajar mengingat Zara hanya menganggap dirinya seorang pegawai mini market yang tiba-tiba menjadi seorang Cinderella dalam waktu semalam. Tak heran jika Zara menjadi gadis yang over thinking dan memiliki kecemasan tersendiri meskipun dirinya lebih memikirkan biaya cuci darah neneknya.
"Zara, kamu jangan khawatir. Kamu akan aku berikan kursus kilat etiket... Bukankah aku sudah bilang, aku yang atur semuanya. Dan sekarang, aku ingin kamu bisa ambil cuti tiga hari... Kamu akan diajari etiket oleh asisten aku bernama Andrea. Tenang saja, Andrea wanita baik kok." Pramudya membuka map-nya. "Dan sekarang, kamu tanda tangan disini dan berikan nomor rekening kamu, karena aku akan mengirim separuh uang kamu dan separuh lagi usai acara hari Sabtu."
Zara menandatangani berkas yang diberikan Pramudya dan memberikan nomor rekening banknya. Tak lama, suara notifikasi di ponsel jadul Zara berbunyi dan gadis itu terkejut dengan janji Pramudya. Separuh dari nominal yang dijanjikan sudah masuk.
"Terima kasih pak Pramudya" jawab Zara.
"Mulai besok Rabu, kamu ambil cuti dari tempat kamu bekerja ini. Kamu belum pernah ambil cuti kan?" Pramudya menatap Zara.
"Belum pak."
"Ambilah cuti, bawa nenek kamu cuci darah, gunakan uang itu. Setelah itu, kamu datang ke alamat ini dan kamu belajar banyak dari Andrea. Kamu datang kesana jam satu sianb. Okay?" Pramudya menatap serius ke Zara.
Zara menerima sebuah kartu nama dan mengangguk ke arah Pramudya. "Baik pak Pram."
"Oh satu lagi, kamu jangan panggil aku pak."
"Lalu saya harus memanggil apa pak?"
"Mas Pram."
***
Kediaman keluarga Angela Hadiyanto
"Sudah pulang Pram?" Tanya Oma Angela yang sedang merajut.
"Sudah Oma." Pramudya lalu mencium pipi wanita paruh baya itu. "Buat apa Oma?"
"Buat Stola untuk Alina. Dewa ingin seserahan besok acara lamaran ada Stola buatan Oma" jawab Oma Angela.
Dewa adalah sepupu Pramudya yang hendak melangsungkan pernikahan dengan gadis pilihannya, Alina.
"Kamu besok Sabtu apa sudah dapat pasangan?" Tanya Oma Angela.
"Sudah Oma" jawab Pramudya sambil duduk di sofa sebelah Oma Angela.
"Siapa? Apa salah satu pegawai kamu?"
Pramudya menggelengkan kepalanya. "Bukan Oma. Ada teman yang mau menolong Pram..." Maaf Oma tapi ini bukan suatu hal yang bisa diterima oleh Oma. Jadi lebih baik aku bermain aman dulu...
"Teman kuliah atau teman SMA ?" Tanya Oma Angela lagi.
"Iya teman sekolah..." Kuliah kan termasuk sekolah bukan?
"Moga-moga nggak bikin Tamara muring-muring..." Gumam Oma Angela. "Oma tidak suka dengan gadis itu, terlalu agresif dan manja. Di keluarga kita, tidak ada dalam kamus anak manja... Bahkan almarhum ibumu, sangat aktif di kegiatan pesantren dan keagamaan... Di rumah selalu uprek dengan pekerjaan rumah tangga...meskipun ada pelayan ... " Oma Angela menghentikan kegiatannya. "Oma kangen dengan ayah dan ibumu, Pram... "
Pramudya memeluk bahu Oma Angela. "Tidak hanya Oma, aku juga rindu dengan mereka berdua..."
Oma Angela sendiri bukanlah keturunan Hadiyanto langsung melainkan mertua Chandra Hadiyanto, ayah Pramudya. Namun setelah kedua orang tua Pramudya meninggal, dan eyang Pramudya dari garis Hadiyanto juga sudah meninggal, pria itu mengajak Oma Angela yang tinggal sendirian bersamanya. Paman Pramudya, Bagas Hadiyanto pun tidak keberatan, jika Oma Angela tinggal bersama cucunya apalagi Pramudya bisa mengontrol kesehatan Omanya.
"Jadi acara Tamara besok, kamu tidak bawa Oma kan?" Oma Angela menatap cucunya.
"Tidak Oma. Tahu lah Oma malas dengan acara hingar-bingar seperti itu..."
"Pram, jangan sampai kamu mabuk ya. Oma tahu lah acara seperti itu pasti ada minuman beralkohol... Ingat janji kamu dengan Oma dan almarhum ibumu..."
"Iya Oma. Pram juga bawa Genta sebagai pengawal kok..."
"Bagus."
***
Hari Rabu Siang
Zara tiba di sebuah rumah yang tidak mewah sesuai dengan kartu nama yang diberikan oleh Pramudya. Gadis itu sedikit ragu tapi dirinya memberanikan diri untuk memencet bel pagar rumah itu. Tak lama, keluar seorang wanita berusia awal empat puluhan yang berpenampilan menarik padahal hanya mengenakan gaun dari batik sederhana.
"Ya? Cari siapa?" Tanya wanita itu.
"Maaf, saya mencari Bu Andrea... Saya diberikan kartu nama ini dari pak Pramudya..." Jawab Zara sambil menunjukkan kartu nama itu.
"Ah, mbak Zara... Ayo masuk. Saya sudah menunggu." Wanita yang ternyata bernama Andrea itu pun membukakan pintu pagarnya dan mempersilahkan Zara masuk.
"Maaf Bu Andrea, saya agak terlambat..."
"Saya tahu kamu mengantarkan nenek kamu cuci darah kan? It's okay karena almarhum mamaku juga sama dulu jadi tahukah berapa lama waktunya. Ayo masuk..." Andrea mengajak masuk ke rumahnya yang artistik dengan nuansa putih disana. Suara gonggongan anjing kecil bewarna putih berjenis bischon frisee membuat Zara terkejut.
"Kamu takut anjing?" Tanya Andrea.
"Tidak Bu. Saya malah gemas melihatnya..." Senyum Zara sambil berjongkok dan memberikan punggung tangannya agar anjing itu mengenali baunya.
"Namanya Tata... Aku tinggal sendirian Zara sejak suamiku meninggal akibat kecelakaan bersama dengan kedua orangtuanya Pramudya. Dan aku sempat mengalami depresi kehilangan suami tercinta hingga pekerjaan aku di sekolah kepribadian terbengkalai. Pram lah yang membuat aku bangkit kembali dan sekarang membuka kursus pribadi di rumahku... Biasanya para pekerja yang baru dan harus menghadiri banyak jamuan makan malam ... Mereka kan harus tahu etiket nya." Andrea lalu mengajak Zara ke ruang makan.
Gadis itu melihat bagaimana diatasi meja sudah tertata berbagai macam peralatan makan berbagai jenis dan ukuran, gelas berbagai jenis dan ukuran serta perlengkapan lainnya. Duh, itu dipakai untuk apa saja? Zara merasa pusing melihatnya sedangkan dirinya hanya tahu tiga jenis sendok, sendok besar, sendok kecil dan sendok sayur.
"Ayo kita mulai. Aku sedikit tegas Zara tapi itu demi kebaikan kamu. Jika kamu sudah paham, nanti aku ajarkan bagaimana berjalan dengan high heels yang anggun anti jatuh. Kakimu ukuran berapa?" Tanya Andrea.
"Ukuran 39 Bu Andrea" jawab Zara.
"Sama dengan kakiku. Oke, kita mulai. Kamu duduk !" Perintah Andrea.
Zara pun duduk dan langsung dibenarkan oleh Andrea.
"Duduk yang tegak menunjukkan bahwa kamu tidak mudah diintimidasi dan memperlihatkan wajahmu. Buat raut wajah yang tegas ... Duh Zara, wajahmu cantik sekali dan aku tahu acaranya rekan bisnisnya Pram besok akan menilai siapa yang dibawa Pram. Kamu sudah memiliki modal wajah yang sangat sophisticated Dan klasik... Saranku, saat bersama Pram, buat raut wajahmu seperti memujanya tapi disaat kamu duduk bersama dengan orang-orang itu, buatlah wajahmu seperti es. Aku yakin... Nah seperti itu !" Seru Andrea saat Zara memasang wajah datar. "Aku suka sekali wajahmu. Baik kita mulai pelajaran hari ini... "
Zara berada di rumah Andrea hingga menjelang jam tujuh malam bahkan dan gadis itu mendapatkan banyak pelajaran dari wanita cantik itu. Zara pun kembali ke rumahnya dengan menggunakan taksi blue bird karena Pramudya sudah meninggalkan pesan dirinya tidak mau Zara pulang dengan taksi online kalau pulang malam hari.
***
"Bagaimana Zara, Andrea?" Tanya Pramudya saat malam harinya.
"Ya ampun Pram... Dia macam mutiara. Aku tadi memainkan make up sederhana di wajahnya... Astaghfirullah... Cantiknya bukan main. Itu baru make-up sederhana belum yang berat. Dan dia gadis yang cerdas karena tiga kali aku ajarkan alat makan yang banyak itu, dia berhasil mengingat nya. Pram, aku suka gadis ini ... Meskipun sederhana tapi dia menyimpan banyak potensi disana" puji Andrea.
Pramudya tersenyum. Andrea adalah orang yang paling pelit memberikan pujian bahkan pegawainya saat belajar Etiket dengannya, banyak yang menangis karena Andrea sangatlah galak dan tegas. "Aku minta tolong Drea, buatlah Zara menjadi wanita yang percaya diri dalam waktu dua hari tersisa ini."
"Are you kidding me, Pram? Membangun self esteem itu tidak semudah membalikkan telapak tangan... Harus ada proses lama disana !" Protes Andrea.
"Oh come on Andrea. Aku yakin kamu bisa" bujuk Pramudya.
Andrea hanya menghela nafas panjang. "Akan aku coba, Pram. Tapi aku tidak janji... Semua tergantung pada Zara."
***
Yuhuuuu Up Malam Yaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
سيتي فتمه
aku baru baca. ini Andrea muslim GK, kok pelihara anjing. terus Zara ngasi tangan, GK takut di jilat, najis loh air liur anjing
2023-09-27
1
wonder mom
pram udh mulai minat n
2023-08-17
1
ꍏꋪꀤ_💜❄
ahhh cieee mas pram🤭🤭🤭🤭🤭
2023-08-17
1